Chereads / Trouble Is A Friend / Chapter 29 - LOMBA

Chapter 29 - LOMBA

"Gimana persiapannya?"

"Saya sudah persiapkan ini jauh-jauh hari Pak," jawab Natasha.

Ada beribu keraguan sebenarnya. Pasalnya semenjak menjadi asisiten Arsen, jam belajar Natasha berkurang karena Arsen yang selalu tak tahu waktu mengganggunya. Tapi ketika Ia belajar, Ia berusaha sebisa mungkin untuk bersungguh-sungguh.

"Saya harap kamu tidak mengecewakan," ucap Pak Bambang.

Sungguh berat untuk Natasha berucap 'Ya' dengan yakin. Ini sedikit membebaninya. Kini Ia takut kalau tidak bisa menang.

"Dalam 20 detik cepat temui gue! Kalau gak, gue akan batalin Lomba Lo!"

Natasha menghela napasnya kasar. Ia segera menemui Arsen dulu, dalam satu jam kedepan Ia sudah harus berangkat ke salah satu Universitas yang dijadikan tempat berlangsungnya lomba.

Masih terengah-engah Ia menghampiri Arsen.

"Ambilin gue minum."

"Hah?" Natasha dibuat melongo Arsen, untuk minum Arsen hanya menggunakan tangannya untuk mengambil minumnya itu yang ada di atas meja.

Oke, Natasha menuruti saja. Dia mengambil minum itu.

"Pijitin gue dong, pegel nih pundaknya."

Natasha menurut lagi saja.

Dering handphone Natasha terus berbunyi. Ia melihat siapa yang menghubunginya.

Pak Bambang.

"Baik Pak, Saya segera kesana," ucap Natasha diakhir teleponnya.

Arsen dengan segera mencekal tangan Natasha.

"Eeeehh, mau kemana?"

"Hari ini gue lomba Arsen, gue harus pergi!"

"Gak bisa gitu dong. Lo harus dapet izin dulu dari gue," ucap Arsen.

"BODO AMAT!!!" Natasha lalu melepaskan paksa tangannya yang dicekal Arsen. Ia kemudian berlari meninggalkan Arsen.

***

Rasanya tenggorokan kering. Satu botol air mineral yang kini tersisa tinggal sedikit lagi, satu teguk lagi akan habis. Beberapa kali membuang napas kasar, menghilangkan rasa tak tenang. Beberapa menit yang lalu adalah waktu terburuknya mungkin.

Satu fakta untuk hari ini; Natasha tidak menyelesaikan sampai selesai soal-soalnya itu. Dering telpon dari Arsen sangat mengganggunya saat sebelum lomba dimulai. Ancaman-ancaman Arsen membuatnya benar-benar tidak mood dan berdampak buruk pada kinerja otaknya yang tiba-tiba beberapa hal melupakan sebagian materi.

Diketuk-ketukannya jari telunjuk itu di meja kantin. Ia sedang mengira-ngira poin yang akan didapatnya.

"Gimana?" Pak Bambang, tiba-tiba sudah ada dihadapan Natasha.

"Semoga aja Pak," jawab Natasha, mana mungkin dia bilang kalau tadi dia hanya sebagian menyelesaikan soalnya.

"Harus," ujar Pak Bambang kemudian.

"Yasudah kita pulang, minggu depan nilainya akan keluar."

Natasha mengangguk. Mengikuti Pak Bambang yang sudah berjalan terlebih dahulu.

***

"Huh..."

Natasha menghempaskan tubuhnya ke kasur. Hari ini dia benar-benar lelah. Lelah karena otaknya terus-terusan terfikir mengenai soal tadi. Natasha memang ambisius, bahkan dia adalah orang yang tidak mau mematahkan harapan orang lain terhadapnya.

"Gue mau makan."

Seseorang diambang pintu itu membuat Natasha terbangun dari berbaringnya. Tidak bisakan satu hari saja tidak menyuruh-nyuruhnya.

"Ada pelayan didapur, Lo kan bisa minta."

"Gue gak mau tahu, Lo anterin makanannya ke kamar gue!"

Itu perintah. Yah setiap apa yang dilontarkan Arsen adalah perintah. Itu sangat menyebalkan. Natasha mandi kilat, lalu Ia kedapur untuk melayani tuan manjanya itu.

***