Chereads / I'm Become Necromancer in Another World / Chapter 4 - Act.3:Pengguna Alchemy yang hebat

Chapter 4 - Act.3:Pengguna Alchemy yang hebat

Kami menelusuri kota. Siapa sangka luka ini ternyata dapat sembuh dengan cepat.

"Ah, aku lapar!"

"Bagaimana kalau kita makan di cafe?"

"Ca-cafe? Yang benar?"

Friya mengangguk. Aku terlihat senang atas informasi darinya. Mencari sebuah tempat untuk istirahat, makan dan minum.

Ibukota Farihiora ini memiliki berbagai macam ras, yaitu:Manusia, Elf, Demi-Human, Djin dan Hewan yang dapat berbicara.

Beberapa dari mereka terlihat menjadi orang biasa sedangkan sisanya sama sepertiku. Berpetualang entah kemana akan perginya dan tujuannya.

"Ah, kita sudah sampai!"

Berhenti di depan toko sederhana. Toko yang terbuat dari beberapa kayu tebal, dan dindingnya dari batu yang mirip seperti batu yang berada di tempat kerjaku dulu.

"Ah, selamat datang!"

Seorang pelayan yang cantik dan ramah menyapa kami. Pelayan itu mengenakan pakaian yang imut. Pakaiannya adalah pakaian maid yang berwarna biru muda disertai garis yang berwarna ke cokelatan, rambutnya berwarna hitam, dan manik matanya berwarna pink.

"Kita duduk disana saja!"

Friya menunjuk ke arah meja dan kursi yang kosong sehingga begitu dekat dengan meja bundar cafe ini.

Disini terasa seperti harem. Dilihat dari segi apapun, tetap saja jelas sekali bahwa cafe ini penuh dengan perempuan semua. Maid itu menghampiri kami bertiga, membawa sebuah buku yang tebal, lalu meletakkannya di atas meja.

"Silahkan, Tuan!"

Buku tebal itu hanya ada satu, jadi kami bergiliran memesan menu yang tertulis di buku itu. Dimulai dari Shilph, lalu Friya, dan yang terakhir adalah aku.

"Sepertinya terlihat enak sekali ya."

Liur Shilph keluar dari mulutnya, ia terlihat begitu ingin memakan-makanan di menu ini.

"Kalau begitu, aku pesan yang mie rebus goreng!"

Mendengar hal itu, aku langsung bangun dari kursi dan menatapnya dengan heran.

"Be-beneran ada mie rebus goreng?"

"Iya. Disini memang canggih mulai dari teknologinya, sihirnya, dan kerjasama dari semua orang."

Menatap Shilph yang senang akan pesanannya itu dengan tatapan pesimis, ia tidak sadar bahwa sedang dilihat olehku.

"A-ah, aku baru in.. eh? Re-regard, ke-ke-kenapa kau me-menatapku terus seperti itu?"

"Ah, tidak ada apa-apa!"

Hening sejenak di tempat kami bertiga. Friya hanya menatapku dan Shilph secara bergiliran sembari tersenyum kecil.

»»»»»●«««««

Pesanan kami sudah sampai. Shilph memesannya begitu banyak sehingga kami berdua terkejut dengan apa yang dia pesan.

Aku memesan ayam panggang cincang. Friya memesan sebuah sayuran dan beberapa daging sapi, sedangkan Shilph sendiri memesan sebuah mie rebus goreng, cumi goreng, dan semua makanan dan minuman yang enak di cafe ini.

"Ba-bagaimana caranya aku membayar semua ini?"

"Tenang saja Regard. Lagi pula aku memiliki seribu koin emas."

Dengan mulut terdiam dan terbuka, aku melihat kantong kecil berisi koin emas semua. Jika di dunia sebelumnya aku memiliki semua ini, maka akan lebih mewah hidupku di dunia sebelumnya.

"Tidak, kalian tidak perlu membayarnya!"

"Eh?"

"Lah kok begitu?"

Wajahnya terlihat cemas, mengubah tatapannya ke arah pengunjung cafe, lalu menatap kami kembali dengan perasaan yang berat.

Mendekatiku lalu memegang tanganku. Wajah maid ini seakan-akan terlihat penuh harap kepadaku.

Dengan wajah pasrah dan tidak tahu harus berbuat apa di situasi ini, aku mengangguk. Shilph sepertinya menatap kami berdua dengan wajah marah. Aku mengetahuinya dari aba-aba Friya yang memberitahu aku sesuatu, aku juga tidak menyangka dengan perubahan sifat Shilph kepadaku.

.....

Kami sedang menelusuri jalan, mengingat apa yang dikatakan oleh maid tersebut. Bahwa di penambangan terdapat sebuah insiden tak diketahui oleh masyarakat.

"Dengar, penambangan begitu berbahaya sehingga orang-orang yang masuk ke dalamnya tidak dapat keluar."

Itulah yang dikatakan olehnya. Walaupun sedikit mengerikan, tapi aku semakin penasaran akan tempat di dalamnya.

Di tambah, mengingat bahwa tempat itu adalah tambang emas. Kemungkinan besar mendapatkan banyak koin emas disana menjadi peluang besar bagiku untuk jadi kaya raya.

Ada gua di hadapan kami dan tanah yang terdapat rel tambang yang sudah tua dan rapuh.

Sebelum memulai perjalanan, Friya membuat sebuah lampu yang biasa digunakan oleh orang-orang pada abad penjajahan, yaitu lampu minyak. Masuk ke dalam gua, tanpa menyadari ada keganjilan di dalamnya.

"Uwah, indah sekali!"

Melihat dinding langit gua yang memiliki kilauan emas yang sudah lama menempel di dinding tersebut. Rasanya aku seperti melihat kesempatan yang menarik di penambangan.

Suara runtuhan terdengar dari arah jauh, kami semua bergegas ke arah suara tersebut dan melihat kondisi di sekitar sana.

"Tiiiidaaaak!"

Teriakan seorang perempuan membuat gua ini bergema menjadi keras sehingga kami dapat mendengar suaranya. Runtuhan itu mulai terasa dan getaran tanahnya yang begitu kencang.

Perempuan berambut biru, bola matanya berwarna orange, memakai topi, mengenakan pakaian dress berwarna putih, disertai dengan rok yang panjang di kedua kakinya.

Ia sepertinya sedang marah dan kesal terhadap sesuatu, mungkin saja ada yang membuatnya menjadi seperti ini.

"Ayo kita serang di.."

"Tunggu sebentar!"

"Ada apa, Regard?"

"Benar kata Shilph. Ada apa denganmu?"

"Sepertinya perempuan itu menyerangnya tanpa ada arah, dan menyerangnya secara brutal."

Dilihat dari segi apapun, tetap saja perempuan ini sepertinya sedang dalam masalah atau bahaya. Mencoba menenangkan pikiran, melangkah ke depan tanpa kedua orang tahu sehingga membuatnya terkejut.

"Tidak, pergi kau! Jangan ganggu aku!"

Bongkahan batu mengarah ke arahku dengan cepat, serpihannya juga sama.

"Lindungi dan berkatilah dirinya, Shrine Protection!"

Sebelum selesai dengan bentuk terakhirnya untuk melindungiku, batu tersebut menghantamku dengan kuat dan keras sehingga aku terpental sangat jauh dan terbaring di tanah.

"Biarkan kami yang melakukannya!"

Suara Shilph berubah menjadi dingin, wajahnya tidak terlihat olehku karena tertutup oleh rambutnya, dan ia sendiri juga sedang menunduk.

"Mari kita lakukan, Friya!"

"Kau benar, Shilph."

Amarahnya semakin besar. Hujatan kali ini bukan cuma batu dan serpihan saja, tetapi kali ini ia mengubah semua bongkahannya menjadi kristal yang tajam dan perih.

*Fwush~

Terbang ke langit-langit dengan sayap yang dimiliki Shilph. Tambang disini bukanlah tambang kecil, melainkan sudah hancur oleh perbuatan perempuan ini sehingga terbuka lebar untuk Shilph terbang bebas di udara.

Tanganku bergetar. Aku terus berusaha bangkit walau luka ini terus terbuka. Sementara itu mereka semua sedang bertarung satu sama lain untuk menyelesaikan semuanya.

*Zuor~

*Bet!

Panah yang keluar dari suatu tempat di pegang oleh Shilph. Bentuknya besar, berwarna campuran yaitu pink, merah gelap, dan hitam.

*Kret~

*Wush!

Tembakan panah itu begitu cepat dan memiliki seluruh element di ujungnya. Friya menghindar dan menjauh dari pertarungan setelah mengetahui anak panah yang dilepaskan oleh Shilph.

Tumpukan batu mengumpul tepat dengan arah panah yang mengarah ke perempuan itu. Batu-batu pecah dalam seketika lalu hancur, membuat sekeliling mereka penuh dengan debu yang berasal dari tanah miliknya.

Terdiam beberapa saat dengan wajah senyum dan panik. Debu itu mulai sirna dan terlihat bentuk perempuan itu masih mampu berdiri.

Melempar kristal ke arah mereka berdua sedangkan tubuhku masih mencoba berdiri dari tempatku berbaring. Ia menyadari bahwa aku sedang mencoba berdiri, walau masih sulit untuk bangun.

Tatapannya begitu tajam dan dingin, lalu tangannya menggerakan sesuatu ke arahku.

*Step, Step, Step!

Aku meringis kesakitan sembari menahannya dengan gigiku. Sesuatu mengenai kakiku dengan luka yang dalam.

Mencoba menoleh ke arah kaki, melihat sebuah kejadian yang membuatku terkejut, yaitu kristal itu menusuk ke dalam kaki.

"Regard!"

"Tidak mungkin!"

Shilph yang tadinya terbang langsung turun ke tanah. Begitu juga dengan Friya, yang tadinya ingin merapal sihir jadi gagal setelah melihatku seperti ini.

Tanganku menggerakan sesuatu ke depan agar mencapai ke perempuan itu. Shilph dan Friya hanya terdiam menatapku penuh ketakutan dan kesedihan.

Dengan terpaksa, aku mencoba menyeret semuanya dengan tubuh tengkurap. Darah mengalir begitu banyak, lukanya semakin dalam karena tusukan kristal mengenai tanah dan rasanya semakin sakit.

Ah, kenapa ini bisa terjadi? Padahal aku pikir semuanya akan sesuai harapanku. Sial!

Tubuhku mulai lemas, tatapanku menjadi samar-samar, yang aku inginkan saat ini adalah kekuatan agar dapat menyadarkan perempuan yang ada di depanku.

*Sring!

*Zuor~

Sebuah cahaya ungu gelap mengelilingi sekitar tubuhku. Cahaya itu dapat meringankan tubuhku dan menghilangkan rasa sakit tersebut.

Mencoba berdiri walau masih ada tusukan kristal di kedua kaki, lalu mencoba berdiri kembali dan ternyata berhasil.

"I-itu kan?"

"Mu-mustahil! Ka-kau bisa melakukannya?!"

Shilph dan Friya menatapku dengan kurang yakin atas apa yang mereka lihat saat ini. Cahaya itu memiliki kepala tengkorak dan juga ia memutariku.

Sebuah benang masih mengelilinginya dan tangannya mulai bergerak kembali. Kali ini ia melempar serpihan kristal kecil dengan sangat banyak mengarah ke arahku dengan sangat cepat lemparannya kali ini.

Aku menutupi serangan itu dengan kedua tangan yang berada di depan dengan sikap menyilang di keduanya.

*Bret!

*Crack!

*Fwush!

Semuanya telah sirna di hadapan ketiga orang sedangkan aku masih menutup mata tanpa melihat ke depan.

"E-eh? A-aku masih hidup?"

Keduanya mengangguk kepadaku saking terkejutnya mereka melihat tubuhku tidak terluka sedikitpun.

"Majulah kau, perempuan berambut biru!"

Setelah mendengarnya. Dia tertegun dan diam dalam heningnya.

Aneh sekali dengan dirinya setelah mendengar hal itu dari mulutku.

"Cepat, Regard! Kita harus melakukannya."

"Itu benar, kalau tidak segera maka.."

Berjalan santai ke depan, mereka terlihat sangat greget dengan cara jalanku yang lama sekali. Menghampiri mereka berdua lalu membisikkan sesuatu agar semuanya bisa berjalan sesuai rencana.

"Ka.. ka-kakak!"

Mereka telah paham dengan apa yang aku bisikkan di telinga, melakukan hal yang sama seperti saat sedang bermain game.

"Tiiiiidaaaaak!"

Hujatannya semakin keras dan cepat sekali, lebih cepat dibanding sebelumnya. Menghindari, berlari menuju tempat perempuan itu, kemudian Shilph dan Friya akan melakukan sesuatu.

"Sekarang, Shilph, Friya!"

"Baiklah!"

"Aku mengerti!"

Mereka membagi menjadi dua arah, Shilph di sebelah kanan dan Friya di sebelah kiri.

Perempuan itu hanya menatapku terus menerus. Gumpalan batu dan beberapa benda aneh ia lempar ke arahku yang sedang berlari.

"Hancurkanlah batu itu, tengkorak bodoh!"

Kepala tengkorak itu berada di depanku, membentuk sebuah senjata yang hebat. Senjata itu adalah senjata yang berbentuk seperti bulan sabit di ujungnya, bentuk pegangannya juga panjang.

Melihat pedang itu menjadi seperti dejavu. Mengingat beberapa pelajaran waktu aku masih sekolah pada saat itu.

Waktu di sekolah, aku selalu berimajinasi tentang hal yang tidak masuk akal (yah, bisa dibilang itu adalah penyakit syndrom). Aku membayangkan bahwa senjata yang dipakai pada abad ke-20an adalah senjata pedang, panah, perisai, bulan sabit, lalu pemusnah sejuta umat yaitu Wyvern dan Inferno Machine.

Membayangkan apa yang dijelaskan, lalu membentuk sebuah dunia fantasy. Ya, aku tahu bahwa itu hanyalah syndrom anak kelas SMA atau orang normal biasa menyebutku dengan sebutan si Tukang Khayal.

Menggenggam senjata ke tangan lalu berjalan ke arah perempuan itu. Dia melihatnya dengan raut wajah yang penuh murka terhadapku.

[PoV ke Regard. Walau bukan Regard sih saat ini]

Beberapa batu besar, kristal, dan jarum panas mengarah ke arahku. Sesuatu ada yang melindungiku, ia masih tetap menyerang walau tahu bahwa aku dilindungi oleh beberapa cahaya ungu gelap.

"Gawat, ini bahaya sekali!"

Dengan cepat, mereka ke arahku untuk menghentikan dan menyadarkanku. Sayangnya itu tidak berhasil, karena aku sudah bukanlah diriku yang sama.

Skeleton berotot muncul dengan jumlah banyak dan mencegah mereka berdua untuk menghentikanku. Dengan terpaksa, mereka menyerang skeleton yang jumlahnya sampai ribuan. Tubuh skeleton yang berotot itu besar dan juga tinggi.

"Tidak! Jangan mendekat!"

Menangkisnya dengan satu tangan, lalu mengarahkan apa yang ia lempar ke arah samping dalam sekejap. Wajahnya tidak percaya bahwa serangannya bisa di tangkis olehku, mereka berdua dengan cepat menghabisinya walau mengeluarkan semua kekuatannya.

"Berikan aku kekuatan dari energi kalian, Damage on Area!"

Sihir ungu muncul lagi di bawah kaki mereka berdua, menelan tenaga dan sihir yang mereka berdua punya dengan cepat dan pesat tanpa ada luka lagi di tubuhku.

Berlari dengan cepat ke arah perempuan itu setelah selesai mengumpulkan cahaya putih di tanganku, lalu menghabisinya dengan sekuat tenaga.

Shilph dan Friya hanya bisa pasrah akan kondisinya saat ini, berharap bahwa aku tidak akan melakukannya terhadap perempuan ini.

Tumpukan batu, hujatan jarum, kristal dan semua benda tajam mengarah kepadaku. Menangkisnya dengan sihir ungu gelap yang melindungiku. Kemudian perempuan itu terbang menggunakan benang yang mengelilinginya.

"Cih, dia bisa terbang juga rupanya."

Menggunakan roh tengkorak sebagai pijakan lalu terbang ke arahnya untuk melenyapkannya dalam beberapa serangan saja.

*Fwush!

*Zuor~

"Terbakarlah dalam bebatuan ini, dasar sialan!"

Melempariku sebuah batu api yang berada di depannya dengan kecepatan tinggi mengarah ke arahku. Membelah batu itu dengan mudah dari senjata tengkorak ini.

"Sadarlah! Oi, Regard. Sadarlah!"

Mereka berdua terus meneriaki namaku, walau tahu bahwa itu akan menghasilkan kegagalan.

Mencoba menggerakan tubuhnya sendiri agar bangkit berdiri dan menghentikanku. Sedikit demi sedikit mereka bisa melakukannya, meskipun saat ini mereka berdua tidak memiliki sihir ataupun tenaga untuk melakukannya.

*Bet!

*Dum!

*Sret~

*Duar!

"Cih, kapan aku bisa melenyapkanmu ini, bodoh!"

Raut wajah mereka terlihat pasrah akan hal ini. Walaupun mereka berhasil mendekatiku, tetapi tetap saja mereka tidak bisa mengatasi penyerapan energi yang aku lakukan terhadap mereka.

Golem dengan element tanah menyerbuku, mengetahui bahwa ia juga bisa menggunakan hal yang sama seperti aku mengeluarkan skeleton.

"Kena!"

Tangan golem itu begitu besar mengenaiku dengan tinjuannya. Bentuk tubuhnya yang tinggi, kira-kira besarnya seukuran sepuluh kaki dari manusia biasa.

Reruntuhan dinding mulai jatuh, debu mulai memenuhi sekeliling tempat ini. Penglihatan mulai terganggu oleh debu dari reruntuhan.

Mereka hanya terdiam dan berharap bahwa aku dan perempuan itu tidak saling membunuh satu sama lain.

"Apakah kau pikir berhasil mengenaiku?"

Suaraku membuat perempuan itu terkejut dan tidak yakin dengan serangannya tadi, mengira bahwa serangan tangan golem tadi mampu menghancurkanku dalam sekejap.

Debu mulai hilang, mereka bertiga terkejut setelah melihat pelindungku yang berbeda dan menyeramkan ini.

Roh tengkorak besar dengan perisai yang besar dan tubuh tengkoraknya yang tinggi mirip seperti S**a*o. Mereka terlihat terkejut karena baru pertama kalinya ada manusia yang bisa melakukan hal itu dalam sekejap.

Roh tengkorak besar ini terbuat dari sekumpulan roh kecil yang mengelilingiku dan berkumpul dalam satu tempat sehingga menghasilkan perisai yang kuat dan hebat, walau bentuknya sedikit mengerikan.

"Yah, tadi itu hampir saja."

"Ke-kenapa kau masih baik-baik saja? Bukankah sudah terkena pukulan telak dari golemku?"

"Memang benar. Tinjuannya membuatku kelelahan untuk menghancurkannya, tapi..."

"Tu-tunggu dulu! Kau bilang bahwa kau menghancurkan golemku dalam sekejap?"

"Memang, bukankah kau melihatnya di tangan kiri aku sewaktu aku mengejarmu?"

Menyangkal fakta itu dari ucapan yang aku bilang kepadanya. Hal tersebut memang mustahil, namun aku bisa seperti ini dari malaikat bodoh itu.

Mengeluarkan sekerumunan tengkorak terbang dan melayang ke arahnya, ia juga mengeluarkan seluruh kekuatannya agar melindungi dirinya sendiri.

"Kenapa banyak sekali arwahnya?!" Keluh perempuan berambut biru dengan wajah kesal terhadap tengkorak yang tiada habisnya.

*Swush~

*Dum!

Langit menjadi runtuh oleh pertarungan kami berdua. Aku mencoba mencari celah agar bisa melenyapkannya dalam satu serangan terakhir.

Sebelumnya, orang ini hanya bisa melakukan Damage on Area dalam sekali pakai, itu pun juga karena dia tidak tahu dan mencobanya di dalam kamar kastil yang dibuat oleh Friya.

Mengeluarkan banyak arwah tengkorak agar membuatnya sibuk akan hal itu adalah hal yang sulit. Dia adalah pengendali jarak jauh maupun dekat, sedangkan serangan terhebatku berada dalam serangan jarak dekat.

"Apa yang harus kita lakukan, Shilph?"

"Entahlah, sepertinya ia benar-benar akan menghabisinya dengan serangan keduanya yang mematikan."

Mundur dalam beberapa jangkauan, bersiap mengeluarkan skill dengan gerakan baru.

"Munculah dan buatlah bingung dirinya, Shadow of Light!"

Tengkorak yang mengelilingiku berubah menjadi diriku dalam jumlah banyak sedangkan ia masih sibuk dengan tengkorak terbang milikku.

Membagi arah menjadi dua. Aku yang asli ke bawah sedangkan yang tengkorak itu menuju langsung ke depannya.

Selain memiliki tengkorak yang menggantikanku, ia juga bisa mengeluarkan skill yang sama sepertiku.

*Drek, Drek!

*Dum!

Hujatan batu menimpa tengkorak yang telah dikirim ke dirinya dalam beberapa serangannya yang palsu, menggunakan skill Damage on Area untuk fokus dengan dirinya.

Menghindar, mengarahkan bebatuan ke yang palsu, lalu menangkis serangannya dengan tengkorak besar berwarna ungu, yang aku anggap bahwa itu adalah perisai.

"Sekarang waktunya, Damage on Area!"

Serangan kejutan mengenai dirinya, luka yang diterima oleh seranganku begitu besar di tubuhnya. Membuat tubuhnya terhempas ke bawah. Menggapainya dengan terbang ke arah ia jatuh lalu menangkapnya dengan kedua tangan.

"Sembuhkanlah ia, Infinity Spirit!"

"Tu-tunggu dulu! Bu-bukankah itu hanya bisa ia lakukan terhadap dirinya sendiri?"

"Kau benar, aku merasa ada yang aneh dengan dirinya ini. Apakah ia Regard ataukah bukan?"

Luka yang di terimanya tadi telah menghilang dengan cepat. Aku menaruhnya di tanah. Kemudian menghilangkan tengkorak menjengkelkan ini, lalu pingsan ke tanah dengan tubuh yang kelelahan.

Bersambung...