Selasa, pukul 19:00. Aku masih asyik berguling guling dikasur sambil melihat postingan terbaru di sosial mediaku. Bagiku bersosial di dunia maya lebih mengasyikkan daripada bertemu dengan orang lain secara langsung. Jikalaupun mereka membenci kita, mereka tidak bisa melihat maupun menemui kita. Sosial media seperti ajang untukku memperlihatkan sisi lain dari kepribadianku.
" Sayaaaaang.... Makan malam dulu!!! "
Terdengar suara sayup dari lantai bawah. Sepertinya itu ibuku.
" Iyaaaaaaaa!! " Aku mengeraskan suara agar terdengar sampai kebawah.
Aku beranjak bangkit dari kasur. Meninggalkan smartphone yang sudah sekarat karena dimainkan secara terus menerus. Aku lalu berjalan meniti lantai yang penuh lautan buku dan lalu berhadapan dengan cermin rias didepanku.
" Kau memang terlihat membosankan Rin! " gumamku. Aku melihat wajah yang terpapar dicermin itu. Seorang cewek yang dulunya adalah seorang periang sebelum kepergian ayahnya.
.....
" Bu... "
" Apa nak..? " Ibu menyanduk nasi dan beberapa lauk di meja makan.
" Tidak jadi.... "
Aku lupa dengan apa yang ingin kutanyakan.
" Besok katanya abangmu mau pulang "
" Bang Rino? "
" Ya siapa lagi sayang, kan anak Ibu cuma dua.. "
" Oh "
Ibu kembali mengingatkanku pada si abang yang menyebalkan itu. Dia adalah Arino Darkblood, saudara laki-lakiku yang sangat menyebalkan. Saat ini dia sedang berkuliah di universitas negeri ternama di Indonesia. Walaupun nama kami mirip, dia bukanlah kembaranku. Kami terpaut jarak umur 5 tahun. Sepertinya orang tua kami malas mencari nama untukku.
" Kamu jangan begitu sama abang sendiri. Nanti dia juga lho yang bantu kamu kalo udah gede.. " Ibu kembali berceloteh tentang ketidakakuran kami.
" Dia mesum bu!!! "
" Dia kan cuma bercanda, hahaha.... "
Aku tiba-tiba teringat sesuatu karena hal ini.
" Bu!. Abang tau soal ini gak? "
" Tentang apa sayang? "
" Tentang... , Ayah dan aku adalah penyihir "
" Mmmm, kayaknya ngga deh. Ibu belum cerita dan dia ngga pernah nanya. "
" Justru itu yang mencurigakan bu!! "
Aku langsung bergegas kelantai atas.
" Sayang!??, kamu ngga makan dulu!?? " Suara ibu mulai terdengar sayup.
" Nanti !!!! " Aku lalu melanjutkan meniti tangga keatas dengan cekatan.
Aku langsung bergegas menuju kamarku. Lantai penuh buku sekarang tidak kupedulikan. Aku langsung melompat keatas kasur dan mengambil smartphoneku yang masih tertusuk kabel charger-an. Dengan cepat, aku mengetik nama orang itu.
Tuuut... Tuuut... Tuuut...
" Ayoooo angkatt!!. " gumamku.
" Halooooo adekku sayaaaaaang. Tumben nelfon. Kangen yaaaaaa. Abang pulangnya besok kok. Ga sabaran amat hihi. "
" Apaan sih " , Aku menjawab cuek.
" Jangan gitu ah... " , Dia berbicara dengan suara menggoda.
" Udah ah!!!. Aku mau tanya, abang tau sesuatu soal kepergian ayah ga? "
" Ayah kerja keluar negri kan?, kan kamu udah tau. Aneh deh tiba-tiba nanya gitu. "
Aku lega karena dia tidak tau apa-apa. Aku lalu melepas smartphone dari telinga, dan langsung menggeser tombol menutup panggilan.
" Huh.... "
Mataku sedikit ngantuk karena tiduran dikasur ini . Aku bahkan belum makan. Mataku lalu tersayup-sayup ingin meminta tidur.
.....
Tzzzzzzzzt!!!! Bruuukkkkkkkk!!!!
" Aduh!! "
" Aaakkkhhh "
Sebuah benda hitam berbulu keluar dari cahaya kilat seperti portal. Benda itu tiba-tiba jatuh kewajahku.
" Aduhhh sakit sekali... " Benda hitam itu berbicara.
" Itu kata-kataku bodoh!! " Aku mengusap-usap wajahku yang sepertinya merah.
" Hai nak!. Aku sedikit mencemaskanmu jadi aku kesini dengan teleportasi kurang sempurna karena manaku belum cukup. "
" Kamu siapa? "
" Kau tidak mengenaliku!?. Padahal tadi baru bertemu tadi sore. Sungguh kejam sekali. "
" Oh. Leo ya... "
" Bagaimana dengan ibumu nak?. Apakah dia mengizinkannya?. ", Leo tiba-tiba berubah menjadi wujud manusianya dan mendekatiku.
" Boleh.... "
" Benarkah!!. Syukurlahhhh.... " , Leo mengelus dadanya, dia tampaknya senang sekali.
.....
Duk duk duk duk duk
Sebuah suara dari bawah memecah suasana ini. Seperti ada yang berlarian di tangga.
" Ayo cepat sembunyi!! ", Aku mulai menarik kepalanya untuk memasukkannya ke kolong kasurku.
" Hei, hei lepaskan nak!. Aku akan menghadapinya sendiri. Karena aku yang akan mengawasimu disana, jadi aku juga harus meminta izinnya. Walaupun aku tidak menyukainya. "
Aku melepaskan tarikanku. Dia lalu mengelus kepalanya yang terlihat sakit.
" I, Ibu..!? "
Ibu telah sampai di pintu kamarku. Ia memperlihatkan wajah terkejutnya. Lagipula orang tua mana juga yang tidak akan terkejut melihat anak perempuannya dengan seorang pria dewasa didalam kamar dimalam hari.
" Itu Leo, bukan....? "
" Iya bu..., ini Leo... ", Aku menunjuk leo sambil memperkenalkannya.
" Uhmm, uhmmm. Maaf nyonya Darkblood, izinkan saya memperkenalkan diri kembali. Saya Catleora, pengawal pribadi nona Arina dan pendahulunya. Saya... yang akan mengawasi anak anda selama perjalanan. Apakah.... anda berkenan... memberikan izin... kepada saya?. " Leo langsung memotong perkataanku. Dia bertekuk lutut memberi hormat didepan ibuku. Dia berbicara seperti menahan kehendaknya untuk melakukan sesuatu.
" Eh!?,, iya..., Saya tau kalau anak saya bakal sama kamu dan saya juga sudah mengizinkan Arina untuk pergi jadi tidak usah terlalu kaku begitu.... ". Wajah ibu memerah. Mungkin baru kali ini Leo berbicara seperti itu padanya.
" Terimakasih ". Leo menutup pembicaraan dengan cepat.
" Bo,bolehkah ibu duduk disini?? " Ibu sepertinya takut dengannya. Aku lalu memandang Leo, dia menatapku lalu memalingkan wajahnya dengan acuh. Aku lalu memberi kode "boleh" kepada ibu.
" Ba,baiklah nak. Karena sekalian ibumu ada disini, Aku akan menjelaskan perjalanan kita nanti disana. "
" Baiklah ", Ibu dan aku lalu intens memperhatikannya.
" Oke. Jadi saat pergi nanti, yaitu besok setelah kau pulang sekolah. Kita akan bertualang mencari informasi tentang keberadaan ayahmu. Kau boleh pulang untuk makan, tidur, atau sekolah disini, lalu kembali lagi kesana. Itu terserahmu. "
" Hah!?. Jadi aku bisa kesana dan kembali lagi segera?. Aku kira aku bakal berhari-hari disana, tidak sekolah dan tidak pulang-pulang ", Aku lalu melihat ibu, sepertinya dia lega mendengarnya.
" Tapi!!. Jika kita terkena masalah seperti bertarung atau masalah lain. Mungkin kamu tidak bisa pulang sebelum menyelesaikannya"
" Ap..., Apa?? ", Ibu angkat bicara.
" Ini perjalanan yang tidak mudah nyonya. Hal itu pasti akan terjadi. Aku akan berusaha seminimal mungkin untuk menghindari Arina dari masalah. Aku sudah baik hati membiarkan Arina pulang balik sesuka hatinya, karena dia masih memiliki keterikatan didunia ini dan juga dia mampu melakukannya. Apakah anda masih mengizinkan kami? "
" Ayolah buu... Kumohon.. . Sekali-kali juga aku ingin berlama-lama disana seperti di buku novel ", Aku mendekati ibu seraya meyakinkannya. Ibu menatapku cukup lama.
" Ada yang ingin kupastikan darimu Leo. Aku percaya kau akan melindungi Arina tapi apa jaminannya? "
" Mungkin kau sudah tau nyonya. Bahwa aku adalah pelayan sekaligus pengawal pribadi keluarga penyihir Darkblood. Aku tidak bisa menolak apapun permintaan nona Arina. Jika aku menolaknya, dadaku akan terasa sakit. Aku akan mati jika menolak permintaanya tiga kali berturut-turut. Itulah janji yang kubuat dengan kakek buyutnya generasi ke-70 "
" Bisakah kau membuktikannya? "
Suasana hening seketika. Mata Ibu dan Leo saling menatap satu sama lain dengan sangat serius.
" Tentu saja bisa nyonya. Silahkan tanya atau minta apapun dariku, nona Arina. ", Leo menjawab santai.
" Ehhh. Aduhhh. Gimana yaa... Aku bingung... ", Aku kembali menatap wajah ibu. Wajahnya serius sekali sampai membuatku ketakutan. Mungkin satu pertanyaan mustahil tidak apa-apa kali ya.
" Bisakah... kau memberikanku kuku jarimu Leo? "
Suasana menjadi hening dan tegang seketika. Ibu dan Leo kembali melihatku dengan sangat sangat serius.