"Ap, Apa?? ada yang salah? ", Aku sangat kebingungan melihat tatapan Ibu dan Leo. Aku berpikir jika satu permintaan mustahil seperti itu akan menyelesaikan masalah dan membuat Ibu percaya kepada Leo. Apa mungkin Aku terlalu berlebihan?.
Suasana hening yang cukup lama.
.....
" Tentu saja nak. Sesuai permintaanmu ", Leo tiba-tiba angkat bicara.
" Hah!?, eh tunggu! "
Cratttt!!
Sebuah suara datang dari jari Leo. Ia menarik kuku jari telunjuknya yang panjang dengan sangat cepat sekali. Darah segar pun menetes ke lantai.
" Ini nak. Apakah anda masih belum puas? "
Leo memberikan kuku telunjuknya yang runcing dan tajam itu kepadaku. Aku hanya bisa menerimanya dengan ekspresi takut. Ibu hanya bisa melongo melihatnya.
" Kau benar-benar melakukannya Leo? "
" Tentu saja nak. Saya adalah orang yang realistis. Saya lebih memilih ini daripada merasakan sakit itu, itu berkali-kali lipat lebih sakit dari ini. Dan juga untuk nyonya disana apakah masih tidak percaya denganku?. Anda masih bisa meminta Arina untuk melakukan permintaan lebih berbahaya lainnya. Saya akan senang hati mengabulkannya sampai hati Arina puas. ", Leo membungkuk dengan hormat.
" Ba-baiklah, saya percaya padamu. Tapi apakah... itu.... tidak apa-apa? ", Ibu menunjuk-nunjuk jari Leo dengan ketakutan.
" Ini tidak seberapa nyonya. Kemampuan regenerasi saya cukup kuat. Dalam 10 menit kuku saya akan tumbuh kembali. "
" Huhhh,,, syukurlah ", Aku dan Ibu serentak mengurut dada.
Aku tersadar kuku telunjuk yang berdarah itu masih ditanganku. Aku lalu meletakkannya dengan perlahan diatas meja belajar.
" Karena Saya melakukan teleportasi sampai 5 kali hari ini, otomatis Saya tidak bisa kembali ke sana saat ini. Jadi, bisakah Anda mengizinkan Saya untuk menginap malam ini?. Saya tidak akan berbuat macam-macam."
" Ohh yaaa,, tidak apa-apa... ", Ibu masih terlihat canggung dan ketakutan.
" Sa-saya juga izin pamit dulu. Rina, jangan lupa makan ya sayang. ", Ibu lalu bergegas berjalan keluar kamarku.
Ibu meninggalkan kami berdua didalam kamar. Seperti telah melepaskan kekangan dari dirinya, Leo duduk dikasurku dan menghembuskan nafas berat.
" Heuhhhhh.... Manusia biasa memang terlalu perhitungan "
" Apakah segitu bencinya kau kepada manusia biasa? "
" Tidak terlalu juga sih. Sejak Ario melepaskan kontrak denganku, Aku sudah sedikit bisa menghormati manusia biasa. Sekarang yang sangat kubenci adalah para penyihir biasa itu. " Leo lalu tiduran dikasurku.
" Maksudmu itu aku hah!? "
" Ooo!!!, bukan kau yang kumaksud nak. Kau akan tau sendiri nantinya "
" Hmph gitu, main rahasia-rahasiaan yaa. " Aku membuang muka dengan cemberut.
Leo berguling-guling diatas kasurku. Sepertinya Aku memang tidak terbiasa melihat pria dewasa melakukan hal itu dikamarku.
" Aku akan turun untuk makan. Sebaiknya kau berubah menjadi wujud aslimu Leo. Ibuku sepertinya masih takut denganmu. "
" Seperti yang kau minta nona Arina "
Leo beserta jubah ungu kehitamannya menyusut menjadi seekor kucing hitam gemuk nan menggemaskan. Kami lalu berjalan menuruni tangga bersama.
.....
" Makan malamku memang masih enak walaupun sudah dingin " gumamku.
Sambil memakan makan malamku, Leo hanya duduk sembari menjilati-jilati tangannya. Ibu yang sedang mencuci piring melihat kami sesekali.
" Hei Leo, Apa yang kaulakukan? "
" Ludahku dapat mempercepat regenerasiku nak. Aku dapat menyembuhkan berbagai macam luka dengan kemampuan ini."
" hmm, hebat juga ", Aku melanjutkan makan.
" Kamu pasti lapar Leo. Ini saya bawakan ikan kesukaanmu ", Ibu yang dari tadi hanya melihat sekarang mendekat.
" Ap-apa?. Aku sudah kenyang. Lagipula aku bisa tidak makan lebih dari 1 tahun. ", Leo memperhatikan ikan itu dengan serius sekali, bulunya bahkan sampai berdiri.
" Hayolah. Makan saja!!. Malu-malu kucing hihi... ", Aku mendorong-dorong tubuhnya.
" Hei hei hentikan ", Leo menahan kakinya untuk maju.
" Jika aku menyuruhmu untuk memakannya, kau akan melakukannya bukan?"
" Te-tentu saja nak. Sesuai permintaanmu "
Leo lalu memakannya dengan lahap. Aku dan ibu tertawa kecil melihat tingkah lakunya.
Aku masih tidak mengerti dengan Leo dan seluk beluk diriku ini. Leo terkadang bersifat sok dekat, tapi dia terkadang bersifat sangat serius seperti bukan dirinya. Aku memang baru mengenalnya 2 hari ini, tetapi bagiku dia tetap misterius. Masih banyak hal yang belum ku ketahui dari dirinya. Aku lalu tertawa kecil secara tidak sadar. Aku ternyata juga sama dengannya. Akhir-akhir ini, Aku menjadi orang yang berbeda sejak kedatangannya. Hidupku menjadi membosankan sejak kepergian ayah. Manusia yang kuperdulikan saat itu hanyalah Ibu dan Mia. Tetapi setelah Leo datang dengan berbagai kejutannya, sedikit demi sedikit raut wajahku kembali seperti 10 tahun lalu.
Aku kembali bisa tersenyum dan tertawa...
.....
Pukul 21:00. Aku tidur-tiduran dan memainkan game di smartphoneku, ditemani Leo yang sepertinya sudah tidur disebelahku. Setelah Leo memperlihatkan tangannya yang sudah sembuh dan menyombongkan kemampuan regenerasinya kepadaku, Ia langsung bergelung dan mendengkur seperti kucing pada umumnya. Sepertinya kemampuan itu membutuhkan banyak energi.
Mataku sudah cukup lelah. Sesekali aku melihat Leo yang tertidur pulas. Dia terlihat sangat lucu sekali dalam bentuk kucingnya itu. Bulunya hitam, halus dan mengkilat, bahkan dapat memantulkan cahaya bulan yang menerobos jendela dibelakang kasurku.
" Leo..., kau masih bangun? "
Matanya langsung terbuka dengan cepat. Aku langsung tersentak.
" Tentu saja nak. Aku akan terus bangun jika kau menginginkannya. "
" Aku tidak memintamu seperti itu heeuuh... ", Aku menjawab dengan malas.
" Apa yang kau inginkan nak? "
" Kenapa kau sampai segitunya mengabulkan permintaanku tadi?. Kau bisa menolaknya bukan? "
" Nak... . Ketika seorang penyihir membuat kontrak darah dengan hewan magis, maka secara tidak langsung hewan tersebut telah menjual jiwa dan raganya pada si penyihir tersebut. Seperti yang kukatakan tadi, Aku akan kesakitan jika menolak permintaan sang penyihir sebanyak 3 kali berturut-turut. Rasa sakitnya seperti saat kau sedang sekarat, tetapi disaat terakhir jiwamu dikembalikan lagi. Bisa kau bayangkan itu Arina? "
" O-o-oh... . Kau pernah merasakannya? "
" Tentu saja pernah. Aku tidak mungkin berbohong padamu "
" Lalu, kenapa kau mau membuat kontrak dengan penyihir jika bisa sampai membuatmu seperti itu? "
" Karena sebelum penyihir menjinakkan kami, Kami memberi sebuah tes kepada mereka "
" Tes? "
" Hadeeeeh. Kau banyak tanya ya Arina. Kau tidak seperti ayahmu. Ayahmu tidak banyak bicara "
" Hah!? apa maksudmu!?. Ka-kau barusan menolak pertanyaan ku loh!!. ", Aku langsung berdiri.
" Bukan seperti itu mekanismenya nak. Jika aku mengalihkan pembicaraan seperti tadi lalu kau mempermasalahkan apa yang kukatakan tadi itu, berarti belum dianggap aku menolaknya "
" La-lalu yang bener yang gimana!!. Hmph! "
" Hahaha!!. Ekspresi muka merahmu lucu sekali hahaha!!"
Aku langsung berlarian menuju ke depan meja riasku. Wajahku memang memerah rupanya. Aku lalu kembali menghempaskan tubuhku ke atas kasur. Aku sudah capek meladeninya.
" Bukannya aku tidak mau memberitahumu nak. Tetapi sesuatu akan indah pada waktunya. Kau pasti akan mengetahuinya sendiri nanti. Tidak asyik kalau aku beritahu semuanya sekarang. Ya kan! hehe.. "
Aku meredam kepalaku dengan bantal. Mataku sudah cukup mengantuk. Besok adalah hari baru dan petualangan baru. Aku akan menahannya untuk saat ini.
" Diam dan tidurlah Leo! "
" Ba-baiklah ", Leo gugup dan langsung terdiam.
Sungguh sunyi sekali. Sepertinya kalimat perintah seperti tadi diturutinya. Saatnya menyimpan energi untuk hari esok!!.