"Bagaimana, dia akan kemari bukan?" tanya seorang gadis yang sedang duduk menyandarkan tubuh nya dengan salah satu kaki nya menumpu pada kaki lainnya menunggu di ruangan Daniel.
Jack tampak membungkukan tubuhnya, dan mengatakan pada gadis itu bahwa Daniel tak dapat hadir ke kantor saat ini di karenakan Daniel yang masih di rawat di rumah sakit.
"Ck, kau jangan membohongiku, setahuku Daniel itu orang yang workholic dan jarang sekali kudengar ia jatuh sakit, apa sekarang kau fikir aku percaya dengan alasanmu itu," decih gadis itu sok tahu, tanpa memedulikan kondisi Daniel yang memang pada kenyataannya masih di rawat di rumah sakit.
"Maafkan saya, tapi pak Daniel berpesan untuk mempersilahkan nona untuk kembali pulang, dan hadir di lain waktu, sebab hari ini pak Daniel tidak akan datang ke kantor," ujar Jack pada akhirnya.
Jujur saja ia sedikit ragu mengatakan hal tersebut pada gadis yang berada di hadapannya.
Sebab gadis itu bukan lah gadis biasa, melainkan putri dari salah satu wali kota, untuk itu ia sangat santai datang ke sana sesuka hatinya, belum lagi gadis itu sendiri merupakan seorang pengacara muda yang memiliki titel nama yang cukup baik.
Gadis itu sedikit memutarkan maniknya malas. Sungguh ia cukup kesal mendapatkan jawaban yang tak di harapkan seperti itu.
Bukankah sama saja dengan menganggap remeh gadis itu sendiri.
"Oke, kali ini saja aku memaafkannya, tapi lain kali aku akan berfikir dua kali," ujar gadis itu sambil beranjak dari posisi nya.
Ingin rasa nya ia memaki pada Jack. Namun mengingat dirinya yang harus bersikap anggun dan elegan tentunya ia menahan keinginan akan hal tersebut.
Ia cukup waras!
Gadis itu menghirup nafasnya dalam dalam, dan menghela nya secara perlahan.
'Kylie Laura kau harus tetap anggun dan memesona, jangan kau turun kan ego mu itu,' benak Kylie sambil melangkah kaki nya perlahan.
***
Daniel masih berada di kamar rawat inap nya itu. Sejujurnya bisa saja ia sudah pulang, hanya saja sedari tadi Jenni yang masih berada di kamar rawat inap Daniel, tampak sedikit memaksa sang dokter untuk memeriksa kembali Daniel.
"Sayang, sudahlah ... masa kau tidak percaya dengan dokter ini? Aku memang sudah sembuh, kan kau sudah menemaniku disini, untuk itu aku menjadi lebih cepat sembuh, karena kau berada di sisiku," ujar Daniel lembut seraya membujuk Jenni yang sedikit keras kepala.
Untung saja sang dokter tidak marah, melainkan hanya dapat menahan tawa melihat tingkah Jenni yang sedikit kekanak-kanakan.
"Maafkan aku dok, kekasih ku memang sedikit protektif padaku, bahkan yang meminta izin aku cuti di kantor saja dia dok," ujar Daniel pada pria paruh baya yang mengenakan jas putih itu.
Mendengar perkataan Daniel, tentu saja membuat Jenni jengkel.
Gadis itu sedari tadi sibuk merapalkan umpatan layaknya sebuah jimat yang sedang ia bicarakan dengan cicit suara nya yang terdengar samar.
Rasanya Daniel ingin sekali tertawa mendengar hal itu, hanya saja situasi saat ini sangat tak memungkinkan untuknya bukan?
"Kekasih anda sudah lebih baik dari kemarin, dan sudah dapat diperbolehkan pulang, hanya saja pola makannya tetap harus dijaga, agar tak terjadi kekambuhan," ucap sang dokter mengakhiri sedikit perdebatan kecil yang dapat di lihat dengan layar kacamata sang dokter.
Mau tak mau kali ini Jenni mengalah. Ia sudah kalah telak, dan Daniel kini telah di perbolehkan pulang dari rumah sakit itu.
"Aku akan mengantar ke apartemen mu," ujar Jenni memberi usulan.
Refleks Daniel mengerutkan keningnya.
Astaga! Apakah Jenni benar benar menjadi pribadi yang sangat protektif pada Daniel?
"Jangan menatap ku seperti itu, aku hanya ingin memastikan mu benar benar pulang dan beristirahat, aku tak ingin kau sakit kembali ... a..-aku sedih jika melihat mu seperti kemarin," ujar Jenni yang tiba tiba saja jujur pada pemuda itu.
Dada Daniel tiba tiba saja terasa hangat mendengar perkataan yang sangat menyentuh hatinya. Ketulusan Jenni menyayangi nya sangat membuat Daniel tergugah di buatnya.
'Ah ... semakin lama, aku semakin yakin bahwa memang kau yang aku cari selama ini,'
***
Langkah kaki jenjang seorang gadis tampak cukup jelas terdengar di dalam ruangan kerja pria paruh baya yang tengah sibuk mengerjakan berkas berkasnya yang cukup banyak di atas meja.
"Dad," ujar gadis itu membuyarkan konsentrasi pria paruh baya itu.
Perlu beberap waktu pria paruh baya itu menyadari akan keberadaan gadis itu.
"Mengapa kau disini? bukankah seharusnya kau berkencan?" tanya pria paruh baya itu sambil menyipitkan maniknya.
Sebuah gendikkan bahu pelan gadis itu berikan pada pria paruh baya yang ada di hadapannya, yang tak lain adalah ayah kandung nya sendiri.
"Beri waktu lima menit untuk Dad menyelesaikan ini semua," ujar pria paruh baya itu, yang di balas dengan anggukan malas oleh sang gadis sambil melangkah kan kakinya kembali menuju sofa yang berada di ruangan itu.
———
Leave a comment and vote