Setelah sekuat tenaga membujuk axel, supaya besok dia bisa pulang dengan pak itor akhirnya disetujui. Tapi lagi-lagi nita harus membuat janji, dia harus mau presentasi di depan kelasnya minggu depan, acara rutin orang tua di sekolahnya.
"Bagaimana aku minta ijin sama yoga? "nita masih memikirkan cara,dia melihat ke arah jam yg menunjukan pukul sebelas malam.
"Apa operasinya berjalan lancar? "nita cemas"padahal setiap hari seperti ini, tapi aku seperti ini, karena mau meminta ijinnya supaya besok aku bisa pergi"
Dia merasa memang harus pergi besok, setelah itu tidak ada lagi.
Tapi matanya sepertinya sudah tidak bisa berkompromi, rasa kantuk terus mengganggunya. Dia merebahkan diri disebuah kursi di ruang tamu dan tertidur.
"kenapa kamu tidur disini"suara yoga terdengar ditelinganya.
Nita sedikit demi sedikit membuka matanya, dia sudah ketiduran entah berapa lama.
"aku ketiduran.. "
"Tidurlah di dalam"
Melihat yoga yg pulang selarut ini, dan terlihat kelelahan di wajahnya membuat nita berpikir dua kali untuk bicara.
Yoga yg memperhatikannya,dia sudah tahu pasti apa yg ingin dikatakan istrinya itu. dan berkata
"Baiklah, aku ijinkan sekali ini saja.Kamu harus bisa menyelesaikan janjimu,supaya tidak ada lagi alasan kalian bertemu secara pribadi"
Ternyata yoga mengingat ucapannya tadi siang.
Sontak saja dia tersenyum dan memeluk yoga
"beneran kamu kasih ijin? "nita masih tidak percaya.
"Hei,pakaianku ini kotor,baru selesai dari rumah sakit"yoga memperingatkan"apa kamu sakit? "
Nita melepaskan pelukannya
"Kamu harus pakai seragam, tidak perlu pakai make up, tidak boleh terlalu dekat.. "
"Aku cuma mengantar ke toko buku"potong nita
"Tapi itukan diluar jam kerja"
Nita tertawa kecil"Kamu cemburu?"
Walaupun dia tidak menjawabnya, tapi terlihat dari sikapnya yg salah tingkah nita tahu dia cemburu.
"Tapi ijinku itu sebenarnya tidak gratis"
Dahi nita mengeryit, dia merasakan ada suatu modus di dalam ijinnya.
Yoga tersenyum licik,menangkap pinggang nita.
"Aku mau tahu apa istriku ini bisa merayu suaminya"
"Apa? "ekspresi kaget dan malu berbarengan terpasang di wajah nita. Dan dia berniat membalas keusilan yoga.
"Suamiku ini akhir-akhir ini senang dirayu, apa karena terlalu banyak operasi. Atau karena para mahasiswi bimbingannya pintar merayu ya? "
Ejekan dari nita itu malah membuatnya tertawa.
yoga menatapnya dan berkata
"Kamu kan disuruh merayu bukan menyindir, jadi ternyata selama ini aku di awasi.Tampaknya aku harus hati-hati jangan sampai ketahuan"
Nita terbelalak dan mencubit kecil perut suaminya itu.
Yoga menahan kesakitan dan tawanya yg berbarengan melihat tingkah istrinya, dia tidak mau membangunkan penghuni rumah dengan suara tawanya. Dia tidak bisa menahan keinginannya,mendaratkan sebuah ciuman kecil di bibir istrinya yg selalu terlihat cantik dimatanya.
"kamu itu seperti hormon endofrin buatku"
Nita tersenyum "apa karena kita petugas kesehatan, sampai pujiannya juga harus bawa-bawa istilah kesehatan"
"Seperti apapun aku mempertahankan diri, semuanya luluh hanya dengan menatap wajah ini saja"
seraya mengusap dengan lembut pipi nita
"Memangnya wajahku secantik itu sampai kamu bilang seperti itu,tapi masih jauh bila kalau dibandingkan syilla mahasiswi kamu itu"
"memang kenyataannya kamu cantik"pujinya
Nita tertawa kecil ternyata candaannya dijawab serius seperti itu.
Kali ini nita melingkarkan kedua tangannya di leher yoga, memainkan jari-jarinya mengusap setiap helai rambut yg menempel di kening suaminya itu. Dia tidak percaya bahkan dia bisa sedekat ini dengan sosok yg beberapa tahun yg lalu adalah konsulennya.
Aku harus memberinya hadiah untuk kebaikannya,dan mungkin itu diriku sendiri.