Keesokan paginya, Jenni sudah bangun lebih dulu dari Daniel, bahkan gadis itu sudah membeli sarapan pada toko yang memang sudah buka di pagi hari.
Dengan hati senang Jenni merapikan makanan tersebut pada meja kosong yang berada disana, sekaligus menempatkan minuman hangat yang juga ia beli sebelumnya.
Setelah semuanya rapi, barulah Jenni melangkahkan kaki nya kecil mendekat ke arah Daniel yang masih tertidur diranjangnya.
Jam menunjukkan pukul 8.00 AM, yang artinya jika hari ini Jenni tak meminta izin pada Jack seharusnya Daniel telah berada di kantornya itu.
Seulas senyuman terukir di wajah Jenni yang cantik, gadis itu mengusap pipi Daniel secara lembut, dan hati hati agar tak mengganggu Daniel yang masih tidur.
"Morning sayang,"
Deg
Jenni sedikit tercekat lantaran kekasih nya itu tiba tiba saja mengucapkan selamat pagi padanya dengan kelopak mata yang masih seti terpejam.
Refleks Jenni memundurkan tubuhnya menyandarkan bangku nya.
"Ka..-kau sudah bangun?" tanya Jenni cukup gugup.
Perlahan kedua kelopak mata Daniel pun terbuka, dan senyuman tulus darinya ia berikan pada Jenni.
"Aku sudah bangun sejak kau mengusap pipiku sayang," ujar Daniel santai.
Blush
Wajah Jenni merah padam. Ia tak tahu jika Daniel ternyata sudah bangun. Sungguh ia benar benar malu kali ini.
Ia tak ingin di cap gadis nakal ataupun semacamnya itu.
"Wajah mu semakin cantik, dengan perona pipi alami itu," ujar Daniel sedikit menggoda Jenni.
Tangan Jenni yang sebelumnya meremat kursi menahan degupan jantungnya yang semakin tidak beraturan kini berpindah tempat pada kedua pipinya menutupi pipi nya yang merona itu.
"Tak usah malu padaku, aku menyukai dirimu yang seperti ini," ujar Daniel agar Jenni tak menjadi canggung padanya.
Jenni menghirup nafas banyak banyak, dan menghela nafasnya sekaligus. Setelah nya ia menganggukan kepalanya pelan.
"Itu lebih baik," ujar Daniel sambil meraih tangan Jenni.
Jenni hanya dapat tersenyum tipis mendapati jawaban Daniel yang seperti itu.
"Kau tak ke kampus?" tanya Daniel pada Jenni, yang seingatnya gadis itu selalu saja sibuk dengan kuliahnya.
Dengan cepat Jenni menggelengkan kepalanya, dan mengatakan pada Daniel bahwa dirinya beruntung.
Daniel yang tak paham maksud perkataan Jenni tentu saja mengerutkan kening nya bingung, di sertai dengan tanda tanya besar yang mengelilinginya.
"Kenapa aku beruntung?" tanya Daniel pada akhirnya pada gadis itu, yang sedari tadi telah tersenyum senyum melihat wajah kebingungannya itu.
Dengan di sertai kekehannya Jenni menjelaskan bahwa dosen nya hari ini berhalangan hadir, untuk itu ia tak memiliki jadwal di kampusnya, dan untuk alasan beruntung, karena dirinya kini dapat menjaga Daniel selama seharian disana.
'Astaga! Mengapa Jenni semakin menggemaskan!, jika seperti ini, aku tak masalah jika berhari hari sakit, asalkan di temani olehnya,' benak Daniel dalam hati dengan hati yang berbunga bunga.
Jenni yang tampak menelisik wajah Daniel akan raut wajah nya itu, tentu saja tiba tiba berbicara yang membuat Daniel sendiri terperanjat kaget, sebab Jenni seakan akan seperti cenayang yang dapat membaca pikirannya.
"Apa sekarang bang Daniel sedang membayangkan bahwa aku akan merawatmu terus menerus jika kau sakit?"
Seketika Daniel terkekeh pelan, dan sedikit menggelengkan kepalanya.
Ia tak tahu harus berkata apa pada Jenni, yang secara spontan mengatakan hal tersebut, yang sebenarnya memang jawaban tersebut ada benarnya.
Manik Jenni seakan di buat buat menyipit dan menatap ke arah Daniel lekat.
"Yhaa! Apa - apaan kau seperti itu, memang nya kau tak percaya padaku?" ujar Daniel seakan membela dirinya sendiri.
Jenni tampak menghela nafasnya pelan, dan memutarkan manikya pelan.
"Bang Daniel curang, tapi aku curiga kau memang berfikir seperti itu," ujar Jenni percaya pada dirinya sendiri.
Daniel tak mengambil pusing, melainkan mengusak rambut Jenni gemas.
"Bang, nanti rambut ku berantakan, kalau kadar kecantikan ku berkurang gimana? Apakah kau masih mau denganku?" ucap Jenni tiba tiba diluar dugaan Daniel.
Sejak kapan Jenni menjadi pelawak seperti ini? Mengapa hari ini ia tampak sangat percaya diri sekali?
"Kecantikanmu tak akan luntur di mataku, jadi kau tenang saja aku akan tetap menyukai mu bagaimanapun wujudmu," balas Daniel sedikit menggoda kekasih nya itu.
Sebelumnya Jenni hanya berkata asal, dan tak mengira bahwa Daniel akan membalas perkataannya itu. Jika sudah seperti ini, gadis yang menyukai pujian Daniel kini tampak tersipu sipu, bahkan ia kerap kali memegangi pipinya itu.
Ddrrt
Ddrrt
Baru saja Daniel hendak menggoda kekasih nya kembali, sebuah deringan telefon memecah suasana disana.
Sejenak tangan Daniel langsung meraih handphone nya yang ia letakkan di meja.
'Jack?'
Merasa telefon tersebut penting, mau tak mau Daniel mengangkat telefonnya itu.
"Ada apa?" tanya Daniel langsung tanpa basa basi terlebih dahulu pada Jack.
Jack yang mendengarkan ucapan Daniel yang langsung to the point padanya, tentu saja langsung memberitahukan mengenai apa yang terjadi di kantornya saat ini.
Daniel tampak membulat kan manik nya kaget saat mendengar perkataan Jack yang cukup mengejutkannya itu.
"Suruh dia pulang, aku tak memiliki janji apapun bukan hari ini? Bukankah kemarin kekasih ku sudah jelas mengatakan padamu bahwa aku tak dapat ke kantor pada hari ini?" ucap Daniel dengan suara dinginnya, sedangkan Jenni hanya tetap pada posisi nya memperhatikan raut wajah Daniel.
"Tapi —"
"Kau urus dia, jika dia mengancam akan memberitahunya, katakan padanya silahkan beritahu saja, aku tak peduli,"
Belum sempat Jack membalas perkataannya, Daniel dengan cepat menutup telefonnya secara sepihak.
Sungguh ia sangat kecewa dengan ayahnya.
Tak bisakah dia mendengarkan perkataannya waktu itu?
Bukankah sudah jelas Daniel mengatakan bahwa ia tidak akan menerima siapa pun wanita yang akan di jodohkan oleh ayah nya?
Lalu mengapa sekarang justru tiba tiba saja seorang wanita hadir di kantor, dan mengatakan sudah membuat janji dengannya?
Ia saja tak pernah membuat janji, ataupun sengaja bertemu pada wanita manapun kecuali Jenni, kekasih nya sendiri!
"Hei, ada apa?" tanya Jenni lembut pada Daniel.
Daniel menghela nafasnya pelan, dan setelahnya memberitahu pada Jenni, bahwa sekretarisnya teledor, seharusnya dirinya tak memiliki jadwal apapun hari ini, dan sekarang ada satu tamu yang tiba tiba hadir di kantor.
"Loh, trus bagaimana? Apakah bisa di reschedule? Bukankah kemarin kau dengar sendiri aku telah meminta izin padanya bukan?" ujar Jenni sedikit merasa bersalah.
"Kau tenang saja, semua telah selesai, aku telah memberitahu Jack agar dia yang menyelesaikan, kau tak salah sama sekali sayang," ujar Daniel saat menyadari bahwa Jenni sedikit merasa bersalah akan hal tersebut.
'Kau tidak bersalah, papa lah yang bersalah, mengapa ia masih ingin menjodohkan ku dengan yang lain disaat aku telah memiliki kekasih,'
——-
Leave a comment and vote