Secangkir kopi itu sudah tinggal setengah. Padahal teh hangat yang berada disamping secangkir kopi masih utuh, tidak tersentuh.
"Gimana kabar Papa kamu?" tanya Reza yang kemudian mengambil lagi gelas berisi kopi itu.
"Baik Om. Bukannya bulan depan apa project ya Om?"
"Ah iya. Itu basa-basi aja," ucap Reza sambil tertawa. Bima ikut tertawa, Om Reza-Papanya Arsen ini kelewat blak-blakan menurutnya. Dulu saat Bima masih kecil, Om Reza bahkan berbicara blak-blakan pada ayahnya Bima-Halim, kalau Bima membuatnya pusing karena kelewat nakal. Tapi Reza sedikitpun tidak membencinya, toh anaknya pun sama nakalnya.
"Kamu kenal Natasha?"
Bima terdiam sebentar, mencoba mengingat nama yang di sebut kan Reza barusan.
"Natasha siapa Om?"
"Ah belum tahu berarti yah. Calon menantu Om," ujar Reza kemudian.
"Pacarnya Arsen?"
Reza menimbang kemudian.
"Calon Istri."
"Serius Om?"
Bima terkaget mendengarnya, pasalnya mereka-Bima dan Arsen masih kelas dua SMU. Dan bukannya Arsen benar-benar menyeleksi wanita-wanita yang harus bersamanya.
"Dijodohin?" tanya Bima kemudian.
Reza mengangguk, "sepertinya Om harus tinggal dulu, Arsen lagi sama calon isterinya kayaknya."
Oke, ini gila. Bima dibuat kaget lagi. Apa maksudnya ini semua, seintim itu kah mereka? Arsen tak habis pikir dengan Arsen. bagaimana bisa seintim itu dengan wanita yang dijodohkan.
***
Ini untuk pertama kalinya lagi Bima datang ke Mansion. Setelah beberapa tahun silam, dan karena Arsen yang tinggal di Apartemen juga.
Setelah beberapa menit hening, dengan Bima yang terus menatap Natasha juga Arsen yang sepertinya murka.
"Kalian dijodohin?"
"Gak. Dia asisten gue," tegas Arsen.
"Tapi bokap Lo bilang, Natasha calon menantunya," ujar Bima.
Natasha mendongak menatap Bima juga Arsen bergantian. Bagaimana sih ukannya Om Reza tidak memaksa Natasha untuk dijodohkan dengan Arsen.
"Dia bohong. Ke Gue aja bertahun-tahun bohong bisa, apalagi ke Lo," ucap Arsen. Disini Bima sedikit bingung dengan ucapan Arsen. Dia tahu Arsen paling malas untuk ditanya-tanya, dia harus berbicara sendiri atau seenggaknya sudah tahu infonya dulu.
"Udah lah lupain aja. Ngapain Lo kesini?"
"Tadi gue itung cuman ada enam, ternyata ada disini satu."
"Maksudnya?"
"Hey Natasha, tadi di kayangan bidadarinya cuman enam, ternyata yang satunya lagi disini," gombal Bima.
Natasha bersemu merah. Baru kali ini digombali secara terang-terangan. Arsen sudah menatap Bima malas. Sifat playboynya sudah tidak bisa ditahan sepertinya.
TUK...
Sebuah kacang yang sedang dimakan Arsen dilemparkannya ke Bima.
"Eh emang gue monyet dilemparin kacang segala!"
"Bukan, Lo Babi!!!"
"Idih... Cemburu bilang sahabat!"
"Ngapain gue cemburu, ogah!"
"Yakin Lo? Natashanya buat gue aja."
"Kok jadi berantem gini?" tanya Natasha, yang sudah sangat salah tingkah berada di tengah-tengah cowok ini.
"Tapi serius loh. Lo cantik banget, imut lucu gitu."
"Apaan sih," jawab Natasha yang sudah kelewat bingung menjawab juga bersikap.
***