Untuk beberapa hari ini, kita menginap di hotel dengan jumlah koin emas yang banyak dari sang Raja.
Mencoba merundingkan keputusan dari pikiran kami bertiga, yaitu pendapat kami mengenai permintaan sang Raja kali ini.
"Aku tidak akan mau kesana, sampai kapan pun juga tetap tidak mau," sela Shilph dengan sifat kekanak-kanakkan, membuatku jengkel akan hal itu.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
"Kau benar, Friya."
"Jika dilihat dari situasi ini. Kemungkinan besar adalah jika kita menolaknya, maka akan dikeluarkan secara paksa oleh kerajaan dari Ibukota Farihiora ini."
Ini benar-benar hal yang rumit dan paling misterius. Mereka bertiga tidak tahu harus melakukan apa, bahkan aku sendiri menjadi bingung dengan permintaannya itu.
"Pokoknya untuk saat ini, kita lebih baik beristirahat dulu."
"Kau benar. Kita harus tidur untuk memulihkan semuanya."
Semua orang yang berkumpul di kamarku, pergi menuju kamarnya masing-masing.
Mematikan lampu, merebahkan tubuhku di kasur empuk dan nyaman. Merenungkan perkataan yang mereka bicarakan tadi sambil menatap langit-langit atap.
»»»»»●«««««
Hari sudah pagi.
Kami sudah bersiap untuk melakukan perjalanan ke tempat itu. Terlebih, semuanya sudah penasaran dengan apa yang terjadi di dalam lembah tersebut.
Ketika kami berjalan menuju gerbang Ibukota, kami melihat Veru dan Kanae.
Mereka berdua sedang menunggu sesuatu di depan gerbang, dengan beberapa pasukan.
"Kenapa kau ada disini, Veru?"
"Ah, yah.. kau tahu, bahwa kami ke sini ingin ikut dengan kalian."
Mendengar hal itu dengan tiba-tiba membuat kami menjadi terdiam, lalu menatap mereka berdua.
"Yang dibilang Veru benar. Kami ke sini untuk ikut membantu kalian."
"Kenapa kau ingin membantu kami, Kanae?"
"Habisnya, lawan kita saat ini adalah hal yang rumit!"
"Lawan?"
Kami berempat mendengar hal itu langsung terkejut dan menanyakan hal itu secara bersamaan.
"Apa kau tahu tentang kemampuan yang dapat mengubah semua makhluk hidup menjadi sebuah boneka?"
"Me-memangnya ada hal begituan?"
Kanae menganggukan kepala sedangakan Veru hanya memasang wajah serius kepada kami berempat.
"Ada. Walaupun aku sendiri kurang yakin dengan hal itu."
Mengepal tangan kanannya dengan erat. Aku secara tidak sengaja melihat telapak tangan Kanae berubah menjadi tinjuan, lalu menatap wajahnya kembali, yang sedang kecewa, benci dan marah.
"Baiklah, kalau itu memang mau kalian berdua," sela aku, yang mengambil keputusan tiba-tiba tanpa membicarakan dahulu kepada mereka bertiga.
Mereka berdua menatap kami dengan senyuman kecil.
"Oi, Shilph!"
"Ya, ada apa?"
"Apakah kau tahu tentang orang yang dimaksud oleh Kanae tadi?"
Menggelengkan kepalanya kepadaku, ia juga sepertinya baru kali ini mendengar hal tersebut.
Kanae dan Veru berada di depan, sedangkan beberapa pasukan yang mereka bawa berada di belakang kami.
[PoV ke Lelaki tua]
"Ampun, ampuni aku!"
Sebuah bayangan tubuh yang besar dan berwarna hitam mendekati aku yang tergantung di seutas tali.
Wajahku ketakutan. Mencoba memohon kepada bayangan hitam itu agar dibebaskan dari tempat ini.
Namun, bayangan itu tidak mendengar perkataanku. Hanya menggerakan tangan kananku ke arah depan, lalu ke arah horizontal.
Tangan dan tubuhku bergerak sendiri. Kemudian tangan milikku menyentuh tenggorokan, mencekik leher sendiri dengan wajah ketakutan.
Tubuhku itu berubah jadi lemah dan tidak memiliki tenaga. Udara yang aku hirup menjadi hilang setelah melakukan hal itu kepada diriku sendiri.
"Nah, nah begitulah seharusnya. Kalian manusia tidak tahu apa-apa dibandingku. Oleh sebab itulah rasakan kemarahanku ini, manusia bodoh!"
[PoV ke Regard]
Kami masih berada jauh dari tempat yang akan kami tuju. Bisa dibilang, tempat ini adalah Hutan Tak terlihat.
Dimana dalam ingatan ini mengatakan bahwa disini sangatlah berbahaya dan mengerikan.
Sesuatu bergerak dari arah jam 10 dengan cepat. Bukan cuma satu, melainkan banyak yang mengikuti kami dengan gerakan cepat, yang bersembunyi di pepohonan.
"Bersiap-siaplah!"
Friya sepertinya merasakan sesuatu yang datang. Kami mengikuti perkataannya.
Menyiapkan dan menggenggam senjata untuk bertarung di tempat ini. Hanya aku yang tidak memiliki senjata, zirah atau hal lainnya yang dapat melindungiku.
Sesuatu keluar dari pepohonan dalam jumlah yang banyak dan berkelompok. Kabut ini menyebalkan sekali.
Mengganggu penglihatan kami, walau aku sendiri sudah bisa melihat seluruh tempat ini dengan kemampuan baru.
*Dret, Dret ,Dret!
Langkah kaki terdengar semakin mendekat, Friya melakukan sesuatu agar dapat penerangan di tempat ini.
"Lenyapkanlah yang dapat menghalangi pandangan kami, Wind Out!"
Angin menghempas kabut itu menjadi hilang dan terlihatlah bentuk monster di tempat ini.
Tubuhnya yang besar, berkaki empat, yang dua untuk jalan sedangkan yang duanya lagi begitu kecil. Mulutnya yang bertaring, tajam dan mengerang dengan wajah mengerikan.
"Grrraaaggh!"
"Semuanya, menghindar!"
Kami berpencar menjadi beberapa orang.
Shilph denganku, Friya dengan Reita, Veru dengan Kanae. Sedangkan beberapa prajurit yang mereka bawa menyerangnya secara berkelompok.
"Serang!"
Pasukan itu penuh semangat dan berani menyerang mereka secara bersamaan dan gerakan bertarungnya yang teratur.
"Graaaarrrgghh!"
Menghantamnya dengan menggunakan kepalanya, mendorongnya jauh, mencakar dengan berkali-kali cakaran yang ia lakukan kepada pasukan Kanae.
Semuanya tumbang, tidak ada satu pun yang tersisa dari semua pasukan.
"Sudah kuduga, bahwa mereka tidak berguna saat dibawa."
"Apa maksudmu itu, Veru?"
Veru dan Kanae menyerangnya menggunakan pedang berukuran sedang, lalu saling membelakangi kedua tubuh mereka, menjaga satu sama lain agar tidak terkena serangan.
*Trang!
*Srek!
*Buak!
"Yang aku maksud adalah pasukan yang kau bawa itu, bodoh!"
Menahan cakaran dari monster besar itu dengan pedang milik Veru, ia merasa seperti dihantam oleh besi di pedangnya.
"Apa yang kau maksud itu, bodoh!"
Membelah tubuh monster dengan skill cahaya dari pedang Kanae, yang kesal dan tidak terima dihina oleh Veru.
Menghindari serangan monster itu dengan cepat, sedangkan Shilph terbang sambil mengarahkan anak panahnya ke arah monster tersebut.
"Munculah dan sebarkan ke perut mereka, Arrow Light Unlimited!"
Beberapa lingkaran muncul dari belakang tubuhnya, berwarna ungu gelap dan tengah lingkarannya berwana hitam.
*Fwush~
*Srusuk, Srusuk, Srusuk!
Anak panah mengenai mereka dalam jumlah yang banyak, mengenai tubuh mereka dan membelahnya dengan hujatan panah tadi.
Melihatnya penuh tanda tanya di wajah. Ia begitu hebat dalam melakukannya.
Bukan cuma itu, melainkan.. membunuhnya dengan cepat, membelah tubuhnya menjadi daging cincang, itulah yang membuatku kagum kepadanya.
Shilph menatapku dengan tajam, ia merasa ada sesuatu yang mengganggu di dirinya dengan tatapanku yang mengarah padanya.
"Ada apa, Shilph?"
"Ah, tidak ada apa-apa!"
Melanjutkan panahnya, aku hanya bisa terdiam dan melamun. Aku tahu, bahwa ini menjengkelkan sekali. Tidak ada senjata atau armor, mempunyai kemampuan yang dapat melukai tubuhku sendiri.
Aku tidak mau menggunakan hal itu disini, karena tujuan kami hanyalah mencari orang yang dimaksud oleh Kanae dan Veru.
Monster besar mengarah ke arahku, ia sudah bersiap melakukan penyerangan karena mengetahui aku ini lemah.
*Druk!
*Sret, Sret!
"Bodoh, apa yang kau lakukan di sana?"
"Ah, maaf. Tapi.."
"Ini benar-benar sulit sekali!"
Dia menghela napas pelan. Kemudian mengambil anak panah dari kekuatannya, lalu membidik semua monster yang menyerangku.
*Trang, Tring, Trang!
Veru dan Kanae masih kelelahan dengan jumlah monster yang masih banyak ini.
"Cih, apakah tidak ada cara cepat untuk menghabisinya?"
"Ada!"
"Huh, apa maksudmu itu, Veru?"
Menunjuk jarinya ke arah atas. Kanae mengikuti jarinya yang menunjuk ke sebuah pohon, ia masih kurang mengerti dengan maksud dari tunjukan jari Veru.
"Ya ampun, kau benar-benar bodoh sekali ya," dengan pasrah ia mengerutkan keningnya, mengelus kepalanya sendiri menjadi berantakan rambutnya.
Melangkah ke arah Kanae, mencoba untuk membisikan rencana yang ia pikirkan kepadanya.
Sedangkan di tempat Friya dan Reita sedang melawan monster yang sama.
"Seranglah dia, lalu hantamlah, Fire Whole Stone!"
Lingkaran hitam muncul di depan batu, batunya juga menjadi terbakar serta mengarah ke beberapa monster yang menuju ke arah mereka dan ingin menyerang mereka.
Veru berlari ke arah mereka, menangkis serangannya dengan penuh senyum. Ternyata, Kanae sedang melompat ke batang pohon besar, menebas pedangnya ke arah batang tersebut.
Veru juga menebas beberapa tempat vital mereka, yaitu bagian kaki, badan dan leher.
Dua puluh monster telah terkena. Setelah itu, batang pohon yang telah di potong oleh Kanae menimpa mereka, menjadikannya sama seperti tanah, hanya ada bekas cipratan darah di tempat jatuhnya batang tadi.
"Bagus, namun.."
"Sepertinya mereka masih belum ada habisnya."
"Kau benar!"
Suara langkah kaki terdengar, langkahnya begitu keras dan dekat sekali dengan tempat ini.
"Lenyapkanlah ia, Santeria!"
"Baik, Tuan!"
Sebuah hujatan meteor besar mengarah ke arah monster, menyebabkan semua area telah terkena dampaknya.
Hutan yang tadinya berkabut dan berawan, kini menjadi tanah tandus berwarna hitam, hanya ada beberapa bekas lahar dari meteor tadi.
"Di-dia..."
"Mu-mustahil, kau kan.."
"Iya, tidak salah lagi.."
"Dia adalah Fuzikumibaru!"
(Note:Fuzikumibaru=sebutan bagi orang yang mengendalikan Marionette)
Kami mengatakan hal itu secara bersamaan, melihat bahwa orang yang berada di dekat kami adalah orang yang sedang kami cari.
Di tambah, ia memiliki seorang perempuan yang hebat. Dari bentuk tubuhnya sepertinya pas buat dijadikam istri... tidak, maksudku perempuannya itu adalah seorang iblis.
"Cih, kenapa kau selamatkan kami?"
"Selamatkan?"
"Siapa yang kau maksud selamatkan kalian?"
"Aku ini hanya sedang menguji kekuatan mereka, para Shukufuji terhebatku," lanjutnya dengan wajah bangga dan nadanya yang keras.
"S-shukufuji?"
"Ya, itu adalah sebutan bagi mereka yang telah menjadi boneka miliknya, dan juga..."
Friya terdiam menatap perempuan iblis itu, lalu menunjuk tangannya ke arah sana.
Aku yang heran dan bingung pun, langsung mengikuti arah tunjukkannya itu.
Saat melihatnya aku terdiam. Sebuah tangan yang telah berubah menjadi kerangka boneka dengan beberapa tali yang terhubung ke arah mereka, membuatnya terlihat menjadi boneka asli.
Selain itu, kayu yang berbentuk seperti tambah, itulah yang membuat mereka menjadi seperti itu.
"Berhati-hatilah, kemungkinan besar dia akan menyerang kita!"
Dengan cepat, Kanae memberi tanda agar tetap waspada terhadapnya. Aku yang mendengarnya pun mengikutinya. Namun..
Ia terlihat seperti tidak akan menyerang kami, tapi kenyataan yang tak terbantahkan dan tak terelakkan adalah bahwa ia itu seorang pengendali boneka.
Mengubah tubuh manusia menjadi boneka, lekukan tangan dan kaki juga telah berubah menjadi kerangka boneka.
"Tunggu sebentar!"
Langkahnya terhenti mendengar perkataanku. Dia hanya terdiam, tidak menoleh ke belakang sedikit pun.
"Kenapa kau melakukan itu kepada mereka?"
"Mereka? Siapa maksudmu, Bocah?"
Mendengar ejekannya membuatku merasa kesal. Aku yang umurnya sudah tua, sekarang disebut oleh orang-orang dengan sebutam Bocah, Nak.
Menunjuk ke arah salah satu boneka yang telah melindungiku sehingga nyawanya melayang tanpa rasa ampun dari pemiliknya.
"Oh, itu.. itu adalah hal yang wajar bukan?"
"Hal yang wajar? Apa maksudmu?"
"Yang aku maksud adalah orang yang lemah seharusnya tidak hidup, melainkan..."
"Mati!"
Merasa jengkel dengan ucapannya.
Aku bertindak gegabah, yang berlari ke arahnya dengan tangan kosong sembari teriak.
"Lakukanlah, Santeria!"
Dercika kilat terlihat dari awan, mengarah kepadaku.
*Cetar... Dum, Bzzzt!
Sesuatu telah melindungiku, mencoba melihat ke arah depan.
Ternyata ia adalah Shilph, menahan serangannya menggunakan perisai dari panahnya. Aku hanya bisa mendercikan gigi, melihat betapa lemahnya aku.
"Wah, wah.. tidak aku sangka ya, ternyata ada yang menarik juga di sini!"
Beberapa boneka lainnya muncul, mengepung kami semua di tempat ini.
Wajahnya penuh senyum. Benang bergerak, boneka yang lemah mengarah ke Veru dan Kanae. Sedangkan yang kuat, mereka mengarah ke arah kami berempat. Perempuan iblis, Lelaki dengan palu listriknya, Seorang lelaki dengan otot yang kuat seperti baja.
"Apa yang harus kita lakukan, Shilph?"
"Habisi mereka!" Jawabnya dengan dingin dan tajam kepadaku.
.....
Kami sepertinya kelelahan bertempur dengan mereka, yang kekuatannya tidak ada batasnya. Dan juga..
Shilph, Friya, dan Reita sudah mencapai batas. Menggerakan jarinya, lalu kayu yang di pegang olehnya ikut bergerak juga.
Shilph menghindar, menangkis serangannya. Friya dan Reita juga melakukan hal yang sama seperti Shilph.
Aku? Aku hanya terdiam, menatap penuh kecewa dan kesedihan terhadap mereka bertiga.
*Bet, Ring!
"I-ini.."
"Kena kau!"
Cahaya muncul dari tanah, membuat tubuh mereka bertiga tertutup oleh cahaya tersebut.
"Tu-tubuhku.. kenapa sulit untuk di gerakkan?!"
*Krekek.. Krekek!
Seluruh tubuh dan lekukan di setiap pergelangan tubuh mereka berubah menjadi boneka. Kemudian benangnya tersambung ke seluruh tubuh Shilph, Friya, dan Reita.
Cahaya itu sirna, menatapnya dengan kaget bahwa mereka telah menjadi boneka orang ini.
*Tring, Trek!
"Oi Regard, kenapa kau hanya.."
Veru terdiam sesaat setelah melihat ke arahku, tatapannya berubah menjadi takut dan waspada akan terjadinya hal yang mengerikan.
"Regard, tolong aku! Selamatkan aku!"
"Ta-tapi, aku tidak tahu caranya."
Jari lelaki itu bergerak, mengarahkan benang yang terhubung ke arah mereka bertiga. Yang tadinya biasa saja berubah menjadi terdiam, datar dan tidak memiliki perasaan layaknya boneka.
"Nah, waktunya untuk menghabisimu, bocah!"
Menyiapkan busur, anak panah, batu-batu dan benda lainnya yang berada di udara, lalu meteor dan percikan kilat juga mengarah ke arahku.
Menghindarinya dengan cepat, tenang dan tidak terburu-buru. Lelaki berotot itu bersiap memukulku dengan tangan besarnya itu.
Menangkisnya dengan kedua tanganku, tanah yang aku pijak menjadi retak, sepertinya kekuatan lelaki berotot ini benar-benar hebat.
Lelaki dengan palu listriknya sudah berada tepat di belakangku, melemparku menggunakan palu miliknya, membuatku terhempas ke tanah yang jauh dan penuh luka dan darah.
*Trang, Trek!
"Si-sial, seandainya saja.."
Menangkisnya dengan pedang milik Veru, wajahnya seperti jengkel dan marah melihat bahwa mereka berdua akan lenyap dan tamat di tempat ini.
"Hahaha, bagus.. bagus!"
"Ternyata kau dapat melakukannya ya, walau masih baru."
"Tentu saja, Tuan!"
Aku hanya meringis, menatapnya penuh amarah, sedih, dan kebencian.
Seandainya saja aku bisa mengalahkannya di tempat ini, maka tidak mungkin aku akan mati mengenaskan seperti ini.
"Apakah kau menyerah, Manusia bodoh?"
Suara yang tidak menentu terdengar ke arah telingaku, membuatku takut akan datangnya ia yang aku harapkan, tepat saat detik-detik seperti ini.
Pusaran angin menutupi tubuhku. Semua orang yang berada di sekitar hutan terdiam, hanya menatap pusaran tersebut.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Pusaran anginnya berwarna ungu, tanah berubah menjadi hitam, pepohonan yang jauh menjadi layu dan tumbang.
*Bet, Fwush!
"Mu-mustahil, dia..."
"Dia adalah Necromancer!"
[PoV ke Regard, meski bukan dirinya saat ini]
Menatapnya dengan dingin, tajam, dan benci terhadapnya.
Tubuhnya bergeming, lalu mengarahkan semua boneka miliknya ke arahku.
Perempuan iblis yang melakukan perapalan sihir hebatnya, Shilph yang menyiapkan beberapa anak panah dan sihir dari panah tersebut.
Reita juga sudah menyiapkan benda-benda yang berada di sekitarnya, lalu mengubahnya dan bersiap mengarahkan semuanya ke arahku.
Lalu Friya sudah mengeluarkan roh-roh dari tongkatnya, mengubahnya menjadi sebuah element dan beberapa sihir lainnya.
"Sekarang, hancurkanlah orang itu!"
Semua sihir, kemampuan, dan tinjuan mereka mengarah kepadaku secara bersamaan.
Wajahnya tersenyum, seolah-olah merasa puas dengan semua kekuatan milik boneka ini. Ditambah dengan kemampuannya, yang bisa mengendalikan mereka semua.
"Apakah kau berpikir bahwa aku sudah mati?"
Terkejut dengan suara ku, yang berada di belakangnya secara tiba-tiba.
"Mu-mustahil! Semuanya, seranglah orang ini!"
Tidak ada reaksi dari semua yang ia kendalikan, melihat ke kayu tersebut.
Kayu dan benang tidak apa-apa, yang menjadi masalah baginya ialah benang yang berada di tubuh mereka.
"Cih, bagaimana mungkin kau bisa melakukan hal itu?"
"Memangnya kau pikir aku ini apa, Manusia rendahan!"
Melangkah ke arahnya, menyiapkan serangan mematikan. Nampaknya, ia sudah terpojok dengan situasinya.
"Hehehe, hahahahaha!"
"Memangnya kau pikir bisa mengalahkanku setelah itu, huh?!"
Lingkaran sihir yang menyilaukan berada tepat di bawahku.
Dilihat dari wajahnya, sepertinya ia sudah mempersiapkan semuanya dari awal. Dan juga, ia ingin mengendalikanku? Yang benar saja.
Sebuah senyum kecil muncul dari wajahku, menghilang dari tempat sihir itu, lalu menebas tangannya menggunakan pedang.
Pedang ini bukanlah pedang biasa. Melainkan terbuat dari roh kepala tengkorak, lalu berubah menjadi seperti ini.
"Nah, waktunya mengakhiri permainanmu," selaku penuh dingin dan tajam, dengan cahaya yang muncul dari telapak tangan kanan.
"Tu-tunggu dulu, jangan bunuh aku, ku mohon!"
"Mohon? Tidak ada ampunan bagimu, Manusia bodoh!"
*Wush~
Menghilang, lalu muncul di depan wajahnya, kemudian menggenggam kepalanya dengan tangan kanan yang bercahaya ini.
"Berikan aku kekuatan kalian, Damage on Area!"
Menguras tenaga dan kekuatan yang mereka bertiga punya. Menjadikannya sebuah serangan mematikan, yang hanya dimiliki olehku saja.
*Tring, Bet, Fwush, Duar!
Langit-langit menjadi terang, pepohonan yang di hutan ini menjadi tumbang oleh sihirku.
Mereka yang terjerat menjadi boneka, sekarang sudah kembali seperti semula.
Hanya aku dan mereka bertiga lah yang sedang terluka parah. Namun, mereka masih bisa bertahan, meski tenaga dan kekuatannya telah direbut olehku secara paksa.
[PoV ke Regard]
"Terima kasih ya, kalian telah menyelamatkan kami!"
Perempuan iblis itu senang, lalu mengucapkannya kepada Veru dan Kanae. Veru memegang pundak perempuan itu, mengarahkannya ke arahku yang sedang terbaring di tanah dengan tubuh penuh luka dan darah.
"Orang itulah yang menyelamatkan kalian, bukan aku!"
"Eh?"
Mendengar hal yang mengejutkan dari perkataan Veru, membuatku panik, gugup, dan kaku dengan situasi ini.
Dia hanya tersenyum kecil, lalu pandangannya mengarah ke arah Kanae. Dilihat dari situasinya, ini memang menguntungkan.
Tapi, melihat wajah Shilph yang kesal dan mencoba menahan amarahnya itu membuatku kesal. Meskipun terlihat jelas dari wajahnya, yang mencoba memasang sikap berpura-pura.
Semua orang yang sadar tiba-tiba menciumku, sedangkan para laki-lakinya mengucapkan terima kasih.
Aku tidak tahu kenapa, tapi yang jelas... ini benar-benar menakjuban.
"Mau kemana kau, Kanae?"
Veru berlari ke arahnya, lalu memegang pundak kananya. Ia hanya terdiam, tidak berkata apa-apa pada Veru.
"Lepaskan! Aku hanya ingin istirahat, hanya itu saja!"
"Begitu ya."
Pergi meninggalkan kami dengan mulut terdiam dan tidak melambaikan tangan sedikit pun. Dia juga tidak menoleh ke arah kami.
Bersambung...