" Huaaahh!! "
" Hahh, haah, haaaaah.... "
Aku terbangun.
Jam digitalku menunjukkan pukul 15:27.
" Rin, kamu tidur 3 jam dan bermimpi aneh oke! ", aku meyakinkan diriku.
Seperti yang kusugestikan sebelum tidur, ternyata benar sudah tidak pusing lagi. Aku mulai beranjak dari kasur dan merapikan rambutku.
" Kau terlihat membosankan seperti biasanya Rin " , aku berbicara sendiri seperti biasa.
" Haduh perutku lapar, saatnya turun untuk makan "
Aku meniti tangga turun menuju ruang tamu. Sepertinya memang tidak ada masalah. Hanya saja mimpi tadi masih terngiang-ngiang dikepalaku karena begitu nyata.
" Baru bangun ya?, capek banget keliatannya abis sekolah ", ibuku sudah duduk diruang tamu seperti memang menungguku dari tadi
" Iya capek, pelajaran fisika membuatku pusing "
" Yasudah makan dulu sana, udah keburu dingin tuh "
" Gapapa "
Aku melihat isi tudung saji, seperti biasa makan siang favoritku tetap enak dalam keadaan dingin.
" Kamu udah dapet temen baru belum disekolah??, jangan jawab Mia ya. " Ibuku mulai menanyakan pertanyaan mainstream.
" Yaa, adanya sih orang menjengkelkan "
" Kok gitu? ", Ibuku heran
" Yaa gitu aja, biasa "
Jika aku sudah berkata seperti itu, ibuku biasanya mengentikan pembicaraan ini. Walaupun aku seorang introvert, aku cukup terbuka dengan masalahku terhadap ibuku sendiri, walaupun tidak semuanya juga.
" Oh iya sayang, nanti jam 5 ibu ada arisan mingguan , jaga rumah ya "
" Iya " , aku menjawab simple.
Setelah ibuku berangkat, aku kembali ke kamar atas untuk membaca novel dan komik fantasi kesukaan ku seperti biasa. Hal ini sering kulakukan ketika sendirian dirumah.
Aku melihat sebuah buku yang janggal diantara lemariku dan tertarik untuk membacanya.
" Sepertinya buku ini yang kemarin mau dibuang ibu.. "
Buku dengan sampul kulit nan kusam itu memang seakan mengundangmu untuk membuangnya. Sepertinya aku terlalu sentimentil terhadap buku-buku yang sudah menumpuk dikamarku ini.
Setelah kubalik beberapa halaman, memang mengejutkan sekali isinya hanya kertas kosong yang sudah digigit rayap dan beberapa sobekan.
" Sepertinya ini bekas diary... "
Setelah meletakkan kembali buku itu, Aku jadi tidak niat membaca lagi. Tiduran sambil bermain handphone sepertinya menyenangkan.
Beranjak dari kursi belajarku, Aku melihat seekor kucing hitam gemuk dan berbulu tebal diatas kasurku.
" Ini kucing siapa sih, masuk dari mana? "
" Btw, lucu juga " , aku mengelus kucing itu.
" Hai nak ! " Kucing itu melontarkan kalimat yang tidak pernah diucapkan kucing diseluruh dunia sekalipun
" Haaaah!?! "
" Haah, " seakan tidak percaya, aku mulai menyembunyikan diri dibalik selimut.
" Ooh ini masih mimpi ! " Aku meyakinkan diri.
" Hei hei nak!, apakah penampilanku menakutkan?? , sepertinya Aku tidak menunjukkan wujud seperti ini kepadamu " ucap kucing itu
Sesuatu benda seperti bertambah berat dari kasurku, kucing tersebut ternyata berubah menjadi manusia!.
Aku mengintip dibalik celah selimutku. Terlihat seorang pria tinggi dengan jubah ungu kehitaman sedang duduk dihadapanku sambil tersenyum. Tidak kusangka giginya taring semua.
" Hei nak, sekarang kau tidak terkejut kan haha! "
" S ss siapa kau!!?! " Aku bertanya sambil meremas selimutku
" Kau tidak mengenalku?, kurasa kita pernah bertemu 12 tahun yang lalu. Kau tidak mungkin melupakanku "
" Aa aa aku tidak ingat apapun.. "
Karena mulai terbiasa, aku mulai mengambil jarak untuk menjauh darinya.
" Ayahmu tidak pernah berkata apapun tentangku? " Dia bertanya heran
Aku ikut terheran.
" Apa katamu, ayahku saja tidak pernah menemui kami selama 10 tahun ini , dia pergi dari rumah begitu saja . Cepat pergi dari sini jika kau ingin mencari ayahku!! "
Aku ingin sekali mengusirnya saat ini
" Yaaaa, aku memang mau mencari ayahmu tapi tujuan ku sekarang ya hanya menemui mu " Dia berkata sambil menggaruk kepalanya. " Jika kau memang tidak tau apa-apa berarti sangat sulit sekali menjelaskannya dari awal. Mungkin aku akan menjelaskannya disana saja. Disini tidak aman ".
" Disana?, disana dimana maksudmu? " Aku terheran-heran dan takut melihatnya mulai bersiap-siap.
Pria itu tiba-tiba menutup mataku. Tidak beberapa lama sesudah itu, selimut yang kuremas, kasur dan semuanya berubah menjadi padang rumput yang luas. Rupanya yang kualami tadi bukanlah mimpi. Sepertinya aku memang berpindah kesini.
" Nah, sekarang Aku bisa menjelaskannya kepadamu oke! " Pria kucing mengelus kepalaku.
" Iya " Aku menjawab simple dengan tatapan sinis.
" Lebih baik aku mulai dengan memperkenalkan diri dulu mungkin yaa,, " Dia menggaruk dahinya yan tidak terlihat gatal itu.
" Aku tidak peduli kau mulai dari mana yang jelas setelah itu kembalikan aku kekamarku! "
" Iya, iya tenang saja.. "
" Okee, perkenalkan namaku adalah Catleora, panggil saja Leo karena lebih keren. Aku adalah familiar mu penyihir kecil. "
" Familiar??, Penyihir??, maksudmu apa?. Jangan jelaskan tanggung-tanggung. " Aku menjawab kebingungan.
" Walah walah nak, bahkan ayahmu tak memberitahukan ini? " Dia lagi lagi membahas orang itu. " Kau itu seorang penyihir nak, kau adalah pewaris sah kekuatan kegelapan dari ayahmu, sedangkan aku adalah familiarmu. Seekor hewan magis yang memiliki kontrak darah dengan nenek-nenek moyangmu nak, bisa dibilang aku adalah pelayan setiamu sampai mati. "
Seakan tidak percaya dengan semua omong kosong ini. Arina meraih jubah pria kucing itu dan meremasnya.
" Tolong hentikan semua omong kosong ini, cepat kembalikan aku ke kamarku! "
Arina meremas pundak pria itu dan meneteskan air mata.
" Baiklah nak, Aku tidak akan memaksamu menerima semua ini. Datanglah ketika kau siap! ". Pria kucing mengangkat tangannya.
Dunia seakan berputar, aku seperti berada di sebuah lorong dimensi nan kelam dan seketika aku sampai dikamarku.
" Untunglah ... " gumamku.
" Sebaiknya aku tidur saja dan lupakan semua "
.....
" HEEiiiii, sayang bangun!! sudah jam berapa ini. Kamu ga mau sekolah? " suara ini sangat kukenal sekali, sepertinya ada sesuatu yang dingin dimukaku.
Dengan kepala sedikit pusing aku terbangun. Aku tidak menyangka tidur selama itu.
" HAAAHHH!!?, jam 6:50? "
Jam digital yang masih tertempel ditanganku itu sepertinya tidak berbohong. Dengan gesit dan cepat, Aku mandi, makan dan berlari ke sekolah.
" Huft!!, ngga telat!! ", dengan nafas yang terengah-engah aku akhirnya sampai di ruang kelas. 2 menit lagi sebelum kelas dimulai.
" Tumben telat, hihi " Mia yang sudah duduk disampingku mulai menggodaku.
" Ini belum dihitung telat yaa! ", aku menjawab dengan cuek.
2 menit kemudian, guru telah masuk ke kelas kami.
Setelah kuperhatikan, sekolah ini sangat menjunjung tinggi kedisiplinan. Semua pelajaran maupun kegiatan sekolah sudah dimulai jam 7:30. Tentu saja sebuah keterlambatan merupakan aib yang luar biasa bagi siswa biasa saja sepertiku ini.
Belum berkata sepatah katapun, para anak-anak langsung bergegas diam dan duduk manis . Mereka seperti sudah mengenal guru ini.
" Sepertinya kalian sudah mengenal saya ya!? " Guru itu mulai berbicara. " Saya Mario, guru matematika kalian, seperti yang kalian lihat, saya tidak mentolerir adanya keributan di kelas ini. "
Pria tinggi nan kekar ini memperkenalkan dirinya. Dia lebih terlihat seperti tentara dibandingkan guru. Tanpa berpikir panjang, Aku sudah mengetahui kalau guru ini adalah guru yang killer.
Suasana sunyi dan tenang saat ini hanya diwarnai dengan suara pak guru itu menerangkan pelajaran di depan kelas. Para siswa mencatat dan memperhatikan dengan tekun.
" Apa maksudnya aku adalah seorang penyihir?, dan kekuatan yang diwariskan dari ayahku?, huh! " , Aku masih teringat-ingat dengan perkataan pria kucing itu. Suasana yang terlalu tenang juga tidak dapat membuatku fokus belajar. Sambil melihat-lihat keluar jendela aku masih memikirkan hal tersebut.
" Hei!!, kamu yang duduk disana!, jika memang ingin keluar bilang saja!! ",
Sebuah suara yang cukup keras membuyarkan lamunanku.
" HaH? , hah?, " Aku terkejut sambil menunjuk diriku bahwa akulah yang dimaksud
" Iya kamu, coba kamu jawab soal didepan. jika tidak bisa jawab kamu keluar saja. Belajar saja diluar "
Seperti sebuah palu yang menghantam kepalaku. Aku bahkan tidak dapat menjawabnya. Aku akhirnya jujur dan memilih untuk tidak mengikuti jam pelajaran ini.
" Huh, sial!, Haruskah reputasiku buruk di hari kedua sekolah! " Sambil menendang batu yang ada dikoridor sekolah, Aku duduk didepan kursi yang ada didepan kelas.
Koridor sekolah yang sepi. Semua murid masih mengikuti pelajaran. Kecuali aku yang duduk tidak melakukan apapun disini.
" Jika aku memang seorang penyihir, seharusnya aku memiliki kekuatan dong! " gumamku.
Aku mulai mengonsentrasikan diri dan memusatkan fikiranku. Seperti yang kulihat dibuku-buku novel fantasiku, sang karakter utama berkonsentrasi untuk mengeluarkan kekuatannya. Sambil menutup mata dan berharap sebuah keajaiban terjadi.
Dengan perlahan aku membuka mataku, sebuah kelas, guru matematika, dan siswa-siswa yang memperhatikan pelajaran mulai terlihat didepan mataku.
" Hah?, bukannya aku sudah diluar? " pikirku.
Aku mulai melihat sekitarku, tangan, posisi duduk dan lebih penting lagi tubuhku. Dan aku menyadari bahwa ini bukanlah tubuhku.
" Pak!, bolehkan saya meminta izin untuk ke toilet sebentar?? " , Aku memberanikan diri berjalan ke depan.
" Ya Mia, silahkan. Saya beri kamu waktu 10 menit , lebih dari itu kamu diluar "
Tanpa mengindahkan, aku langsung keluar dan melihat kursi didepan kelasku. Seorang cewek berumur 16 tahun duduk manis disana dengan mata tertutup.
" Oh tidak, I , Ini Aku!?! "
Sepertinya aku telah berpindah tubuh dengan Mia.