Seperti hari hari sebelumnya, kini Jenni tampak jauh lebih antusias berangkat ke kampusnya itu, bahkan hati nya terasa menggebu gebu tidak seperti sebelum sebelumnya.
"Jen!" pekik Edward sahabat nya yang datang menghampirinya.
Refleks Jenni menolehkan kepalanya kearah sumber suara.
"Oh kau," ujar Jenni sembari menyunggingkan senyumannya pada pemuda itu.
Edward lantas membalas senyum cantik Jenni itu.
"Sepertinya kau tampak bahagia," ujar Edward to the point sambil memainkan tangannya seolah membuat sebuah bingkai yang diarahkan pada Jenni.
Manik Jenni tampak mengerjap beberapa kali, dan setelahnya mengendikkan bahunya pelan.
Jujur ia sendiri juga tak mengetahui mengapa dirinya menjadi lebih ringan seolah tanpa beban sama sekali setelah memberikan pesan pada ayah Daniel sebelumnya.
Mungkin tujuan nya kali ini sedikit mengalami pergeseran.
Jika ia sebelumnya hanya berniat cepat lulus agar tak berlama lama berada di kampusnya, tanpa ada nya tujuan lain setelahnya, kini ia meyakinkan dirinya untuk cepat segera lulus dan memiliki suatu gallery sendiri ataupun memiliki pekerjaan yang baik seperti apa yang di tantangkan oleh Carl, bahwa ia memiliki derajat yang tak terlalu jauh dengan putranya.
Sejauh ini, Jenni tak tahu jika kekasihnya itu merupakan pemilik perusahaan, yang ia tahu semata bahwa Daniel adalah seorang pegawai yang mapan, untuk itu Jenni masih percaya diri bahwa dirinya dapat menyamai kedudukan Daniel bukan?, terlebih ia yakin jika seorang yang rajin dan memiliki kemauan tinggi dapat mencapai apa yang ia targetkan tentunya.
Lalu bagaimana jika Jenni mengetahui kebenarannya bahwa sang kekasih merupakan CEO dari K'D Corporation Company?
Entahlah yang dapat mengetahui jawabannya hanyalah Jenni semata, lagi pula kali ini Jenni tak mengetahuinya.
Edward yang hanya dapat melihat tingkah Jenni hanya dapat menggelengkan kepalanya pelan.
"Kau aneh Jen, tapi aku menyukai mu yang seperti ini, kau jauh lebih bersemangat dari sebelum sebelumnya, kurasa kekasihmu memberikan dampak besar padamu," ujar Edward pada Jenni.
Jenni tak dapat memungkiri akan hal tersebut, hanya saja ia juga tak ingin terlalu terbuka mengenai hubungannya dengan Daniel pada Edward, untuk itu ia hanya tersenyum pada Edward menanggapi perkataan sahabatnya itu.
Ia memang sadar semenjak adanya Daniel, hidup nya jauh lebih berwarna dari sebelumnya, terlebih Daniel yang selalu dapat memposisikan dirinya selalu ada jikalau ia membutuhkannya, bahkan tanpa ia berkata panjang lebar, Daniel akan mengerti.
"Aku senang ternyata kekasih mu itu benar benar memperlakukan mu dengan baik," ujar Edward tulus pada Jenni.
Senyuman yang sedari tadi tidak turun terlihat di wajahnya, kini semakin terkembang, bahkan refleks Jenni merangkul leher sahabat nya itu.
"Terimakasih," ujar Jenni pada Edward.
***
Tak berbeda dengan Jenni, Daniel pun juga tampak bersemangat ke kantor pada hari ini.
Terlihat sekali bahwa hatinya seakan berbunga bunga, bahkan tak henti hentinya Daniel menyunggingkan senyumannya kepada Jack, saat sekretarisnya itu datang dan juga keluar memberikan berkas penting padanya.
Namun Jack jauh lebih senang jika Daniel seperti ini, sebab dengan begitu sedikit tekanan yang biasanya di berikan Daniel pada Jack jauh berkurang dari hari biasanya saat hati Daniel memburuk.
"Jack, menurutmu hadiah apa yang disukai oleh wanita?" tanya Daniel tiba tiba pada Jack secara random.
Refleks dahi Jack sedikit berkerut mendengar pertanyaan dari Daniel.
Tak mendengar jawaban langsung dari Jack, Daniel yang sebelumnya arah maniknya pada berkas berkas yang ada di hadapannya, langsung mendongakkan kepalanya pada Jack, dan menatapnya lekat.
"Kenapa kau diam? Apa kau juga tak mengetahuinya sepertiku?" tanya Daniel bingung pada Jack.
Setelah nya Jack menggelengkan kepalanya pelan pada Daniel dan mengatakan bahwa hal yang disukai wanita tidak lah sama, mungkin sebagian wanita ada yang menyukai bunga, ataupun makanan manis, tetapi ada juga yang tak menyukai keduanya, mereka menyukai hal unik lainnya.
Daniel terdiam sejenak. Ia membayangkan kekasihnya itu lebih condong seperti apa. Jujur ia belum mengetahui kesukaan dari gadis itu.
'Apa aku menanyakan saja padanya, mengenai kesukaannya?' benak Daniel dalam hati.
Jack yang menyadari Daniel tampak berfikir membayangkan seseorang yang Jack yakini adalah kekasih atasannya itu, langsung saja berpamitan pada Daniel untuk izin undur diri kembali ke mejanya.
Daniel yang masih larut akan pemikirannya, akhirnya disadarkan oleh ucapan Jack tersebut.
"Ah ... iya kau boleh kembali ke mejamu," ujar Daniel dengan tangannya yang ia mainkan mengetuk meja di hadapannya itu.
Tak lama dari kepergian Jack yang undur diri dari hadapannya sebuah ketukan pintu disertai pintu terbuka Daniel dengar di telinganya.
"Ada apa Jack? Ada—"
Kalimat Daniel terhenti saat mendapati sosok yang sempat membuat nya kesal kemarin ini.
Daniel menegukkan salivanya kasar.
"Ada apa pa kau datang kemari?"
————
Leave a comment and vote