Chereads / The Dark Witch / Chapter 13 - Hambatan

Chapter 13 - Hambatan

Aldo masih ketakutan melihat sosok Leo yang sebelumnya masih bisa tersenyum dan mengelus kepalanya. Akupun tidak tega untuk melanjutkan pembicaraan tentang hal ini. Walaupun Aku tidak masalah dengan perkataannya tadi, bagiku Leo memang masih menjadi prioritas utamaku dalam hal mengawasinya.

Setelah kejadian tersebut, Aku meminta Leo untuk kembali ke asalnya. Dengan sekejap sebuah portal menariknya hingga menghilang tanpa jejak. Kulihat setelah itu Aldo nampak tenang.

.....

30 menit tanpa berbicara sepatah katapun dengan Aldo telah berlalu. Saatnya untuk pelajaran terakhir untuk hari ini dimulai. Kulihat dari belakang, Aldo nampak lesu dan kadang-kadang membalik-balik buku merah itu. Sepertinya dia sudah tidak memiliki keinginan untuk bertanya lagi.

"Lu abis ngapain sama Aldo?"

Mia yang sudah daritadi menanti kami, kini kembali mengoceh.

"Nggak ngapa-ngapain kok.."

Setelah mendengar jawabanku, Mia diam dan tidak bertanya lagi setelah itu. Sebuah keanehan bagi orang seperti dia.

2 menit kemudian guru bahasa inggris memasuki kelas kami, badan tinggi dan kekarnya duduk diatas kursi guru yang mungkin terlihat lebih kecil untuknya. Entah kenapa hampir seluruh guru pria disekolah ini berotot dan atletis. Setelah perkenalan singkat, seperti biasa kami menyiapkan buku dan catatan

"Tangan lu kenapa Rin?" Mia memperhatikan tangan kiriku yang semakin terlihat jelas merahnya karena kontrasnya warna kulitku.

"Tadi kena panci panas dirumah.."

"Ada-ada aja lu ya.."

"Hehe..."

Aku kembali memperhatikan pelajaran didepan. Dan tidak sengaja menganalisis guru ini. Namanya Gary, dan terlihat masih muda. Kebanyakan dari para siswi malah tidak memperhatikan pelajaran, tapi malah hanya memperhatikan dirinya. Dia juga bekerja sambilan di gym yang terletak di kota kami. Menurutku cara pengajarannya cukup menarik karena lebih mementingkan praktek dibandingkan teori, karena belajar bahasa memang begitu yang seharusnya.

"Baik, kali ini kita coba conversation yang bapak ajarkan didepan dengan kelompok berdua orang. Buat kelompoknya berdasarkan teman yang berada disamping kalian saja."

Mendengar instruksi dari pak Gary, para siswa langsung berhadapan satu sama lain.

"Rin,, lu sama gua ya" Mia langsung memposisikan kursinya.

"Ya iyalah, sama siapa lagi.."

Sesekali Aku melihat keadaan Aldo yang duduk didepan. Dia sedang berpasangan dengan Tania, sang juara kelas. Sepertinya tidak ada masalah.

"Daritadi lu liatin Aldo mulu. Tadi pas istirahat, Aldo nembak lu ya?" Mia mendekatkan wajahnya padaku dengan wajah penuh interogasinya.

"Ngga kok. Apaan sih!"

"Lah kok marah gitu. Berarti bener nih.."

"Udah ah, ayo lanjut.."

Kami berdua lalu kembali mempraktekkan conversation yang ditulis pak Gary didepan. Sesekali guru ini mengitari kelas untuk mengecek pengucapan dan terkadang mengoreksinya.

"How are you Aldo?" Tania yang duduk dikursi depan sedang menanyai Aldo yang terlihat lesu. Suaranya cukup terdengar, karena Aku duduk di baris ketiga.

"I'm not fine, thank you"

"W-why??" Tania terheran karena jawaban anti-mainstream.

"I was cursed.."

"Cursed?.. eh yang bener do!"

"Look at this hand.."

Tania melihat-lihat tangan Aldo yang sepertinya memang tidak kenapa-napa.

"Apa jangan-jangan dia mau membeberkan kekuatannya?" Pikirku.

Aku langsung beranjak meninggalkan Mia dan kursiku, dan pergi ketempat Aldo dengan cepat.

"Aldo!"

Aku memberikannya sebuah tatapan cukup tajam sampai membuatnya tidak nyaman. Suaraku cukup keras untuk mengganggu suara siswa lain yang berada disekitarku.

"I-iya.." Aldo menjawab dengan heran dan sedikit takut, sedangkan Tania hanya terkejut dan diam.

"Hey.. hey.. you.." Pak Gary tiba-tiba datang dari arah belakangku.

"What's your name.."

"Arina.. pak.."

"Saya tau kalo kamu mungkin sedang marah sama dia, tapi jangan lakuin disini ya.." pak Gary meletakkan tangan kanannya pada bahuku. Kulihat sepertinya para siswi lain sedang menaruh iri padaku.

"Eh pak maaf, bapak salah paham.."

Aku lalu berlari kecil meninggalkan Aldo dan kembali ketempat dudukku dengan penuh malu. Pak Gary langsung heran dan menggaruk kepalanya.

"Eh iya.. latihannya disudahi dulu. Mari kita lanjut ke materi selanjutnya." Pak Gary kembali menulis dipapan tulis. Para siswa lain kembali diam dan mulai mencatat. Aku langsung duduk dan menutup telingaku, rasanya mau mati saja.

"Kan bener.." Mia mencolekku dari samping dengan manja. Secara tidak sadar, Aku telah memberikannya sebuah tatapan tajam padanya. Melihat dari reaksinya, dia tertegun dan berpura-pura menulis sesuatu di kertas untuk menghilangkan ketakutannya.

.....

Sebuah bunyi ringtone handphone berbunyi dari arah depan kelas. Pak Gary langsung merogoh saku dan memeriksa ponselnya itu. Setelah menjawab beberapa kata simple, dia langsung berjalan cepat keluar kelas. Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan, sepertinya penting.

"Kayaknya bakal pulang cepet nih.." Beberapa siswa mulai ribut karena tidak ada guru dikelas.

"Rin!, Bakal pulang cepet nih.. lu pasti seneng kan!" Mia menoleh padaku dan menghentikan kegiatan mencatatnya.

"Mitos itu mah.."

"Hee, lu ga percaya ya.. ini bentar lagi masuk nih pak Gary.. 1.. 2.. 3.."

Mia mulai menghitung mundur, entah kenapa Aku langsung melihat kedepan pintu untuk menunggu kedatangannya. Dan secara ajaib, pada hitungan ketiga, pak Gary langsung muncul dengan ponsel yang berada ditangannya.

"Maaf ya, bapak ga bisa mengajar kalian sampai jam terakhir. Bapak ada perlu dulu.."

Para siswa lain sontak langsung heboh dan bergembira, mereka langsung merapikan buku dan alat tulis dan bersiap untuk pulang. Sedangkan Aku biasa saja. Hanya saja Aku masih heran dengan Mia, mungkin saja tebakannya hanya kebetulan saja.

"Eh Rin lu ga mau pulang? Bengong mulu.."

Tanpa sadar sudah banyak siswa lain yang sudah keluar kelas. Mia sudah menggendong tasnya dengan semangat. Sekarang dikelas hanya tersisa Aku, Mia, 2 siswi lain dan Aldo yang sedang mengangkat kursi keatas meja.

"Eh iya.."

Buku sudah daritadi kumasukkan kedalam tas, sekarang hanya tinggal berangkat untuk pulang.

"Mia, sekarang gua mau pulang bareng Aldo. Maaf ya.."

"Hmmm... Yaudah.."

Mia berjalan dengan ceria meninggalkanku yang masih duduk dikursi. Seperti biasa dia selalu bersenandung ketika berjalan.

"Selamat ya A&A!!" Mia berhenti didepan pintu dan meneriaki kami.

"Hah!?" Aku terkejut heran dan Aldopun bahkan sampai dibuat terhenti pekerjaannya.

Sudahlah, Aku juga tidak peduli dengan candaan Mia yang setiap hari memang selalu seperti itu. Saat ini hanya tinggal Aku dan Aldo, para siswi yang tadi hanya menghapus papan dan menyapu lantai sudah mengerjakan piket mereka dan sudah duluan pulang. Aku lalu berjalan mendekati Aldo dan membantunya mengangkat kursi yang tersisa.

"Eh, cewek gausah kerja beginian.."

Aku menghentikan aksiku. Sepertinya dia sudah agak mendingan.

"Lu mau kerumah gua ga nanti?. Gua bisa paksa Leo buat ngejelasin semuanya buat lu. Lu... mau kan..?"

"Be-bener ya.. gua agak takut soalnya" Aldo menaruh kembali kursi yang sudah diangkatnya setengah jalan.

"Badan lu aja yang kayak gini tapi penakut haha!"

"Hei jangan ketawain gua ya. Siapapun juga pasti takut kalo diterkam harimau juga.."

"Haha.. iya-iya.." Aku tertawa kecil sambil menghapus air mataku yang sedikit keluar.

.....

Kami lalu berjalan berdua menuju kerumahku. Terkadang kami bercanda kecil dan tertawa sepanjang jalan dengan Leo sebagai bahan candaan. Walaupun Aldo memang suka sok cool didepan temannya, dia sebenarnya adalah sosok yang penakut dan orang yang tidak suka terlibat masalah tetapi dia bisa cukup menyenangkan bahkan dengan orang yang baru dikenalnya.

"Wanjir!. Rumah lu gede juga ya!"

Tanpa sadar kami sudah sampai di area rumahku. Aldo sampai melihat-lihat sekitar dengan takjubnya.

"Hei! Hei! Udah!. Bikin malu aja lu!" Aku menarik kerah bajunya dengan paksa. Halamanku cukup luas, jadi kami harus berjalan sedikit sampai depan pintu rumah.

Tok tok tok...

Tok tok tok...

Tok tok tok...

"Iyaaa.." terdengar suara pria yang kukenal dari dalam rumah

Cklek!

"Eh!.... hmmmm sekarang udah berani yaaa bawa cowok lain kerumah. Udah nakal nih adek abang sekarang."

"Bang Rino!"

Suasana tegang kembali muncul dan dengan refleks Aldo langsung bersembunyi dibelakangku.