Kumasukkan telapak tangan dan jariku kedalam saku celana, sambil melihat suasana yang begitu dingin, sama seperti dinginnya cuaca saat ini. biasanya, taman ini dipenuhi dengan suara siswa yang sedang berkicau, seiring dengan pergantian musim pun, kicauan tersebut terasa lenyap, inilah yang kusenangi, kelenyapan, bukan, bukan itu, tapi, ketenangan.
Jarak antara pintu aula dan mesin kalengan itu sekitar 70 meter. Yang benar saja, itu memakan waktu sekitar 8 menit untuk datang dan kembali, well, tapi aku memang perlu kehangatan tubuh, apa boleh buat, target dan item siap untuk ditaklukan.
40 meter sudah kulalui, tapi aku merasa ada yang janggal, siapa sebenarnya sosok yang duduk diayunan berpakaian hitam, jacket hodie hitam, celana hitam, payung hitam, oi, ini salju, yang turun itu salju, kenapa dia haeus membawa payung? Bukankah hal itu akan terasa berat apabila salju itu menumpuk diatas kepalamu? Ah sudahlah, apa arti jika aku hanya bertanya kepada diriku sendiri, toh, beberapa siswa disini memang ada beberapa yang aneh, takkan kuhiraukan dia.
70 meter selesai kulalui, kini saatnya menaklukan boss yang bernama Machina Kaleng level boss 70, baiklah, akan kukalahkan dengan... koin penaklukan, hiyyaaaa,...
"Oi"
"eeehh"
Jantung ini terasa ingin lepas, ketakutan membasahi paru paruku, ah entahlah, yang jelas, didepanku sekarang adalah sosok yang kurang familiar, mengenalnya saja tidak. Entah kenapa rambutnya yang terurai panjang dan lensa matanya bewarna merah darah, dengan jaket hodie hitam, pakaian hitam, celana hitam, eh, ini kan sosok yang tadi.
"Apa yang kau lakukan pada mesin itu?"
"Ah,, anuu, aku hanya berniat membeli max coffe, ada masalah denganmu?"
"Tidak, tapi suaramu yang terdengar berisik seperti itu menganggu ketenanganku"
Hmm,, aku mulai mencium bau-bau seorang cewek introvert, tidak, raut wajahnya datar, namun sekilas, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu, seperti sedang membutuhkan bantuan atau apalah, tapi masa bodoh, yang penting sekarang aku harus fokus pada quest, bukan pada NPC misterius ini. Namun kuakui, dia memliki mata yang kalem, dengan alis tipis, dan biir yang tidak terlalu sensual, tunggu, apa yang kufikirkan? Ah, sudahlah, yang terpenting bagiku sekarang adalah, jangan sampai terbawa suasana. Ok, tarik nafas, huufff.
"Hanya sebuah kalimat nasihat yang kauberikan kepadaku? Baiklah, aku minta maaf"
Aku mulai merasa bersalah juga. Karena aku menggganggu dia. Entah apa yang kuganggu. Yang penting, minta maaf itu bagian akhir dari percakapan. Dan aku ingin segera kembali kekursiku dan menikmati kopi kaleng ini.
"Permintaan Maaf ditolak. Sebelum kau memenuhi persyaratanku."
What? What the fork! Syarat dan syarat. Kenapa harus ada syarat untuk meminta maaf? Ah sudahlah, ikuti saja perintah NPC yang satu ini sebelum aku mati membeku disuhu 15 derajat celcius ini.
"Syarat apa?"
Ikutlah denganku ke Gedung Aula, aku yakin dirimu pasti tidak tahan dengan cuaca yang amat dingin ini
Aku hanya mengikutinya saja, tunggu sebentar, pasti tidak sopan apabila kau diajak seseorang berduaan dan hanya kau yang minum kopi, itu sangat tidak sopan. Well, apa boleh buat. Aku pun memasukkan koin 500 rupiah ku kedalam mesin ini sebanyak 2 kali.
"hm, baiklah"
Dari belakang aku mengikutinya, entah kenapa ada Hawa misterius dari cewek ini. entah apapun itu, yang pasti dia bukanlah sembarang orang. Cara bicaranya yang berbeda dari kebanyakan murid disini, apa kemungkinan dia sama sepertiku? Ah sudahlah.
Tak terasa kakiku mulai memijak lantai Gedung Aula yang hangat. Aku terus mengikuti jalan cewek aneh ini. Kulihat, ia menuju ke tempat duduk di aula itu, aku pun mengikutinya. Hah, apa aku ini seperti hewan yang mengikuti majikan yang tak dikenal? Entahlah.
"Jadi, apa maumu untuk membawaku kemari?"
"Tidak ada apa apa"
"What? Kau sengaja membuat lelucon jangkrik?"
"Namamu Aditya, bukan?"
"Ya. Tapi, jangan menyebut nama depanku. Aku mempunyai nama panggilan. Leih efektif juga untuk menyebutnya."
"Taka?"
"Sure, itu nama panggilanku"
Aku yang memiliki perasaan ini, langsung memberinya max coffe yang barusan kubeli tadi. Semoga tidak mendingin kopinya.
"Nah, anggap saja kopi ini sebagai sambutan kenal."
"Terimakasih, berapa harganya?"
"Aku ikhlas."
"Oh, thanks"
Baru kali ini aku melihat seseorang yang tersenyum datar dan seperti memikirkan masalah yang sangat-sangat serius. Entah apa itu aku masih belum bisa menebaknya. Yang pasti, dia menerima kopi pemberianku dan ini merupakan pertanda akan terjadinya talk yang membosankan atau mungkin menyenangkan.
"Anu,, siapa namamu?"
"Namaku, Silvanny Vanna"
"Oh, senang berkenalan denganmu, apa kau murid baru? Sepertinya aku baru pertama kali melihatmu di Sekolah ini?"
"Ya, aku pindahan dari SMA 2 Excellent."
What? SMA itu? Konon beredar sebuah rumor bahwa SMA 2 Excellent merupakan Sekolah dengan murid 98% adalah murid tercerdas bahkan diantara 8/10 murid di SMA pernah memenangkan ajang olimpiade di Luar Negeri. Luar biasa bagi diriku bisa bertemu seorang yang membuatku terpukau.
"Kau memasuki kelas apa?"
"Kelas 11-S"
"Baiklah, aku tidak ingin bertanya detail dengan perempuan, karena itu tidak sopan, langsung ke inti, apa yang membuatmu mengajakku disini? Aku hanya ingin minta maaf darimu saja. Namun aku ingin tahu syarat apa yang membuatmu mengajakku kemari?"
"Kumohon, Taka, tataplah mataku, sebagai syarat maaf yang kuberikan kepadamu"
What? Apa yang ada dipikirannya? Ah sudahlah, ikuti saja apa yang ia mau.
"Syaratmu itu konyol, tapi akan aku turuti."
Aku mulai menatap mata Gadis aneh itu. Setelah aku menatap matanya, aku mulai mengedipkan mataku, dan seketika....
"A.. apa ini? hey? Dimana aku?"
Tempat yang serba hitam dan pekat hitamnya. Sesuatu yang diluar nalarku, entah aku sedang bermimpi atau halusinasi karena terlalu banyak berimajinasi. Tapi aku yakin ini benar-benar nyata.
'Kumohon Taka, sekarang, Bantulah aku. Bantu aku, jika kau menjawab Iya, maka akan kukeluarkan dirimu dari pengaruhku, namun kalau kau mengatakan tidak, akan kukurung dirimu disini. Hidupmu dalam pilihan, Taka."
Secara refleks, tentu aku ingin keluar dari hipnotis ini.
"BAAAIIKK, AKU SETUJUU! KELUARKAN AKU DARI SINII!!"
*crrangg*
Entah kenapa, seolah semua yang hitam menjadi pecah dan berubah menjadi tempat Gedung Aula tadi. Anehnya, cewek itupun hilang dari pandanganku. Aku mulai berfikir, apakah aku ini mulai depresi tingkat delusi? Aku memang payah.
*Takaaa... Taka....*
Suara aneh muncul dari kepalaku, entah apa itu, yang pasti, aku mulai digendong oleh seseorang ke UKS. Dan 1 hal yang aneh, kulirik mata sebelahku, Max Coffe yang kuberikan pada cewek itu Habis seperti diminum oleh seseorang. Ah, kepalaku mulai pusing, ahh.. tidakk..
*gubbrakkk"