"Apa itu benar?" Wu Deming menatap adiknya yang sejak tadi tidak kunjung mengalihkan tatapannya dari Feng Cang.
Wu Xi mengangguk. "Aku bisa memastikannya."
Wu Deming menatap Feng Xiu yang tersenyum pada gadis di sampingnya. "Dia benar-benar berhubungan dengan organisasi itu?"
Mata Wu Xi menggelap. "Aku rasa kita harus menggunakan rencana awal?"
Wu Deming melirik Wu Xi dan mengangguk pelan. "Ya, itu lebih aman."
Wu Xi menyesap anggurnya, masih tak kunjung mengalihkan tatapannya dari Feng Cang.
Wu Deming tersenyum saat melihat ini. "Apa kamu terkejut dengan fakta ini?"
"Tidak," jawab Wu Xi cepat. "Aku sudah memperkirakannya."
***
Ah Shen menatap Wang Wei dengan tatapan tak yakin. "Kenapa kamu mengatakan hal semacam itu padaku?" tanyanya.
Wang Wei mengangkat bahu. "Karena sayangku selalu bersamamu," ucapnya. "Aku tidak bisa melakukan hal yang sama denganmu."
Ah Shen masih terlihat tak yakin.
"Bukankah kamu juga ingin dia tetap aman?" tanya Wang Wei.
Ah Shen mengangguk.
"Sayangku adalah sebuah kekacauan murni," bisik Wang Wei. "Kamu akan mengalami serangan jantung kalau membiarkannya melakukan apapun yang dia mau."
"Ciao." Wang Wei menepuk bahu Ah Shen lalu berbalik pergi, meninggalkan Ah Shen yang masih diliputi kebingungan.
[Ciao = Halo (Bahasa Italia)]
Ah Shen menatap Wang Wei yang melambaikan tangan padanya sebelum memasuki mobil. Dia terdiam di tempatnya sebelum berbalik ke arah yang berlawanan.
Selepas acara, Ah Shen menghampiri Feng Cang dan Feng Xiu yang masih bersembunyi di sudut ruangan. "Apa yang kalian lakukan di sini? Apa kalian berdua tidak tahu betapa khawatirnya aku?"
Feng Cang dan Feng Xiu menggeleng secara bersamaan.
"..."
"Kakak ipar, kenapa kamu begitu khawatir? Little Junior bukan gadis biasa. Dia cerdas, mudah bergaul, cantik, dan yang paling penting dia bisa mengalahkan orang yang mengganggunya hanya dengan sekali tendangan." Feng Xiu mencoba menenangkan Ah Shen.
"Jangan lupakan fakta bahwa dia buta arah," tambah Ah Shen.
"..." Oh, aku lupa.
Ah Shen mendesah. "Ayo, pulang!"
"Tunggu!" sahut Feng Xiu. Dia beralih menatap Feng Cang. "Bukankah kamu sudah tidak memiliki kegiatan lagi? Bersiaplah! Aku akan membawamu pergi bermain."
Kedua alis Ah Shen saling bertemu. "Kemana kalian akan pergi?"
"Bermain! Apa kamu mau ikut?" ucap Feng Xiu menawarkan.
Ah Shen menatap Feng Xiu dan Feng Cang. "Apa yang kalian mainkan?"
Feng Xiu melirik Feng Cang yang terlihat enggan menanggapi dan senyumnya melebar.
Malam hari, di perbatasan Distrik A yang seharusnya sepi, sekelompok anak muda mulai berdatangan dengan membawa berbagai macam mobil mulai dari mobil sport edisi terbatas hingga mobil yang sudah di modifikasi.
Setengah jam kemudian, Feng Xiu datang ditemani dengan Feng Cang dan Ah Shen.
Feng Cang melepaskan kacamata hitam yang dia kenakan lalu menatap lingkungan sekelilingnya yang ramai dengan penuh kerinduan.
"Bagaimana perasaanmu? Menyenangkan, bukan?" tanya Feng Xiu dengan seringai yang menghiasi wajahnya.
Feng Cang menghirup napasnya dalam-dalam. "Hmm. Aku sudah tidak sabar untuk menginjak pedal gas."
Ah Shen gugup saat menatap orang-orang di sekelilingnya yang terlihat begitu liar dan tak terkendali. Dia hanya bertanya apa yang mereka maksud dengan bermain dan mereka langsung membawanya ke sini tanpa menjelaskan apapun. Kalau dia tahu arti 'bermain' adalah balap mobil, dia tidak akan ragu untuk menolak dengan tegas!