Chereads / Menjaga Jodoh Orang Lain / Chapter 8 - Perjalanan pun dimulai

Chapter 8 - Perjalanan pun dimulai

Akhirnya kamipun berpacaran.

Pacaran khas anak remaja, dijemput di sekolah, latihan bareng, nonton bioskop, nemenin tanding kejuaraan basket, nongkrong bareng temen-teman kita, ketempat jus Mbak Ca, makan martabak Pak Waliem dirumahku, malem mingguan di Lesehan Kak Bomando, banyak waktu yang kita habiskan.

Menyenangkan.

Ting.. tong..

Bel rumahku berbunyi..

Aku tau itu Kak Neam yang di depan sana, datang menjemputku.

Ini kali pertama aku akan diajak berkumpul bersama keluarga besarnya, karena hari ini adalah hari persiapan acara lamaran dari Kak Morenno, kakak dari Kak Neam.

Bertepatan pula hari ini sudah 1 tahun kita pacaran.

Setelah berpamitan dengan mama akhirnya kamipun berangkat menuju rumahnya.

Rumah Kak Neam terletak tepat di pinggir jl. Antasari. Rumah besar bertingkat ini menyambut kedatangan kami.

Aku agak deg-degan sebenarnya, banyak yang aku pikirkan. Aku takut orangtuanya tidak menghendaki kedatanganku. Aku takut mengganggu acara persiapan ini, ahh aku takut banyak hal.

Memang selama 1 tahun berpacaran ini kita tidak menceritakan apa-apa terhadap keluarga kami masing-masing, karena kami terlalu muda, aku 14 tahun dan Kak Neam 17 tahun.

Rambu untuk berpacaran sebenarnya masih merah untuk kami berdua. Walaupun, mamaku sudah mencurigainya, tapi aku selalu bilang hanya dekat saja dengan kak Neam kepada mamaku.

Turun dari mobil, aku langsung bisa melihat Ibu Kak Neam yang memang sedang berdiri di teras sedang menyapa salah satu keluarganya yang baru dateng. Aku bener2 deg-deg an.

Dengan berjilbab warna cokkat muda dan terusan gamis berwarna coklat, Ibu Kak Neam menyadari kedatangan kami lalu melambaikan tangan meminta kami mendekat.

"Dek, sini.."

Kamipun bergegas mendekat, aku langsung mencium tangan Ibu dan beberapa saudara yg ada disana.

"Ini ya yang namanya Qabilla?" sapa Ibu ramah sekali.

"Iya bu, saya Qabilla." Aku pandang wajah ibu malu-malu sambil tersenyum.

Dari dekat, ibu memang benar-benar cantik, sangat feminine, keibuan sekali, wangi Al-harrem dari Yas parfume segera semerbak setelah dekat dengan Ibu.

"Cantiknya.." puji ibu sambil mengelus pipiku yang gembul.

"Iya dek, temenmu ini cantik imut2 banget sih gemes jadinya." kata Tante Menik, tante Kak Neam yang sedang duduk di kursi teras rumah.

Aku gak bisa jawab, cuma senyum malu-malu. Tapi gak disangka teryata keluarga Kak Neam ramah, terlebih padaku.

Malam itu dihabiskan dengan mengatur acara lamaran Kak Moreno, dan bersilaturahmi antar keluarga besar Kak Neam. Tetapi diujung dapur tadi, Ibu menyempatkan waktu ngobrol denganku.

Pertanyaan khas seorang Ibu, sekolah dimana? kelas berapa? Ayah-Ibuku bekerja dimana? dan banyak hal.

Bahkan memberikan masukan pula, untuk aku menghadapi ujian tahun ini.

Cara bicara Ibu sangat lembut jadi tidak berkesan Ibu sedang menggali informasi dariku.

Pembicaraan kamipun mengalir natural. Hingga Ibupun meminta nomer hapeku.

"Dek Billa, Ibu gak punya anak perempuan. Boleh ya sekali-kali ibu ajak Billa ke salon atau belanja ke pasar?"

"Iya Buk, Billa pasti seneng kalau bisa menemani Ibu."

"Yaudah kapan-kapan kita keluar berdua ya." ajak Ibu. "Tapi ingat tetep harus fokus belajar menghadapi ujian!" Ibu sembari mencubit pipiku.

"Iya Bu, Qabilla pasti ingat saran Ibu. Trimakasi ya Buk." kataku manja.

Bertemu Ibu sama dengan halnya bertemu Mamaku sendiri, membuat aku menemukan keteduhan, kenyamanan dan kepercayaan.

...

Neam yang sedari tadi mengamati Ibu dan Si Kecil tersenyum diujung ruangan.

Dia tau momentnya tepat untuk mengenalkan Si Kecil pada Ibu. Dan dia yakin ibu pasti suka dengan si kecil. Karena karakter mereka hampir sama.

Yang mereka belom sadari adalah mereka sama-sama suka masak. Walaupun Si Kecil baru belajar, aku yakin suatu saat ada waktunya mereka akan menemukan chemistry memasak. Hihi.. Neam tertawa dalam hati.

Acarapun telah selesai dan satu persatu muai berpamitan.

Saatnya nih anter Si Kecil pulang, gak enak sama Mamanya yang udah selalu kasih aku kepercayaan.

Neam menengok kanan kiri, mencari dimana si Kecil berada.

Ternyata dia lagi di taman belakang ngumpul dengan Ibu, Tante, Om dan yang paling mengagetkan ada Ayahku juga disana.

Mereka sedang tertawa-tawa dan Si Kecil sedang di rangkul oleh Ibuku..

Wwaaw.. Si Kecill..!! Kenapa kamu mencuri banyak perhatian banyak orang sih disini ?! Neam bersorak dalam hatinya.

Setelah mencium tangan hampir semua orangtua rumahku, aku dan si kecilpun akhirnya bergegas kerumah si kecil.

Rumah kami dekat hanya berjarak 10 menit kalau naik mobil.

Dalam perjalanan Si Kecil antusias sekali menceritakan kelegaannya karena dirumahku ternyata berjalan sesuai keinginannya.

Semua orang ramah dengan Si Kecil, tidak cuma itu dia bahagia banget bisa diajak ibu untuk keluar menemaninya suatu saat.

Bahagia Si Kecil juga menular padaku.

Hari itu aku berjanji akan selalu ada disamping Si Kecil, karena mulai saat ini Si Kecil juga merupakan bagian dariku seperti keluargaku.

Aku tidak sempat mengatakan betapa bahagianya juga malam itu, karena kita sudah sampai di depan rumah Si Kecil .

"Makasih ya kakak sayang." suara gemas si kecil memecahkan lamunanku.

"Iya kecilku, cantikku.. sama2 ya."

"Oia Cil, happy anniversary yang 1 ya." Aku mengambil buket bunga dari jok belakangku yang sudah ku persiapkan tadi sore.

Wajahnya terlihat sekali dia bahagia dan tentu saja kaget. Mungkin dia tak menyangka kalau aku akan memberikan bunga.

"Wahh Kak Neam, makasihh.

Selamat hari jadian juga." dia memelukku agak lama.

Ketika dia melepaskan pelukannya aku melihat airmata diwajah mungilnya,

Hatiku diliputi desiran indah, air mata bahagianya membuat duniaku benar-benar berarti.

Si kecil orang yang aku sayangi, juga sangat menyayangiku. Aku benar2 yakin.

Reflect..

Bibirkupun menyentuh bibirnya. Dia memejamkan matanya malu, lalu kamipun mulai berciuman.

Ciuman pertama kami terjadi di tahun 1 pacaran kami.