Ah Shen ikut turun dari mobil dan bergegas menghampiri pria yang baru saja dia tabrak secara tidak sengaja. Wajahnya memucat saat melihat genangan darah di jalan. "Apa dia mati?"
Feng Cang mengerutkan kening saat merasa bahwa pria di hadapannya terlihat tidak asing. Dia berjongkok dan membalikkan tubuh pria itu dengan hati-hati.
Ah Shen: "..."
Feng Cang: "..."
Mereka berdua menatap wajah yang familiar bagi mereka. Hmm, mereka seharusnya sudah mengenalinya dari rambut merah darah pria itu.
Feng Cang menepuk wajah pria yang sebagian sudah dinodai darah. "Hei, Senior Kedua, berhenti bermain mati," ucapnya dingin. "Ini aku."
Pria yang terbarik di jalan tidak lain merupakan Senior Keduanya, Feng Xiu.
"Feng... Feng Cang, aku rasa kita harus membawanya ke rumah sakit," ucap Ah Shen panik.
Feng Cang mendengus. "Tidak perlu."
Feng Xiu segera membuka matanya saat mendengar suara Feng Cang yang sudah dia kenal. "Little Junior?"
Ah Shen melihat Feng Xiu yang membuka matanya dan berkedip. "Dia tidak mati?"
Feng Cang menatap Feng Xiu yang duduk bersila di hadapannya. Mati? Bahkan jika Feng Xiu jatuh ke jurang, Feng Cang yakin pria itu tidak akan mati. Dia bahkan pernah bertanya-tanya apakah seniornya ini memiliki hubungan darah dengan kecoak karena mereka sama-sama sulit untuk dibunuh.
"Jadi, kamu yang menabrakku?" tanya Feng Xiu pada Ah Shen.
Ah Shen mengangguk gugup.
Feng Xiu mengalihkan tatapannya ke Feng Cang yang ada di samping Ah Shen dan menghela napas panjang. "Sayang sekali, padahal aku baru saja akan berpura-pura sekarat untuk mendapatkan uang ganti rugi."
Feng Cang dan Ah Shen menatap Feng Xiu dengan tatapan aneh.
"Senior, apa kamu kekurangan uang?" tanya Feng Cang kemudian.
Feng Xiu mengangguk dengan sedih.
Feng Cang mengerutkan kening. "Bukankah kamu memiliki simpanan uang melebihi milikku? Kemana perginya mereka semua?"
Feng Xiu merengut. "Apa kamu tahu tentang Lu Ming?"
Feng Cang menggeleng.
"Uh, aku rasa aku tahu. Bukankah dia anak walikota?" ucap Ah Shen.
Feng Xiu mengangguk lalu mulai menceritakan insiden yan dia alami tadi malam.
Feng Cang merasa seakan sedang mendengarkan lelucon setelah Feng Xiu selesai bercerita. "Jadi, intinya, kamu bertaruh dengan mereka untuk pertandingan tadi malam dan kalah?"
Feng Xiu mengangguk.
"Dan kamu kehilangan semua uang yang kamu bawa?"
Feng Xiu mengangguk sekali lagi.
Feng Cang menatap Feng Xiu dengan tatapan meremehkan. "Sampah."
Feng Xiu cemberut. "Ini pengecualian, oke?! Aku biasanya selalu menang jika kamu..."
Feng Cang mundur. "Apa? Kenapa kamu menatapku dengan tatapan semacam itu?"
Feng Xiu tersenyum centil tapi itu membuatnya terlihat semakin mengerikan mengingat wajahnya masih ternoda darah. "Aku tahu kamu menyayangiku," ucapnya. "Sebagai junior yang baik, bukankah kamu harus membalas dendam seniormu?"
"Senior Kedua, apa yang kamu ingin aku lakukan?" tanya Feng Cang dengan waspada.
"Ikut aku 'bermain' nanti malam," ucap Feng Xiu. "Kamu harus menunjukkan pada bajingan itu apa arti kecepatan yang sesungguhnya!"
"Tidak," sahut Feng Cang cepat.
Senyuman Feng Xiu langsung luntur saat mendengar jawaban Feng Cang. "Kenapa?"
"Aku malas."
"Apa kamu pikir aku akan melepaskanmu hanya karena alasan semacam itu?" Feng Xiu melotot.
"Carilah orang lain! Aku sibuk," ucap Feng Cang lalu berdiri.
Feng Xiu segera menghalangi langkah Feng Cang. "Kalau kamu bergerak satu langkah saja, aku akan berteriak," ancamnya.
Feng Cang menatap sekelilingnya dan baru menyadari bahwa sudah banyak orang yang berkumpul mengerumuni mreka. Dia berbalik menatap Feng Xiu. "Apa kamu pikir aku merasa terancam?"