Chereads / Fall in Life / Chapter 2 - Embun pun mulai hilang

Chapter 2 - Embun pun mulai hilang

Ada sekitar 23 bangunan dan 60 ruangan, seperti ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, ruang guru BP, ruang OSIS, ruang inti, perpustakaan, laboratorium, aula, gedung olaraga, gedung pusat sosial, gedung olahraga, ruangan komputer, ruangan presentasi, ruang tamu, ruang klub-klub aneh, dan masih banyak yang harus disebutkan, namun aku lupa. Hah, tiada gunanya mengingat hal itu, menjengkelkan. ya.

Seperti tahun lalu, kini aku mendapat hasil undian nomor bangku paling akhir di dekat jendela, begitu senangnya aku hingga aku berfikir bahwa ini adalah kursi singgasana sang raja malas sepertiku, haha.

Sama seperti semester lalu, aku tetap tidak punya teman, oh, bukan itu, aku memang tidak mengerti arti dari pertemanan, yang aku paham ialah seseorang yang saling berhubungan berupa sosialisasi dan saling menguntungkan, namun ketika aku mencari di internet, hasilnya adalah simbiosis, jadi, teman itu adalah simbiosis.

Ada beberapa tipe manusia-manusia disekitarku, yaitu, simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme, dan simbiosis parasitisme, yang menguntungkan bagiku ialah simbiosi mutualisme, yang tidak berguna juga tidak ada masalah denganku berarti dia simbiosis komensalisme, dan musuh-musuh yang selalu mengajakku berkelahi sepulang sekolah, ialah simbiosis parasitisme.

Masih dalam suasana perayaan tahun baru, padaal sudah lewat 10 hari loh, apa masih berlaku event new year? Ah sudahlah, yang penting aku bisa tenang memandangi jendela kelas ku ditemani dengan Max Coffe ku ini. Ahh, mantap.

"Taka.. Takaa..."

"Sial, lagi lagi ada yang membuyarkan khayalanku saja, ah yang benar saja, dia ini kan.."

"Ah, ada apa? tanyaku kepada orang itu"

"Eng,, tidak ada apa-apa, hanya sekedar berbagi pengalaman liburan, boleh kan?"

Cih, cewek ini, menganggu ekspekstasiku saja, yahh, apa boleh buat, dia ini salah satu golongan simbiosis mutualisme, aku sering meminta kisi-kisi pelajaran padanya,

"Anuu,, aku tidak punya kesan tersendiri di liburan kali ini."

"Haaa? Kenapa? Menyedihkan sekali hidupmu."

Aku benci kata-kata itu, sungguh, jangan kau replay kata-kata itu kalau kau tidak mau kuanggap sebagai golongan komensalisme.

Aku hanya terbaring dikasur, berhibernasi seperti halnya beruang kutub, itu sangat menyenangkan dicuaca yang dingin ini, terkadang, bermain game juga menyenangkan, makan secukupnya, dan membuang hasil filtrasi, itu saja.

"Mengerikan sekali hidupmu, taka!"

"Ya, bagaiamana dengan mu, Anna?"

Kiyanna Ryunna, itulah nama cewek yang sedang mengobrol denganku ini, memiliki postur tubuh yang ideal untuk anak SMA, sekelas denganku, dia adalah penyelamat hidupku dikala health poin(HP) ku, ah, maksudku adalah, dikala darurat menghadapi tugas, dia adalah support yang selalu membantuku. Walaupun begitu, aku tetap menjaga image ku supaya tidak terbawa suasana senangnya. Ah.

"Anuu,, eng,, aku hanya menikmati liburanku di auditorium dan beberapa spot yang hangat saja"

"Seperti kafe? Gedung olahraga? Atau play in room?"

"ya, tak kusangka jawabanmu bisa setepat itu."

Ah, kalau soal menebak, aku tidak diragukan lagi, sudah banyak hal yang kutebak dan benar. Mungkin aku menganggap itu adalah bakat yang kumiliki.

Kulihat dari jendela, salju tiba tiba turun, tak kusangka, selain manusia, cuaca pun bisa menipu. Jangan kau kira bahwa ketika pagi yang cerah tidak akan terubah cuacanya. Karena, semua daam kehidupan ini benar benar tidak terduga. Oh ya, perihal tentang salju yang tiba-tiba terjadi di Indonesia ini merupakan perubahan iklim yang sangat ekstrim dan pertama kali terjadi pada tahun ini. Banyak dari mereka yang mengabadikan mome yang aneh ini. Bagiku, masa bodoh.

"Yah, sampai disitu saja pembicaraannya, aku akan pergi ke ruang klub ku, bye Taka"

"Ya"

Entah kenapa tahun ajaran kali ini akan terjadi sesuatu hal yang akan merepotkanku nantinya, ah, menjengkelkan.

*kringg... kringg... kringg...*

Bel 3 kali, istirahat. Nah, saat inilah aku bisa menghirup udara segar sendirian. Aku mulai beranjak dari kursiku, terlihat beberapa murid dikelas ini mulai ramai yang keluar kelas, aku hanya bisa keluar dengan menunggu mereka semua sudah keluar.

Suasana hening inilah yang kusukai disaat jam istirahat tiba. Tiada lagi kerusuhan yang dibuat buat oleh manusia menjengkelkan itu. Aku mulai berjalan kearah pintu kelas, kulihat kiri dan kanan, tidak ada orang sekalipun, nah, disaat seperti inilah saat yang tepat untuk menyendiri dikelas, namun sebelum itu, ada sesuatu yang kurang, hmmm,, ohh, kopi kalengku, habis, shit.

Lagi-lagi aku harus keluar kelas, hal yang paling membuatku muak ketika keluar kelas adalah mendengar bualan dari siswa-siswi di sekolah ini, andai saja dibolehkan membawa jepit telinga, akan kubawa itu kesekolah.

Setelah menuruni tangga ke 5, sontak aku terkejut bukan main, shit, dia ini...

"Lama tak berjumpa ya, taka"

"Hm"

Aku tak bisa lagi mengalihkan pembicaraan karena jika kau mengalihkan pembicaraan sama saja dengan lari dari kenyataan, Siswa dari kelas 10-L, Yuvia, dia adalah sosok yang paling jenius di kalangan murid kelas 10, siapa sih yang tidak kenal dengan sosok Trap yang akan membuatmu jatuh cinta seketika apabila kau tidak menanyakan jenis kelaminnya terlebih dahulu. Entah kenapa dia ini berbeda dengan Trap pada umumnya, yang pasti, walaupun begitu, aku menilainya dari cara berfikir yang sungguh mengerikan. Tak ada cowok yang bisa menandingi kecantikannya diantara 7500 murid sekolah disini.

"Apa kau ingin bertukar pengalaman denganku, Taka?"

Sontak saja aku mulai berubah fikiran, bayangkan saja, waktu istirahatmu hanya 15 menit, 2 menit untuk berfikir, 3 menit untuk berjalan, 5 menit obrolan menjengkelkan ini, apa aku mulai terpancing ya?

"Tidak, esok hari tidaklah kiamat, jadi kau bisa menceritakannya lain waktu, aku sedang sibuk."

"Oh, begitu, sampai jumpa, taka"

"hm"

Kupalingkan pandanganku, Semoga saja dia tidak membenciku. Aku terus berjalan menuruni tangga. Aku benci naik lift karena bau-bau aneh itu sangat menganggu indra penciumanku, huh.

Lantai 1 sudah selesai kupijak, kini saatnya melangkah keluar dari ruangan, huh, cuaca benar-benar dingin, andai saja peraturan sekolah tidak melarang muridnya memakai sweater atau syal pada saat jam sekolah, mungkin aku akan memakainya hingga musim panas berakhir.