Chereads / Trouble Is A Friend / Chapter 32 - Menyesal

Chapter 32 - Menyesal

Dua hari berlalu begitu saja. Natasha merasakan bahwa Arsen menghindarinya. Tidak ada sapaan, suruhan bahkan Arsen seperti tidak menganggap bahwa ada Natasha.

Ucapan dua hari lalu membuat Arsen berubah sangat dingin. Hanya kepada Aryo jika dia butuh. Natasha tidak berusaha memulai untuk berkomunikasi dengan Arsen, dia merasa canggung dan merasa bersalah yang luar biasa.

Minggu pagi ini semua penghuni mansion ada. Maksudnya Reza juga isterinya yang sedang duduk menonton televisi dengan Arvi yang sedang dipangkuan Papanya itu-Reza. Terlihat sangat bahagia juga harmonis. Natasha yang berdiri di belakang pilar melihatnya antara bahagia dan sedih.

Bahagia ketika melihat keluarga lengkap, bahkan anak kecil itu sama sepertinya dulu. Terlihat sangat disayang. Sedih ketika teringat kenyataan bahwa ada seorang anak laki-laki yang tak mendapatkan momen sepeti itu. Dan Natasha baru saja melukainya waktu itu. Saat lift terbuka, Arsen nampak disana, Natasha tak sengaja beradu tatap. Mengalihkan tatapan pada Papanya-Reza, lalu Arsen menutup lagi lift itu akan menuju ke bawah dasar, langsung menuju garasi sepertinya.

Natasha berlari menuju lift, Ia akan mengikuti Arsen. Ia harus meminta maaf pada Arsen.

Mobil merah keluaran terbaru sudah hilang begitu saja dari pandangan Natasha saat Ia baru keluar dari lift.

Salah satu penjaga di garasi menghampiri Natasha. Membungkukan badan.

"Anter saya ikutin Arsen," ucap Natasha sambil tak sabaran berjalan menuju mobil hitam yang bertengger paling depan.

Sang sopir langsung mengerti saat penjaga memberikan arahan.

"Cepetan yah Pak!" titah Natasha yang tak sabaran.

Natasha menghubungi Aryo, dia memberikan pesan bertanya akan pergi kemana mereka?

Yang Natasha liat Arsen hanya berdua bersama Aryo.

"Apartemnnya," jawab Aryo dalam pesannya itu.

"Ke Apartemen Arsen yah Pak!"

Sang supir pun mengangguk, mematuhi apa yang diminta Natasha.

Sampai di Apartemen, Natasha berhenti sejenak di lobi. Ia menghubungi Aryo kembali memastikan. Setelah mendapat pesan jawaban Aryo tak berlama-lama Natasha langsung menuju tempat yang diberitahu Aryo.

***

"Arsen mana?"

"Sepertinya dia tidak mau diganggu dulu."

"Ini penting Yo. Gue harus temuin Arsen."

Aryo menghela napas. Natasha tidak bisa menemukan Arsen dikeramaian begini. Rooftop apartemen dimalam hari begini diisi untuk menongkrong.

"Ada di ujung sana, dia sendirian. Jangan bilang yang enggak-enggak lagi yah," ucap Aryo.

Jleb.

Ucapan Aryo cukup menamparnya. Demi apapun dia tidak bermaksud begitu. Waktu itu dia hanya emosi.

Natasha berjalan menuju tempat di ujung yang dimaksud Aryo. Sebuah ruangan di rooftop, sepertinya kedap suara. Natasha masuk begitu saja. Duduk di kursi yang berbeda dengan Arsen. Arsen belum menyadarinya, dia masih menutup matanya. Entah sedang apa.

Gedung-gedung tinggi dengan jendela-jendela besar terlihat dari sini, pencahayaan lampu membuat gedung itu terlihat. Dengan cahaya warna yang berbeda membuat terlihat indah. Seperti pelangi mungkin.

Natasha menggigit bibir bawahnya. Ia masih membisu, bingung kata apa yang harus diucapkannya pada Arsen.

Satu... dua... tiga...

Natasha berhitung dalam hatinya, untuk memulai berbicara.

"Gue minta maaf," lolos Natasha kemudian dari bibirnya.

Arsen membuka matanya, Ia melihat seseorang disamping yang berbeda kursi sedang duduk terlihat gelisah juga sorot mata penyesalan.

"Sejak kapan disini?" ucapnya dalam hati.

Arsen membuang nafasnya kasar. Dia membuang pandangannya yang sempat beradu dengan Natasha. Ia kemudian ingin beranjak dari sana.

Natasha langsung memegang pergelangan tangan Arsen, berusaha mencegah Arsen pergi.

***