Chereads / Fall in Life / Chapter 5 - Antara Aku dan Delusinasiku

Chapter 5 - Antara Aku dan Delusinasiku

Kini aku berjalan karah kamarku sambil membawakan sebuah teh hangat. Kulihat ia masih duduk terdiam dengan memandangi pemandangan alam belakang rumahku di ruang luar jendela. Memang apartemen ini terkesan unik bagiku terutama tempat duduk di luar jendela. Kalau orang yang memiliki pasangan mungkin tidak apa-apa, tapi bagaimana dengan diriku yang selalu Alone? Lagipula, cuaca dingin seperti ini apa nyaman untuknya berada di luar? Huhh, tamu yang merepotkan..

"Maaf membuatmu lama menunggu." ucapku kepadanya "Tidak, seharusnya aku yang minta maaf."

"Ah lupakan itu, kau sekarang adalah tamu ku. Dan aku ingin kau menjelaskan tujuanmu kemari." pintaku kepadanya

"Aku tidak mempunyai tujuan apapun dalam hidup ini, Taka."

Sepertinya dia sudah mulai curhat. Jadi, dia datang ke sini hanya untuk curhat? Atau ada maksud lain yang tersembunyi? Aku akan ikuti alur ceritanya selagi ia belum meminum teh itu.

"Lalu, inti dari pembicaraan ini apa?" "Aku hanya memintamu melakukan satu hal, dan aku tidak memaksamu. Itupun kalau kamu memang masih ingin melihat pemandangan alam yang indah ini." ulasnya kepadaku

"Aku benar benar tak mengerti maksud dari perkataanmu itu"

"Memang benar, sudah kuduga kau akan membantahnya seperti itu"

"Minumlah teh itu selagi masih hangat. Aku tidak menyuruhmu minum es teh di cuaca seperti ini." "Ya, terima kasih."

Kulihat dia sudah memegang cangkir teh tersebut, perlahan tapi pasti, ia mulai mengangkat cangkir teh itu ke atas dan menuangkannya ke dalam mulutnya, bukan, maksudku, meminumnya. Satu.. dua.. tiga...

*brukk* "Maafkan aku, gadis aneh, kau bisa istirahat sebentar di kasurku, aku ini punya perasaan baik, tidak mungkin aku membiarkanmu tidur membeku di luar." ucapku saat ia tidur karena obat tidur itu.

Kini saatnya mengecek kejadian sekitar 1 jam yang lalu, kubuka smartphone ku, ku akses record cctv, dan kuamati hal yang terjadi dikamarku ketika ia datang. Tetapi...

"Mustahil, antara jam 7 sampai jam 9.30 tidak terjadi apa-apa, bahkan tidak ada yang masuk kekamarku?"

Akupun mulai cemas, sebenarnya, siapa dia sebenarnya, dan sekarang,ketika aku melihat dia dikasur..

"Tidak ada? Dimana dia? A.. apa yang barusan terjadi? Apa aku sudah mengalami sesuatu yang melebihi halusinasi? Apa aku mengalami delusi? A.. aku.. sudah gila?"

Aku mulai menyadari akan keanehan di hari pertama sekolahku.

Entah apa yang membuatku mengalami delusi seperti ini. kulihat di luar jendela, hanya ada secangkir teh, dan anehnya, teh itu.. Habis. Seperti diminum oleh seseorang, kalaupun aku yang minum teh itu, kenapa aku tidak tertidur? Namun, aku juga mengalami keanehan lagi.

"Bau wangi apa ini di kasurku?"

Bau wangi yang barusan kucium adalah bau parfum bunga mawar hitam. Kalau hanya sekedar delusi, kenapa delusi ini bahkan dapat mempengaruhi indra penciumanku?

"Ah, masa bodoh, mungkin aku butuh istirahat beberapa jam."

Akupun tidur dengan amat cepat, seolah olah aku merasa terkena efek obat tidur. Hingga aku..

"hehh? Dimana ini? Apa ada seseorang Disana? Hoyy? Seseorang, jawab pertanyaanku!"

Tempat ini, seperti Antartika namun tidak dingin, hingga beberapa saat setelah aku kebingungan, aku pun sadar.

"Oh, rupanya ini mimpi. Setelah 17 tahun aku tidur dan bermimpi, baru kali ini aku mimpi dalam keadaan sadar bahwa aku sedang bermimpi, bahkan, sangat jelas, aku bisa mencubit tanganku tanpa terbangun. Sungguh, ini adalah momen langka."

"Kehidupanmu itu penuh dengan ekspektasi, bukan?" *deg* terdengar seperti ada suara cewek yang tidak asing kudengar di belakangku

"Ah, kalau kau ingin bermain main, jangan membuatku sampai kebingungan loh."

"Permainan tak akan menyenangkan apabila kau tidak merasa bingung" jawabnya

"Ya, aku Tau akan hal itu, jadi, apa maksudmu tadi?" tanyaku kepadanya

"Aku hanya ingin kau mengerti dengan apa yang terjadi saat ini."

"Seperti salju yang pertama kali turun di Indonesia?"

"Kurang lebih bisa dikatakan begitu"

"Memangnya, apa masalahnya denganku?"

"Tidak ada, kau akan mengerti bahwa ini bukan masalahmu, tapi masalah seluruh manusia. Dan disaat kau mengerti, tutuplah mata mu dan katakanlah apa harapanmu."

"Kau ini benar-benar membuatku bingung, tapi, apa benar, aku punya sesuatu yang disebut Harapan?"

"Kau belum menyadarinya saat ini, hidup itu pilihan. Namun, aku tak melihat ada pilihan di hidupmu, Taka."

Memang, aku mengatakan kepada semua orang bahwa hidup itu pilihan, namun, entah kenapa aku sadar bahwa, aku tak tahu harus memilih apa dalam hidupku ini, tentang harapan atau semacamnya, bukan berarti aku tak punya, hanya saja, aku belum menyadarinya, atau memikirkanya.

"Aku tak mengerti kenapa kau mengurusi masalah arti hidupku ini. Aku juga merasa berterima kasih karena telah hadir dalam delusi serta mimpiku. Kau tidak akan kulupakan, Silvanny Vanna." Ucapku sebagai penutup dialog ini.

"Apa kau berfikir bahwa aku ini delusimu? Terserah kau saja, yang pasti, kau harus ikut denganku ketika kau sudah sadar bahwa harapan itu ada untukmu, bukan, maksudku, harapan semua manusia."

"Kupikir juga begitu, aku hanya ingin, kau tidak menggangguku."

"Ya."

"Dan satu hal lagi, kenapa kau.."

*deg* Apa yang barusan terjadi? Ah, aku pasti bermimpi buruk lagi.