Dibawah pancuran kamar mandi aku mulai membayangkan lagi betapa ciuman tadi memang tak sepantasnya, aku baru saja akan berusia 16 tahun.
Tapi ketika ku ingat lagi betapa bibirnya hangat menyentuh bibirku, dan kita mulai mendapati bahwa ada keinginan yang lain, tiba-tiba seluruh badanku terasa panas..
"STOP !!" aku berbicara sendiri pada diriku, aku harus bisa menahan diri.. Ini tidak boleh berlanjut terlalu jauh.. Aku memberi kesempatan hanya "CIUMAN". Tidak lebih.
...
"Sayang".. nadanya terdengar lesu..
"Kenapa kak?sakit?ospekmu berjalan lancar kan?mungkin kamu kecapaian." Aku memberondong pertanyaan ditelpon.
"Bukan, maapin aku ya untuk tempo hari, tapi apapun yang terjadi kedepannya dengan kita, aku gak akan pernah ninggalin kamu". Nada Kak Neam terdengar serius.
Iya kak, aku percaya.. Dan aku juga berharap Kakak bisa nepatin janji kakak.
"Pasti sayang".. Suaranya sudah mulai terdengar ceria lagi.
Mulai sekarang, kamu rajin belajar ya, jaga kesehatan jaga diri, aku cemburuan, hati-hati jangan bergaul dengan lelaki sembarangan, peringatnya.
"Siap Laksanakan, Baginda raja", gurauku.
...
Begitulah kisah cinta kita selama 3 tahun aku menempuh SMA. Setiap bulan kita pasti bertemu, entah dia yang pulang ke kota kami ataupun aku yang mengunjunginya di Surabaya.
Hubungan kamipun tentunya semakin serius. Karena jarak yang jauh inipun telah lahirlah "RINDU" diantara kami. Fase kenakalan dalam hubungan kami pun tetap berlanjut, tapi hanya sebatas koridor yang sudah aku tetapkan, yaitu CIUMAN. Oke Ciuman Membara maksudku. hehe
Kak Neam benar-benar overprotektif padaku. Dia selalu memastikan bahwa aku aman tanpanya disini. Dia meminta siapaun yang dia kenal untuk menjagaku. Termasuk Ayah, ibu, dan kakaknya. Awalnya itu terasa seperti kekangan. tapi lama-lama aku tau maksudnya. Dia ingin menjagaku, seperti janjinya. Tapi walaupun begitu aku masih bisa menikmati masa-masa SMAku dengan indah bersama teman-teman.
Keluarga kami pun semakin dekat. Walaupun Kak Neam di Surabaya, aku sering sekali kerumahnya. Rutinitas bertemu Ibu lebih sering dibanding aku bertemu Kak Neam. Bahkan, setelah Kak Moreno menikah dan tinggal dirumah berbeda dengan Ibu, aku lebih sering tidur dirumah Ibu. (tentunya seijin orangtuaku).
Kedua keluarga kamipun sudah berkenalan, awalnya karena pernikahan Kak Morenno, tetapi berlanjut ke acara pertemuan keluargaku dan keluarga Kak Neam secara pribadi.
"Setelah ananda Qabilla lulus SMA, kami menyarankan agar Qabilla dan Neam bisa "BERTUNANGAN". Bagaimana menurut Papa dan Mama Qabilla?" Ayah tersenyum bahagia saat membuka omongan tentang keinginan ayah dan Ibu meningkatkan jenjang hubungan kami.
Papa dan Mamaku pun menyetujuinya dengan syarat Pernikahan tidak dilaksanakan secepatnya tetapi sampai aku lulus kuliah dan Kak Neam bisa lulus Sarjana Kedokteran dulu.
Kata sepakat pun tercapai, lulus SMA aku bertunangan dengan kekasihku, Kak Neam.
...
Hubungan kami, Tahun ke 5
Aku telah lulus SMA kali ini, sebenarnya aku ingin juga berkuliah di Surabaya dekat dengan Kak Neam. Tetapi karena orangtuaku pindah Dinas Kerja di luar kota maka akupun mengikuti mereka.
Universitas Paramadina akhirnya tempatku berlabuh. Di Fakultas Falsafah dan Peradaban jurusan Ilmu komunikasi. setelah resmi diterima di Universitas Paramadina, barulah kami mempersiapkan acara Pertunangan.
6 Agustus 2006
"Pertunangan Qabilla dan Neam"
Begitulah tulisan yang ada di Foto kami berdua yang dipasang di depan rumahku.
Tebet Barat
Rumah keluargaku, menjadi saksi Pertunangan kami yang dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat saja. Acara digelar sederhana tetapi sakral. Dengan menggunakan Batik Parang warna coklat muda dan putih, Kak Neam diapit Ibu dan ayah memasuki rumahku. Dia terlihat sangat gagah. Wajah cute dan tampannya berganti dengan wajah pria Matang dan dewasa.
Acara Pertunangan dimulai dengan datangnya Kak Neam beserta keluarganya yang membawa seserahan dan disambut oleh MC. Lalu setelah itu acara dibuka dengan Doa dipimpin oleh perwakilan Ulama di sekitar rumahku. Setelah itu Om Prabu (adik dari Ayah) perwakilan dari keluarga Kak Neam mengutarakan maksud dan tujuan pihak keluarga yaitu melamar pihak wanita. Dan Pakde Ari ( kakak dari Papa) menerima kedatangan dan menerima lamaran dari pihak laki-laki.
Setelah itu aku dipanggil turun, setelah sebelumnya Kak Neam diuji untuk mengenali calon pasangannya. Yang pertama sepupuku, Naysilla yang turun, lalu Mc menanyakan.. "Kangmas Neam benarkah ini calonmu?"
"Kak Neam hanya geleng-geleng kepala dan cemberut". sontak semua yang hadir bergelak tawa.
Lalu sepupu ku, Aura yang kedua turun. Mc pun menanyakan hal yang sama.
Lagi-lagi Kak neam cemberut dan menggerakkan jari telunjuknya sambil berkata "No.. No.. No.." Para kerabat yang berada disana pun tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu Kak Neam. Akupun yang melihat melalui live video dari Kak Aryo fotographer ikutan tertawa melihat Kak Neam.
Lalu akhirnya giliranku yang turun. Menggunakan kebaya semi sabrina warna putih dengan payet, bagian belakang kebaya adalah model backless tetapi ditutupi dengan kain tille warna kulit yang bertabur hiasan diamond kecil2 yang dipadu dengan rok batik yang senada dengan kemeja Kak Neam, akupun mulai menuruni anak tangga satu persatu..
"Itu. Si Kecil.. " dengan sedikit terbata-bata tiba2 Kak Neam langsung berteriak sambil melihatku.
"Kangmas.. Kangmas.. Sabar.." Mc meledek Kak Neam. MC pun terbahak bahak sambil berkata "Saya belom tanya udah dijawab". kontan saja smua yang ada disitu tertawa lagi.
Akhirnya, Cincin emas putih bermata dua menghiasi jari-jari kami saat ini. Kami semua bersyukur acara Pertunangan kami Lancar, tanpa kendala berarti.
Dunia kita baru..
"WE ARE ENGAGED"