Arsen menarik tangannya kasar. Seolah-olah tak sudi dipegang cewek yang berada di hadapannya sekarang. Wajahnya mengeras, Arsen tahu dia bukan anak yang diinginkan mungkin, tapi kenapa harus diperjelas juga?
"Gue bener-bener minta maaf. Kalo ucapan gue waktu itu buat Lo sakit hati," ucap Natasha.
Arsen tersenyum miris. "Bahkan Lo nya aja ragu buat minta maaf," jawab Arsen.
Natasha terdiam, berusaha mengingat apa yang salah dengan ucapannya barusan. Beberapa detik kemudian dia tersadar, dia menggunakan kata 'kalau'; terdengar bahwa memang tidak bersalah dalam ucapannya, hanya ragu iya apa tidak dia melakukan kesalahan.
"Gue akan lakuin apa aja, asal Lo maafin gue," pinta Natasha.
Arsen menatap Natasha.
"Buat Papa bersatu sama Mama, bisa?"
Wajah Natasha memucat seketika. Kenapa harus itu?
"Gak bisa kan?"
Arsen berlalu, Natasha kembali menarik tangan Arsen menahannya.
"Om Reza berhak bahagia."
"Gue enggak?"
Natasha mendesah, begitu sulit memberi pengertian pada Arsen.
Natasha menarik Arsen untuk duduk, Ia duduk di samping Arsen. Ia memaksa Arsen untuk melihat wajahnya. Lebih tepatnya memaksa untuk Arsen menatap mata Natasha.
"Lo... Gue, semua orang berhak bahagia."
"Tapi tidak dengan merusak kebahagiaan orang lain," sambung Natasha kemudian, Natasha mengusap wajah Arsen, mengelusnya dengan lembut. Arsen membisu, menatap kedua mata Natasha. indah.
"Papa bahagia merebut kebahagian Gue," ucap Arsen.
Natasha tak sabaran menghadapi sifat Arsen yang keras kepala ini. Natasha langsung memeluk Arsen erat, Ia mau Arsen mengerti maksudnya.
"Luapin amarah Lo sama Gue, jangan diemin gue terus. Gue bener-bener merasa bersalah dan menyesal ngomong gitu, sama sekali gak bermaksud gitu Arsen. Gue lagi putus asa, kacau, kecewa dan marah. Tapi gue berusaha cari cara lain sekarang," ucap Natasha masih memeluk Arsen, namun tak seerat sebelumnya. Ia merasakan tubuh juga hatinya menghangat dan wangi Arsen menusuk indera penciumannya, harum. Mata Natasha berkaca-kaca, Arsen membalas pelukannya. Sangat nyaman.
"Bahagia itu datang dari kita sendiri, kita yang ciptain."
Arsen kini yang memeluk erat Natasha. Menghirup dalam-dalam aroma manis tubuh Natasha yang tercium.
"Kalo bahagia gue itu Lo gimana?" tanya Arsen dalam hatinya.
***
"Gue mau makan!"
Natasha mendongak, yang tadinya tubuhnya bersandar di dada Arsen kini Ia sudah menatap Arsen sebal.
"Becanda," ujar Arsen masih dengan wajah datarnya.
"Jadi udah maafin gue?"
"Tadi Lo ngajuin gue boleh minta apapun."
Natasha malas seketika. Ia menyandarkan punggungnya di kursi. Menyesal juga tadi berucap seperti itu. Arsen menarik tubuh Natasha untuk mendekat. Ia memeluk Natasha kembali.
"Makasih yah."
Jantung Natasha tiba-tiba berdebar juga serasa pasukan oksigen berkurang seketika.
"Asisten," lanjut Arsen.
Dalam pelukan Arsen wajah Natasha berubah seketika. Memutar bola matanya malas namun Ia membalas pelukan Arsen. Untuk malam ini Natasha merasakan kehangatan pelukan dari seseorang. Dulu Papa dan Mamanya yang selalu memeluknya dengan hangat penuh kasih sayang.
Mungkin untuk Arsen ini adalah pelukan terhangat. Ia merasa dicintai juga disayangi. Yang Ia mau dari kedua orang tuanya, Ia dapat dari Asistennya.
***