Aldo terlihat sangat heran dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Leo padanya. Dia bergerak mundur perlahan menjauhi kami.
"Kau tidak percaya?" Leo mendekatinya dengan perlahan.
"Te-tentu saja ga percaya!"
"Lalu bagaimana kau menjelaskan tentang perkataanmu tadi?. Tadi kau bilang kau dan Arina merupakan orang yang berbeda pada umumnya bukan!?"
"Maksudlu bakat ini?. Kaitannya dengan seorang penyihir yang kalian maksud itu apa?."
Leo kemudian mendekatiku dan memegang bahuku. Kepalanya tertunduk pertanda sudah menyerah. Baru kali ini Aku melihat orang yang masih tidak percaya bahkan dengan segala bukti yang sudah dilihatnya.
"Lihatlah nak.. dia bahkan tidak percaya padaku. Kau lebih mendingan daripadanya nak.. . Saat Aku memberi tahukan kebenaran padamu, reaksimu masih bisa kutolerir. Huhu...." Leo terisak-isak seperti anak manja tanpa menitikkan air mata.
Aku lalu melepaskan tangan Leo dari bahuku dan menghadap Aldo dengan penuh keyakinan.
"Kau adalah seorang penyihir, Aldo, begitupun denganku. Kau dan Aku memiliki kekuatan yang sama-sama diwariskan dari keluarga kita. Terimalah itu."
"Jadi maksudmu kemampuan yang kudapat ini gara-gara Aku adalah seorang penyihir?."
"Benar... Karena itu Aku mengundang Leo dan mengajakmu menemuinya. Aku juga tidak terlalu tau banyak jadi itu alasan kita disini."
Aldo kemudian terdiam dan tertunduk. Ia lalu melihat-lihat tangannya yang memang tidak kenapa-napa.
"Sudah-sudah mari kita berbicara enam mata disana" Leo menunjuk sebuah pojokan yang ada didekat tanah kosong tersebut. Didekat tanah kosong tersebut terdapat teras dari semen yang disampingnya terdapat sebuah ruang penyimpanan alat musik.
"Kita akan membicarakannya disitu?"
"Tentu saja Aldo, mau dimana lagi.." Aku menjawabnya sambil sedikit membersihkan tempatku.
"Agar aman Aku akan menggunakan sihir pembias dimensi" Leo kemudian mengangkat tangannya dengan tinggi dan mengucapkan kalimat yang tidak kami mengerti.
Laevraegd!
"Hah?, Apa yang terjadi!?"
Aku dan Aldo serentak terkejut. Sebuah cahaya dari bawah tanah terpancar seperti pilar pilar yang menghujam keatas. Cahaya tersebut membuat petakan 2x2 meter-an disekitar kami.
"Sekarang tidak akan ada yang bisa melihat maupun mendengar kita nak!"
"Kau tadi bilang apa!?,, eh maksudku kau tadi melakukan apa!?" Mataku langsung berbinar-binar
"Aku sedang membuat ruangan tidak terlihat nak!. Seperti yang kau lihat, kita sekarang tidak terlihat!"
Aku dan Aldo melihat sekitar. Tidak terjadi perubahan apapun di area sekitar kami.
"Hayolah.. guyonan apa lagi yang kalian lakukan tch!.." Aldo yang masih tidak percaya dengan kami kemudian berjalan keluar sekitar 4 langkah dari area tersebut.
"Hei! Aldo tunggu!"
"Woah! Apa ini!?"
Sesaat setelah Aldo mendekati batas area tersebut ternyata sebagian dari tangannya telah hilang. Akupun langsung syok melihatnya, sedangkan Leo tersenyum puas.
"Hah ada lagi!?"
Aldo pun mengeluar-masukkan tangannya di batas area tersebut. Tangannya hanya muncul pada area yang dibuat Leo, sedangkan sesuatu yang keluar dari dalam tidak bisa kita lihat. Sepertinya dia sudah mulai tertarik.
"Bisakah kau tidak melakukannya nak?, sihir ini hanya berlaku pada ruangan ini. Jika kau keluar dari sini, kau akan tetap terlihat bagi orang diluar ruang ini" Leo menegur Aldo dengan nada pelan.
"Oh yasudah.."
Tanpa memberikan sebuah isyarat. Kami langsung duduk diatas teras semen yang berada didekat tanah lapang itu. Karena masih dalam jangkauan sihir Leo, tentu saja kami masih tidak terlihat maupun terdengar bagi orang lain.
"Kita kesini untuk menanyakan kegelisahanmu bukan?. Yasudah, sekarang orangnya ada disini. Jadi tanyakanlah sepuasmu."
"Jadi kau memanggilku untuk itu nak?. Yahh.." Wajah Leo langsung berubah lesu.
"Jangan gitu!!"
"Eh iya siap!!" Leo langsung menegapkan tubuhnya, Aldo hanya tersenyum melihat kami.
"Jadi apa yang ingin kau tanyakan nak?"
"Bisakah kau menjelaskanku tentang kemampuan ini?" Aldo bertanya pada Leo dengan sedikit cemas.
"Kau adalah seorang penyihir nak. Secara asal-usul mu, kau adalah pewaris penyihir api ke-99, mewarisi Myria Flareo yaitu ibumu."
"Jadi maksudmu orang yang ada didaftar ini adalah ibuku?" Aldo kemudian menunjuk sebuah daftar nama yang ada pada buku merah tersebut.
"Bukan hanya ibumu nak, itu semua adalah leluhurmu. Itu kakekmu, itu nenek buyutmu...." Leo mendekat pada Aldo dan menunjuk-nunjuk buku tersebut dengan kuku telunjuk panjangnya.
"Hei.. hei Leo... Berarti Aku juga punya yang seperti itu?" Tidak mau kalah, Aku juga langsung ikutan percakapan mereka.
"Tentu saja ada nak. Buku itu ada dikamarmu."
Mataku langsung berbinar-binar. Tidak sabar rasanya melihat wujud buku tersebut.
"Lalu apa guna buku ini padaku?"
"Buku tersebut merupakan rekaman kisah hidup penting para penyihir tersebut. Dan juga berisi mantra-mantra sihirmu nak.."
Aldo kemudian membalik-balik buku tersebut, Akupun ikut serta melihat isi dari buku tersebut.
"Lantas bagaimana caranya membaca hal ini. Bahasanya aneh.." Aldo mengangkat-angkat kertas tersebut dan melihatnya dari segala sisi.
"Buku ini ditulis menggunakan bahasa Aemcraz' . Bahasa para penyihir.
"Jadi yang lu ucapin tadi pake bahasa itu ya. Hmmm"
"Benar sekali nak!" Leo lalu mengelus-elus kepala Aldo, sedangkan Aldo diam saja melihatnya. Aku cukup bingung melihat mereka setelah membaca halaman kosong nan putih bersih itu.
Aku lalu ikut bicara, "Anu.. kalian bisa membacanya?. Kertas kosong itu?"
"Lu rabun rin?. Ini jelas-jelas ada isinya malah lu bilang kosong"
Aku hanya terdiam mendengarnya.
Beberapa detik kemudian, Leo melihat ekspresiku setelah mendengar kata dari Aldo tersebut. Tanpa kusadari dalam sepersekian detik, tubuh Aldo tertahan pada sebuah dinding semen dengan tangan Leo yang meremas kerah bajunya.
"Sekali lagi kau menyakiti perasaan Arina, Aku tidak akan segan-segan menebas kepalamu. Walaupun kau seorang penyihir legenda sekalipun. Camkan itu!"
Sosok tinggi dengan jubah ungu kehitaman itu mengangkat Aldo hanya dengan satu tangan. Aku terkejut melihat kejadian tersebut.
"Leo.. leo hentikan. Maafkan dia, dia emang suka gitu orangnya jadi biasakan dirimu.. ya..?" Aku mendekati sosok tersebut dengan perlahan.
Setelah mendengar permintaan dariku itu, ia menurunkan Aldo dengan "cukup" perlahan. Matanya menatap tajam dirinya bagaikan sebuah makhluk rendahan tak mertabat. Melihat kejadian itu membuatku dapat mengetahui sisi gelap Leo lebih dalam. Dia memiliki sebuah emosi yang berubah-ubah.
"Ma-maafkan saya tu-tuan... Saya tidak bermaksud begitu..." Aldo bergetar ketakutan, tangannya menggenggam satu sama lain dan tanpa sadar dia sedang berbicara formal.
"Semua kulakukan hanya untuk melindunginya, jika dia memaafkanmu maka begitupun denganku." Leo masih menatap tajam Aldo dengan pupil lancipnya.
"Sudah-sudah jangan bertengkar. Aku sudah memaklumi sifat Aldo. Jadi Leo, kau jangan sesekali bertindak tanpa perintah dariku lagi walaupun itu untuk melindungiku."
"Si-siap nona Arina!"
Leo langsung memberi hormat didepanku, tunduk dan menekuk salah satu lututnya.
.....
Hari ini adalah hari aneh ku yang lain. Semenjak kedatangan seekor kucing yang dapat berubah menjadi manusia, Aku yang dapat melakukan hal aneh dan orang lain yang dapat melakukan hal aneh juga membuat hariku menjadi lebih berwarna dari sebelumnya. Warna abu-abu selalu mengitariku dalam kehidupan sepuluh tahunku belakangan ini, namun sekarang telah muncul warna ungu, hitam, biru dan merah. Lalu warna apa lagi yang akan mewarnai hidupku?. Memang tidak semuanya masih tidak masuk akal bagiku, tetapi bagi introvert sepertiku semua hal ini terasa tiba-tiba dan mengejutkan. Aku harap akan ada sebuah pengalaman berharga yang dapat mengisi lubang didadaku ini.