Kami bertiga sedang dalam perjalanan menuju ke kota. Awalnya aku pikir hanya berduaan dengan Shilph, tapi ternyata Elf ini juga ikut dengan kami.
"Tidak aku sangka ya, ternyata kau tidak tahu jalan juga."
"A-apa maksud perkataanmu itu?"
"Padahal kau itu adalah seorang malaikat, tapi kau juga tidak tahu jalan."
Memasang wajah menjengkelkan kepada Shilph. Dari wajahnya, aku yakin bahwa dia terlihat sedang menahan emosinya.
"Oh iya, Friya."
"Iya?"
"Kalau aku boleh tahu, kenapa hutan itu jadi mengerikan?"
Friya adalah nama Elf itu. Dia memberitahunya kepada Shilph, lalu Shilph memberitahukan namanya kepadaku.
Ia hanya terdiam saat aku tanya begitu, wajahnya menunduk ke bawah.
Shilph menatap ke arah aku, menyuruhku untuk berhenti menanyakan hal aneh kepadanya. Dengan cepat, aku berlari ke depan Friya, lalu menunduk beberapa derajat dan meminta maaf kepadanya.
"Tidak, tidak, kau tidak perlu minta maaf."
"Tidak, karena perkataanku lah yang membuatmu sedih."
"Sudah aku bilang, itu bukan salahmu."
"Ini semua adalah salah mereka," lanjutnya dengan wajah sedih dan kesal.
"Sa-salah mereka?"
"Benar. Mereka adalah sekumpulan orang dengan kekuatan tinggi dan bertujuan untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan."
Sedikit demi sedikit aku sudah mulai mengerti bahwa dunia ini ternyata lebih parah dibanding dunia sebelumnya.
»»»»»●«««««
Kami sudah keluar dari hutan. Saat ini kami di lapangan kosong. Tidak ada pepohonan di lapangan ini, melainkan hanya rumput saja yang berada di lapangan ini.
"Ah, akhirnya kita berhasil juga."
Mengambil posisi duduk, lalu berbaring di tanah sambil menatap langit-langit.
Shilph dan Friya bingung dengan sikapku yang begitu santai sampai-sampai mereka melihat ke arahku terus menerus.
"Ada apa, kalian berdua?"
"Ah, tidak ada apa-apa."
"Itu benar."
Mereka berdua terlihat aneh dan menyembunyikan sesuatu dariku, mungkinkah itu...
Membayangkan untuk pertama kalinya Shilph merasakan hal itu. Dimana rasa ciuman benar-benar lebih hebat dibanding yang ia duga. Wajahnya menjadi malu, takut dan gugup saat melihat wajahku.
Tidak, tidak. Bagaimana pun juga itu mustahil sekali.
Aku melanjutkan pemikiranku yang tadi, lalu sadar bahwa ia tidak mungkin seperti itu. Dilihat darimana pun juga, ia masih terlihat malu saat aku menatapnya seperti ini terus-terusan ke arahnya.
Wajahnya memerah ketika mengetahui aku sedang melihat dirinya sedang berbicara dengan Friya. Friya juga bingung dan heran dengan sikap yang di perlihatkan oleh Shilph. Matanya yang mengarah ke sekeliling, lalu beberapa detik melihat ke arahku. Gerakan tubuhnya juga sedikit aneh dengan sikap malu-malunya seperti itu.
Menghela napas, lalu mengalihkan tatapanku ke langit kembali. Udaranya benar-benar sejuk dan nikmat. Aku memejamkan mata sebentar sembari menikmati angin yang sejuk dan nyaman ini.
"Apa kau yakin dengan hal ini, Regard?"
"W-whoa!"
Aku yang tadinya ingin terlelap tidur menjadi bangun. Wajah Shilph terasa begitu dekat. Tatapan matanya kurang yakin dengan tempat disini. Bangun dari tidur lalu berdiri, dan mendekati Shilph agar lebih dekat lagi.
"Tenang saja. Lagi pula aku punya kemampuan yang keren ini kok."
"Heh, Jadi begitu ya. Lalu kenapa kau mati saat di hutan itu?"
Mendengar ejekan yang keluar darinya membuat aku merasa jengkel. Kemudian mengepal tanganku untuk menahan emosi, lalu menghela napas.
"Kalian berdua, kesini sebentar!"
Friya sepertinya ingin berbicara sesuatu kepada aku dan Shilph. Kami mendekatinya, ia terlihat resah dan khawatir tentang suatu hal, yang aku sendiri saja tidak tahu akan dunia yang baru ini.
"Bi-bisakah kita menginap dahulu disini?"
"Nah itu yang aku pikirkan."
"Ta-tapi kalau kita menginap disini, kemungkinan ada monster di tanah lapang seperti ini bahkan tempat mereka menyerang lebih leluasa."
Ternyata Friya memiliki pemikiran yang sama denganku.
Yah... bagaimana pun juga hari ini cuacanya berubah menjadi tidak mendukung. Jadi, dengan terpaksa kita harus berhenti sejenak sampai selesai hujan nanti.
Shilph masih merenungkan pikirannya, wajahnya terlihat cemas dan khawatir. Kemudian ia melirik ke arahku yang sedang berbicara dengan Friya.
"Baiklah, aku mengerti."
"Jadi aku hanya perlu membuat penginapan di sekitar sini saja kah?"
"Benar. Tapi aku benar-benar minta maaf ya, karena sudah merepotkanmu untuk hal kecil ini."
"Tidak, justru hal seperti ini lebih berguna dibanding melakukan kejahatan."
Friya mengarahkan tangan kanannya sedikit ke atas sehingga kepala tongkatnya mengarah ke arah depan. Setelah itu, dia mengucapkan sebuah mantra yang begitu panjang dengan cepat sekali.
*Dret, Dret
*Dum!
Getaran tanah begitu hebat terasa di tempatku berpijak. Sesuatu muncul dari belahan tanah di depan Friya. Munculah sebuah tanah besar yang mirip seperti kerajaan. Kemudian berhenti bergetar dan berbunyi setelah keluar bangunannya dari dalam tanah, yang ia lakukan dengan menggunakan skill miliknya.
"W-whoa!"
"He-hebat sekali ya, Friya!"
Bahkan kami berdua cukup terkejut dengan skill dan kemampuan Friya sehingga wajah yang di perlihatkan oleh kami berdua adalah wajah bahagia.
Aku tidak tahu apa yang membuatnya bahagia, yang jelas aku bersyukur mempunyai Elf yang bisa melakukan hal seperti tadi.
Kami pun memutuskan untuk masuk ke dalam. Di dalam begitu gelap dan dingin, tidak ada cahaya api maupun yang lainnya.
Hujan turun dari luar istana, disertai kilat yang terdengar keras sampai suaranya terdengar ke dalam. Untungnya, kami sudah masuk ke dalam istana yang terbuat dari tanah ini, kalau tidak maka berakhirlah sudah.
Bangunan ini memang dari tanah, tapi dari segi ketebalan sepertinya ini bisa dibilang seperti batu yang biasa aku gunakan di pekerjaan.
Sesuatu aneh terjadi pada mataku. Kemudian aku menutupinya sedangkan mereka berdua sadar akan kesakitan dari diriku.
"A-apa kau baik-baik saja, Regard?"
"A-ah, aku baik-baik saj-"
"Aaargghh!"
Sesuatu yang besar mengalir dalam tubuh ini, rasanya begitu sesak dan sulit untuk bernapas. Friya dengan cepat mengambil sikap untuk menyembuhkanku dari hal yang tidak diinginkan. Shilph sama seperti Friya, ia juga sudah bersiap untuk menyerangku dalam jarak dekat karena ia tidak mau sesuatu mengambil alih tubuhku.
Rasa sakit itu hilang dalam beberapa saat. Aku masih kelelahan bernapas karena tadi begitu sesak sekali.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Te-tentu saja, aku baik-baik saja!"
"Syukurlah kalau begitu. Aku pikir kau terkena kutukan dari Demon Lord."
"Tentu saja tidak. Hmmm.. barusan kau bilang itu adalah Demon Lord. Siapa orang yang kau maksud itu?"
(Demon Lord:Raja Iblis)
Mereka berdua menarik napas lega. Aku masih heran dengan apa yang ia ucapkan terhadapku.
Apakah dunia ini masih ada kejahatan? Ataukah dunia ini masih memiliki misteri yang rumit? Ah, itu semua benar-benar menjengkelkan.
Tempat ini masih begitu gelap. Shilph dan Friya hanya mengandalkan indra perabanya saja, tidak sepertiku. Yang sekarang bisa melihat sesuatu dari kejauhan, tidak peduli mau tempat itu gelap atau terang. Yang jelas aku mendapatkan penglihatan ini sejak rasa sakit di mataku tadi.
"Biar aku terangkan dulu tempat ini."
"Berikanlah kami penerangan, Fire Emblem!"
Sihir berelement api keluar dari tongkatnya berbentuk gumpalan api, lalu menaruh di setiap sudut jalan yang sudah disiapkan obor. Bangunan ini menjadi terang berkat cahaya api yang ia miliki. Sihir berelement memanglah hebat untuk beberapa hal, tapi...
Apakah aku sudah bisa melakukan hal yang disebut di dunia ini, yaitu adalah kemampuan dan skill?
Perasaan ragu dan bimbang membuatku sedikit takut dengan kejadian yang sama di hutan para peri, dimana aku hampir mati dalam sekejap oleh tombak.
Jalan sudah sampai pada batas bangunan. Terdapat tiga kamar dalam bangunan besar ini. Shilph memasuki kamar yang berada di sebelah kiri, aku masuk ke yang tengah, dan Friya masuk ke kamar sebelah kanan.
"He-hebat sekali ya, kamar ini!"
Wajah yang aku perlihatkan setelah masuk ke kamar adalah wajah kagum. Gimana tidak? Karena kamar ini begitu mirip dengan kamarnya para bangsawan.
Desainnya begitu indah dan keren. Semua benda yang berada di kamar ini begitu elite seperti lemari, rak buku, rak baju, meja, kursi dan kasur. Selain itu, jendelanya juga panjang sampai seukuran denganku dan gordennya di penuhi lukisan yang memiliki motif bunga.
Melangkah ke kursi untuk duduk. Setelah duduk, aku langsung mengambil sebuah kertas yang bertuliskan kemampuanku, lalu mencoba untuk mengingatnya lagi dan berusaha untuk mempelajarinya.
.....
"Ah, ini benar-benar sulit sekali!"
Merasa jengkel karena tidak bisa menghafal satu pun cara menggunakannya. Aku memutuskan untuk menggunakan cara yang licik, yaitu menulisnya dengan pulpen di telapak tangan.
Aku mencobanya di dalam kamar. Merapal mantra, membuat gerakan yang sama seperti Friya saat melawan Orc.
Mendalami pikiran, memusatkan semuanya pada satu pikiran. Tidak memikirkan hal lain, seperti kehidupan anak seperti apa, istri bagaimana, hutang bagaimana? Itu semua sudah aku lupakan untuk akhir-akhir ini.
"Keluarlah saat ini juga, Destruction of Ghost!"
Hening beberapa detik di dalam kamar ini. Aku mengira dengan melakukan gerakan yang aku pikirkan dapat mengeluarkan sebuah skill, tapi ternyata tidak berhasil juga.
Mengulanginya berkali-kali. Gerakan yang berbeda dari sebelumnya setiap satu kali percobaan, lalu merapalkannya secara terus-menerus sehingga membuatku menjadi hafal dengan tulisannya tersebut.
"Fokus. Sekali lagi, sekali lagi!"
Dengan wajah kecewa dan napas kelelahan akan percobaan menggunakan skill ini. Tetapi aku terus berusaha agar bisa melakukannya walau ini tidak seberapa. Mencoba skill yang lain yaitu Damage on Area.
Gerakannya sama seperti skill Destruction of Ghost, yang berbeda hanyalah merapal mantranya saja. Dengan tubuh penuh keringat, mata yang kecewa, dan perasaan putus asa. Tapi aku masih tetap akan melakukannya, meski harus menggunakan tekadku ini.
"Berikan aku kekuatan hidup kalian, lalu hancurkanlah semuanya. Damage on Area!"
Lingkaran hijau berada tepat di bawah kedua kaki, lalu energi kehidupan orang memasuki tubuhku. Ini benar-benar lebih parah dan lebih kuat setelah merasakan kekuatan dari energi tersebut.
Tanda sihir muncul dari telapak tangan kananku. Bentuknya lingkaran dengan begitu besar. Di tengahnya memiliki bentuk silang sedangkan lapisan yang berada di luar dan tengah berbentuk bintang.
"I-ini..."
Sinar yang keluar dari sihir begitu terang. Aku bahkan tidak dapat melihat sesuatu menggunakan mata biasaku. Tadi itu aku menggunakan mata yang berkemampuan pasif, jika ada musuh yang mendekatiku maka akan langsung bereaksi terhadapku.
Semakin terang dan besar. Shilph membuka pintu kamar dengan wajah panik dan ketakutan melihat sinar yang besar dan silau sekali.
*Duar~
Ledakan yang telah aku lakukan begitu besar dan hebat, bahkan kami bertiga sudah terbaring di tanah sambil menatap ke langit.
"Tu-tubuhku... ti-tidak mungkin!"
"K-kau ini?!"
Shilph dan Friya terlihat lemah dengan kondisi tubuhnya saat ini, mereka juga tidak bisa bangun maupun duduk di tanah sehingga menatapku dengan tatapan takut.
Aku berusaha bangun sedikit demi sedikit. Mengambil sikap duduk lalu mencoba untuk berdiri. Memang terlihat sakit, apalagi dengan luka yang besar di tubuhku dan darah yang mengenai bajuku sehingga terlihat warna merah.
Membuat mereka berdua terdiam dan menatap tubuhku yang penuh luka dengan ekspresi ketakutan.
*Bruk!
Terhempas ke tanah dengan meringis kesakitan dan menahan rasa sakit yang begitu perih. Ini melebihi luka yang diterima waktu Orc melempar tombak ke arahku sedangkan ini jauh lebih sakit. Tidak.. lebih tepatnya adalah mirip seperti terkena sayatan pisau secara terus-menerus.
"Ke-kenapa i-ini bisa terjadi?"
"Regard! Sadarlah! Oi-oi, Regard!"
"Seandainya saja aku bisa menyembuhkannya dengan skill milikku, pasti ia tidak akan apa-apa sama seperti waktu itu. Tapi, aku sekarang tidak mempunyai tenaga dan kekuatan untuk melakukannya."
Penglihatanku mulai samar, tubuh ini menjadi lemas dan lemah, hanya bisa berserah diri sampai menunggu kedatangan I**o** agar membawaku ke alam baka.
"Ke-kenapa... bi-bisa... terjadi?"
Memejamkan mata setelah selesai mengucapkan hal itu. Mereka berdua berteriak histeris dan menangis setelah menatapku seperti ini.
"Oi, Regard! Sadarlah, oi-oi..."
"Bangunlah, Regard!"
[PoV ke Shilphonia]
*Bret!
*Sring, Sring, Sring!
Lingkaran yang menyelimuti tubuhnya begitu terang. Bentuknya seperti simbol tambah di pinggirannya dan begitu banyak. Bentuknya seperti layang-layang, berwarna emas di lingkaran tengah, lalu di pinggirannya berwarna perak.
"Ah, ah.. aku kira siapa. Ternyata hanya orang tersesat di hutan."
Lelaki dengan seragam berwarna hitam dan merah, mengenakan jas yang berwarna merah dan hitam, dan mengenakan celana formal panjang berwarna hitam.
Mengikatnya dengan benang sihir, seperti seorang pemburu yang mengikat mangsanya hingga mati atau masuk ke perut sang pemburu.
Aku dan Friya terkejut dengan kehadiran lelaki aneh ini secara tiba-tiba, membuat kami berdua terdiam dan hanya menatapnya dalam keadaan heran dan bingung.
Tiga hari telah berlalu.
Tempat ini begitu padat dan ramai sekali dengan orang-orang yang berdagang, membeli atau hanya sekedar lewat.
[PoV ke Regard]
"Ah, kau akhirnya sadar!"
Sebuah bantalan yang enak dan empuk berada di kepalaku.
Saat melihat ke atas, ternyata Shilph yang menyandarkan kedua kakinya ke kepalaku. Bangun dengan terkejut, lalu tidak sengaja mengenai kepala Friya sehingga ia terjatuh ke lantai.
"Te-tempat apa ini?"
"Oh, ini... kita telah berada di Ibukota Farihiora."
Senyum muncul di wajah mereka berdua. Aku tidak tahu apa itu Farihiora dan kenapa mereka bisa bahagia setelah sampai kesini?
Ah, benar-benar merepotkan. Memikirkan hal yang tidak berguna tanpa mengetahui jawabannya itu membuatku jengkel.
"Fa-farihiora?"
"Yap, itu adalah ibukota yang menyediakan segala macam fasilitas di kota ini"
"Se-segala macam fasilitas? Wa-wah, he-hebat sekali!"
Wajahku jadi sama seperti mereka. Membayangkan memiliki rumah di kota ini, lalu memiliki keluarga yang begitu baik seperti di dunia sebelumnya. Ah, itu benar-benar enak sekali impiannya.
Suara langkah kaki mendekati pintu kamar ini. Membuka pintunya, lalu terlihat lelaki yang yang tidak aku kenal.
"Apa kau sudah baikan?"
"Ah, tidak... aku tidak apa-ap.."
"Tuh kan, kau lihat sendiri bahwa lukamu itu masih terbuka."
Baru kali ini aku melihat Shilph bersikeras seperti ini, ia juga terlihat cemas sekaligus khawatir terhadap luka ini, walaupun aku sering membenci sifatnya yang menjengkelkan itu.
"Oh ya, ngomong-ngomong ini dimana?"
"Ah, aku lupa memberitahumu sesuatu."
"Sesuatu? Apa itu, eto.."
"Yabusa Kanae, panggil saja aku dengan nama Kanae!"
"Ba-baiklah. Ka-kanae?"
Kanae tersenyum, lalu ia melangkah ke arahku yang sedang duduk di ranjang kasur. Duduk di sebelah, menatapku terus-terusan, lalu dia berdiri dengan wajah yang begitu serius.
Shilph dan Friya hanya terdiam dan bingung akan sikap Kanae yang mendadak berubah menjadi misterius.
Apakah ia tahu bahwa aku telah melakukan kesalahan?
Menoleh ke arah Friya, lalu ke arah Shilph. Seolah-olah ada suatu hal yang ingin dia lakukan kepada kami bertiga, aku bahkan sudah berpikiran buruk tentang Kanae.
"Bolehkah aku bertanya kepadamu tentang beberapa hal?"
"A-apa itu?"
Wajah Shilph menjadi cemas. Memang, di dunia ini tidak ada tanda-tanda malaikat seperti dirinya jatuh ke dunia ini hanya untuk membantu orang-orang sepertiku.
"Pertama, apakah kalian telah bertarung dengan monster di Hutan para peri?"
"Iya, kami telah mengalahkannya," sela Friya dengan berbohong padanya.
"Begitu rupanya ya."
"Yang kedua, kau itu berasal dari ras Elf bukan?"
Friya menganggukan kepala, tidak berbicara sepatah kata dan hanya menganggukan kepala dengan mulut terdiam.
Baru pertama kalinya aku melihat dirinya seperti ini. Padahal biasanya ia terlihat senang dan tersenyum, tapi.. dari segi wajahnya kali ini, sepertinya ada suatu hal yang ia tutupi dariku.
"Maaf mengganggu. Kau sendiri siapa, huh?!"
"Aku? Aku adalah pemimpin prajurit elite kerajaan Eruguard!"
"E-eruguard? I-itu.. tidak mungkin kan?"
Shilph dan Friya terkejut mendengar hal itu.
Aku tidak tahu apa itu kerajaan Eruguard? terdengar seperti nama yang aneh pada suatu kerajaan, yang aku tahu hanyalah kerajaan M**a**m.
Ia keluar dari kamar sedangkan Shilph dan Friya masih tidak menyangka bahwa ini akan berakhir di tempat ini.
Aku menatap mereka. Wajah yang mereka pasang adalah wajah cemas dan khawatir akan kejadian yang membuatnya takut akan hal itu.
"Maaf kalau aku mengganggu kalian!"
Menoleh ke arahku, menatapnya dengan wajah serius dan ragu untuk menjelaskannya. Menepuk kedua pundak mereka secara bersebelahan, Shilph dan Friya mulai yakin akan wajahku yang sudah terlihat meyakinkan ini.
"Ba-baiklah, kami akan menjelaskannya kepadamu!"
Bersambung...
============================
Ya, kali ini kita ketemu lagi dengan saya, dan kali ini kita akan sedikit berbicara dengan si MCnya ini.
"Kenapa denganku?"
"Yah, habisnya kurang seru kalau tanpamu itu, Regard!"
"Ta-tapi.. aku ini sedang sibuk tahu."
"Memangnya kau sibuk apa?"
"E-etoo.. si-sibuk ke-kerokin tubuh belakang istri saya."
"Njay, setia banget kau! Bukankah kau sudah berada di isekai?"
"Memangnya apa hubungannya dengan cerita, huh?!"
"Yah, dia marah deh. Ok maaf-maaf!"
"Lagipula di luar cerita aku sedang bersama istriku dan anak-anakku ini."
"Ampun deh, saya masih single mas."
"Haha, ketahuan nih editornya!"
"Dah saya tutup dulu pembicaraannya hari ini."
"Ok, sip lah, bye-bye Jones."
"Asem banget dah, di bilang seperti itu."
Udah mulai ganti PoV ya. Jadi jangan bingung sama alurnya.