"Aldo..!?"
Orang itu langsung duduk didepan meja makanku.
"Sekarang jelasin ke gua soal kejadian kucing kemaren, mumpung temenlu belum dateng"
"Lu yang duluan jujur ke gua, baru gua mau jujur" Aku membalas sambil menggertaknya.
"Jujur soal apa?"
"Nih"
Aku lalu memperlihatkan telapak tanganku yang memerah. Dilihat dari reaksinya setelah itu, dia tampak sudah tidak bisa mengelak lagi.
"Yaudah deh... Gua duluan.." Mukanya langsung lesu. Aku langsung memberikan tampang kemenanganku padanya.
"Gini ya Rin. Sebenernya gua bisa bikin sesuatu menjadi panas dengan sentuhan gua. Kekuatan ini gua dapet sejak 1 minggu lalu.", Aldo sedikit mendekat sambil berbisik.
Aku langsung tersentak mendengarnya. Karena sudah mulai tidak mempan dengan hal-hal mengejutkan, Aku sedikit mulai terbiasa.
"Sekarang giliran lu!" Aldo menatap tajam diriku. Akupun langsung gelagapan.
"Ehh... Gimana yaa.. gua bingung mau jelasinnya kek gimana. Guanya juga baru tau soal yang beginian 2 hari lalu"
"Setidaknya jelasin ke gua soal kucing itu"
"Ehh.. gimana yaa.. mungkin gua gabisa ngasih lu jawaban yang bener. Mungkin lu bisa tanya ke kucingnya langsung"
"Tanya ke kucingnya langsung!?!??" Sepertinya dia masih tidak bisa percaya soal kucing berbicara, raut wajahnya langsung berubah menjadi heran.
"Nanti lu ketemu gua pas istirahat kedua dideket toilet. Disitu cukup sepi. Nanti gua bakal panggil dia buat jawab pertanyaan lu. Sekarang lu udah puas kan!?. Mendingan sekarang lu pergi, gua mau makan"
"O-oh...." Aldo pangling dan pergi menjauh.
.....
Entah apa yang kupikirkan saat ini. Membiarkan Aldo ikut campur termasuk halangan dalam kepergian kami. Aku harap Leo mau menerimanya.
Kucing yang dari kemarin meminta belas kasihanku pun kembali. Dia mengitariku dan menggesekan badannya ke kakiku. Sesekali Aku mengelusnya. Jikalaupun kucing ini tiba-tiba bicara padaku, Aku sudah tidak akan terkejut lagi.
"Nanti ya cing, baksonya belum dateng.."
Seperti biasa Aku suka berdialog dengan hewan. Berbeda dengan manusia, mereka lebih toleran dan asyik diajak ngobrol. Walaupun mereka tidak mengerti sama sekali. Kecuali Leo mungkin.
Tidak lama kemudian Mia menghampiriku. Sepertinya dia sudah selesai mengantri dan memesan bakso.
"Sekarang ceritain ke gua soal tadi pagi" Mia terlihat bersemangat.
"Hadeuhhhh..."
"Kok hadeuh?. Kan udah janji tadi..."
"Jadi taditu gua kejatuhan buku didepan pintu kelas. Terus dia nemuin dan lagi ngebalikin ke gua gitu.."
"Perasaan ga kayak gitu deh", Mia menyentuh dagunya seperti seorang detektif.
"Terus menurut perasaan lu kayak gimanaaaaa... hah!?"
Menurutku Mia memang orang yang susah dikibuli.
"Kayaknya kalian abis berantem gitu..."
"Jadi setelah dia balikin buku gua, terus gua tolak. Gua bilang 'Apaansi lu sok kenal'. Gitu..."
"Ga percaya gua lu ngomong kaya gitu."
"Terserah lu dah.....", Aku sudah angkat tangan.
Bakso yang kami pesanpun telah datang, beserta dengan es teh manisnya. Dengan cekatan, Aku mengambil sendok dan garpu.
"Neng Mia udah langganan banget ya disini"
"Iya dong mang!"
Sepertinya mamang bakso itu mengenal Mia. Aku tidak terkejut melihat dia yang memang 180° berbeda denganku. Dia adalah mantan ketua OSIS di SMP dulu, punya banyak teman dan mudah bergaul. Sedangkan Aku hanyalah manusia dibalik bayangan yang hanya membutuhkan kedamaian dan ketenangan dalam hidup.
"Makan Rin!, Ntar dingin.. ngelamun mulu lu"
"Eehh iya..", tidak kusangka selama itu aku menganalisis Mia.
Sambil menikmati bakso, Aku melihat-lihat sekitar. Kulihat Aldo disana ikutan main basket lagi. Beberapa guru juga ada yang makan dikantin ini, Aku juga tidak mengenal semuanya mungkin karena belum masuk mengajar kelasku. Kantin ini sangat ramai dan diminati para siswa.
Kantin yang sangat ramai sebenarnya membuatku kurang nyaman, tapi karena Aku menyukai bakso yang ada disini, Aku memaksa diriku untuk tetap nyaman. Asalkan tidak ada bola yang menyeruduk lagi, kupikir Aku akan tetap tahan dengan keramaian ini.
.....
Setelah makan bakso selesai, Aku dan Mia membayar bakso dan es teh tadi. Mia tetap mengoceh selama perjalanan menuju kelas, Aku hanya menjawab "iya", "iya", "mm gitu" dan "oh".
Sesaat sebelum masuk pintu kelas, kami berpapasan dengan Aldo yang juga mau masuk ke kelas. Sungguh kebetulan yang disengaja.
"Hei..!"
Aldo senyum-senyum sendiri melihatku. Dia langsung berjalan duluan masuk kekelas. Aku hanya membalas kembali dengan tatapan sinis, sedangkan Mia tertawa melihat reaksiku.
Jam pelajaran selanjutnya telah dimulai. Guru biologi langsung masuk kekelas tepat waktu. Setelah perkenalan singkat, pelajaran pun langsung dimulai. Aku maupun para siswa lain mengikuti pelajaran dengan tekun dan serius.
Sesekali Mia melempariku dengan bulatan kertas kecil kepadaku. Sepertinya dia belum puas dengan jawabanku tadi. Aku membiarkannya saja tanpa kujawab. Sampai akhirnya dia menyerah tanpa perlawanan.
Belum 30 menit sejak pelajaran biologi dimulai, Aku sudah mengantuk. Guru yang menerangkan pelajaran didepan berbicara sangat lambat sekali, walaupun memang sudah tua. Karena tidak ingin ketiduran ditengah pelajaran, Aku jadi memikirkan sesuatu. Pasti ada lebih banyak lagi yang memiliki kekuatan seperti Aku dan Aldo. Aku jadi tidak sabar untuk bertualang kesana.
Saking bosannya, Aku mencoret-coret halaman belakang buku catatanku. Membuat sebuah pemetaan orang-orang yang ada disekelilingku, dilengkapi dengan definisi tentang mereka. Untungnya, kali ini Aku tidak disuruh maju kedepan gara-gara melamun dan mengerjakan hal yang tidak penting.
"Karena waktu sudah habis, ibu lanjutkan minggu depan..."
"Iyaa...." Para murid menjawab serempak. Beberapa murid meregangkan tubuh mereka seperti sudah bangun tidur, rupanya bukan Aku saja yang mengantuk.
Tiga jam pelajaran biologi telah selesai, waktu istirahat kedua pun telah datang. Tatapanku hanya tertuju pada Aldo yang langsung berjalan dari depan ketempat dudukku. Seperti seorang rentenir, dia menatap ku kebawah meminta tagihan janjiku. Sedangkan Mia mengintip dari belakang Aldo dengan penuh kecurigaan.
"Yuk.."
Aku langsung berjalan keluar kelas. Tanpa berbicara sepatah katapun, Aldo mengikutiku dari belakang. Mia kusuruh tetap dikelas walaupun ia tetap memaksa untuk ikut.
Kami langsung berjalan melewati koridor menuju toilet. Toilet pria dan wanita terletak bersebelahan, jadi sejauh ini tidak mencurigakan kami berdua ketoilet bersamaan.
Setelah sampai didepan toilet Aku pun berhenti berjalan, begitupun dengannya.
"Leo...,, Leo kamu dimana?" Aku memanggilnya dengan cukup pelan.
Beberapa menit terlewati tanpa jawaban dari Leo.
"Mungkin suara lu kekecilan kali..", Aldo menegurku sambil melihat-lihat jam tangannya.
"Ga mungkin.."
.....
15 menit pun terlewati.
"Lah mana nih?"
"Protes mulu lu.." Aku menjawab sinis.
Tidak lama kemudian sesuatu datang secara tiba-tiba dari sebuah portal. Seekor hewan berbulu hitam langsung keluar dan berdiri dengan siap.
"Hai nak!"
"Hai...." Aku lalu melambaikan tanganku padanya.
Aku langsung menoleh dan melihat Aldo yang membuka mulutnya lebar-lebar. Sungguh sangat tidak bisa dipercaya, mungkin itu yang ada dalam pikirannya.
"Si-siapa itu nak!?. Dia bisa melihatku!?.", Leo langsung menjauh dan mengeong dengan keras. Bulunya tampak berdiri pertanda sedang waspada.
"Oh iya perkenalkan ini Aldo. Dia yang pernah ketahuan melihat wujudmu.."
"Aku tidak peduli nak!, sekarang cepat lakukan itu!!"
"Lakukan apa!?" Aku langsung cemas.
"Pegang kepalanya!!"
Leo langsung memberiku sebuah perintah secara tiba-tiba. Tanpa kusadari, Aku mengikuti perkataan nya dan meraih kening Aldo dengan cepat.