Chereads / Laluna / Chapter 51 - Pulang

Chapter 51 - Pulang

"Hentikan!!!!"

suara tersebut telah mengalihkan konsentrasi para prajurit dan semua orang mencari siapa yang berbicara..

semua orang saling bertatapan satu sama lain dengan perasaan kebingungan karena tak melihat siapapun..

'ktak..ktak.ktak..'

suara kuda berlari mendekat, tampak dari kejauhan seseorang sedang menunggangi nya.

seorang perempuan, dia adalah Vivian Marquez beserta kesatria putih yang mengikuti dari belakang.

ia berhenti dan turun dari kudanya kemudian berjalan menuju pamannya yakni Vincent Marquez.

Vivian berbisik di telinga pamannya, dan pamannya merespon dengan sedikit membelalakkan matanya seolah terkejut mendengar bisikan Vivian.

setelah selesai Vincent mempersilahkan Vivian untuk maju mendekati Noah, tak begitu jauh dari tempatnya Vivian juga melihat Eden yang terus melangkah mendekati Noah.

keduanya sama-sama maju dan sampailah di hadapan Noah.

Vivian berdiri tegap menatap ke arah Eden dan menganggukkan kepalanya seolah memberi tanda.

Eden semakin maju dan meraih wajah Noah, ia memegang pipi Noah dengan kedua tangannya untuk mengarahkan pandangan Noah padanya lalu berkata,

"kau tidak perlu menjadi seperti ini hanya karena wanita seperti ku"

ucap Eden sambil menatap Noah dengan tulus

Noah diam, ia tak bisa menjawab, raut wajahnya tampak layu seolah ia begitu sedih dan menderita.

"aku tidak ingin kau salah paham, sebenarnya aku masih belum mengingat siapa dirimu yang sebenarnya, tapi aku yakin kau, maksudku anda yang mulia Noah Anthony Winston raja dari Assiria merupakan seseorang yang berpendirian kuat dan tangguh, jadi mari kita mulai lagi sebagai teman"

imbuh Eden sambil tersenyum menatap Noah.

Noah tiba-tiba menitihkan air mata, ia mengangguk setuju dengan tawaran Eden.

Eden melihat Noah yang hatinya sudah luluh pun memeluknya sebagai ucapan terimakasih dan sebagai pengganti karena selama ini Eden tak pernah membalas pelukan Noah.

Noah mulai mengusap air matanya, Vivian mendekati keduanya,

"sudah saatnya kau pergi"

ucap Vivian pada Eden

Eden kemudian mendekat dan memeluk Vivian,

"terimakasih, ku harap kita bisa berjumpa lagi"

ucap Eden pada Vivian

"emmm..mmm" gumam Vivian seolah setuju dengan tawaran Eden

sebelum mereka pergi, Louise sempat berbicara pada Vincent karena disana dialah yang terlihat di rugikan.

Louise memberi penawaran untuk mengganti kekacauan dengan tanah sengketa yaitu hutan Utopia.

hutan Utopia memang sudah diperebutkan oleh dua kerajaan sejak lama, dan Vincent tak dapat menolak tawaran Louise karena hutan Utopia begitu diinginkan oleh Assiria.

hari itu menandakan berakhirnya pencarian terhadap Eden, ia kini telah ditemukan dengan selamat meskipun ingatannya hilang namun Louise percaya bahwa dengan kembali nya Eden ke the Great Aztec akan mempermudah ia untuk mengingat masa lalu termasuk kejadian di hutan secret dan siapa pelaku yang telah mencelakai Eden.

Eden membalikkan badan, ia berjalan mendekat pada Lucas, kondisi lumayan parah.

Eden begitu sedih, ia merasa tersiksa melihat luka di sekujur tubuh Lucas.

"berjanjilah pada ku"

ucap Eden membuat bingung orang-orang disekitarnya

"berjanji apa maksud mu?"

tanya Lucas menjawab Eden sambil menggaruk kepalanya

"aku bilang berjanjilah sebagai blood Hunter, kalian bertiga maksud ku"

jawab Eden menegaskan perkataannya

Lucas sedikit memalingkan wajahnya dan melirik ke arah Marco juga Justin, keduanya menganggukkan kepala pada Lucas, sembari menghela nafas Lucas kemudian menjawab

"ya baiklah aku mewakili Marco dan Justin mengangkat tangan ku dan berjanji sebagai blood Hunter"

ucap Lucas sambil mengangkat tangan kanannya yang membuat Eden tersenyum

"baiklah karena kau sudah berjanji maka kalian harus ikut dengan ku ke The Great Aztec"

ucap Eden yang membuat Lucas, Marco dan Justin terkejut.

Marco berusaha menolak

"ta tapi..."

namun Eden memotong ucapan Marco

"kalian sudah berjanji, janji seorang blood Hunter harus di tepati!"

tegas Eden yang membuat ketiganya terdiam.

Eden menganggap ketiganya setuju kemudian mendekati Louise dan Arthur.

ia meminta izin pada keduanya agar bisa membawa Lucas, Marco dan Justin ke istana.

"tidak masalah asalkan kau mau pulang ke The Great Aztec"

ucap Arthur pada Eden, sedangkan Louise hanya menganggukkan kepalanya seolah setuju.

Louise mengajak Eden untuk menaiki menaiki kerberos bersamanya, ia melambaikan tangan pada Noah dan Vivian sambil tersenyum kemudian pergi.

semua rombongan melakukan perjalanan pulang ke the great Aztec kurang lebih membutuhkan waktu hingga 3 hari.

* * *

tiga hari berlalu, Hansel dan Jose sudah gelisah menunggu kedatangan raja Louise beserta rombongan.

bahkan saking gelisahnya mereka sampai menunggu di menara pengawas gerbang utama kerajaan, terkadang keduanya mondar mandir kemudian meneropong dan duduk namun tetap tak bisa tenang.

dari kejauhan terlihat rombongan prajurit, derap langkah kaki kuda berjalan serentak melewati jalan di kota.

warga yang melihat sedikit takjub dengan rombongan tersebut, tak jarang mereka bertanya darimana rombongan tersebut.

Kate, Diana dan Laura merasa tak nyaman dengan kerumunan orang yang melihat kearah mereka dikarenakan ketiganya sudah di nyatakan mati sebelumnya, tentu saja mereka merasa takut bila ada orang yang tiba-tiba mengenali ketiganya.

Chris mengarahkan kudanya berjalan mendekati ketiganya

"santai saja, tak ada yang akan mengenali kalian.. hal ini sudah diperhitungkan oleh nona dulu"

ucap Chris mencoba menenangkan ketiganya.

ketiganya kini mencoba untuk bersikap natural dan seolah tak terjadi apa-apa.

Lucas berada di dalam kereta kuda b rsama dengan Cecilia, luka nya masih belum sembuh total karena itulah selama perjalanan Cecilia bertugas mengobati Lucas.

rombongan itu di pimpin oleh pangeran Arthur sebagai panglima besar The Great Aztec, Hansel dan Jose buru-buru turun untuk menyambut kedatangan rombongan tersebut.

mereka bahkan seperti anak kecil yang berebut ingin menyambut yang pertama sambil saling dorong.

sesampainya di gerbang utama kerajaan, Arthur turun dari atas kuda dan di sambut oleh Hansel juga Jose.

keduanya menoleh ke kanan dan kiri seolah memeriksa sesuatu tetapi mereka tak menemukannya.

Arthur mengerti siapa yang mereka cari, ia tersenyum geli melihat tingkah keduanya hingga membuat Hansel dan Jose kebingungan.

"jadi dimana..."

"mereka sudah sampai istana"

ucap Arthur memotong pertanyaan Hansel

"apa? APAAAA?"

suara kaget keduanya memecahkan kebisuan siang itu

Arthur merespon dengan tertawa,

"sudahlah aku mau masuk untuk menemui kakak"

ucap Arthur kemudian melangkah melewati keduanya.

"oiya Jose tolong antarkan mereka, sembilan orang tersebut adalah tamu the Great Aztec yang berjasa dalam misi penyelamatan ini"

ucap Arthur kemudian pergi

Jose mendekati Chris, ia meminta Chris untuk membantunya mengantar tamu yang dimaksud pangeran Arthur ke istana Vie Rose tempat Eden tinggal dulu, merekapun mengikuti Jose dan Chris.

perlahan Marco dan Justin membatu Lucas berjalan, sedangkan Diana dan Laura membantu memapah jalan Kate.

Cecilia mengikuti mereka yang sakit dari belakang.

sebelumnya saat hampir sampai di kota The Great Aztec Louise memutuskan untuk mengambil jalan terpisah.

hal ini ia lakukan agar tak terlihat mencolok dan membuat kegaduhan terutama di kalangan bangsawan karena ia berencana mengumumkan besok pada rapat besar yang diadakan seminggu sekali.

Louise mencoba berbicara pada Eden mengenai idenya tersebut dan Eden setuju dengan ide Louise, mereka memutuskan untuk berpisah dari rombongan dan memilih untuk lewat pintu belakang istana.

Louise sengaja mengajak Eden untuk melewati jalur rahasia tempat Eden pertama kali menyelinap ke istana.

jalannya begitu sempit hingga membuat Eden kesal, ia bahkan bergumam sambil emosi

"aku rasa tak ada orang yang lewat jalan ini kecuali dia gila!"

ucap Eden ketus

"ada"

jawab Louise singkat

"siapa orang tersebut aku akan memarahinya agar ia sadar"

menjawab Louise masih dengan nada ketus

"kau"

jawab Louise

"apa?"

"iya orang yang melalui jalan ini adalah kau" ucap Louise.

"ahahaha.. mungkin dulu aku adalah wanita yang nekat"

gumam Eden

"ya benar kau adalah wanita paling nekat yang pernah aku temui"

ucap Louise berhenti berjalan kemudian menoleh ke arah Eden

"kau adalah satu-satunya wanita yang berani menatap mata ku tanpa rasa takut"

imbuh Louise sambil menatap Eden intens hingga membuat muka Eden memerah.

"sudahlah ayo lanjutkan perjalanan"

ucap Eden sambil berjalan mendahului Louise.

keduanya tak berbicara apapun hingga sampai ke pintu taman belakang istana..

disana sedang duduk seorang perempuan sembari meminum teh, dia adalah Liliana yang dengan santainya menikmati cuaca siang itu tanpa tahu taman tersebut adalah bagian dari istana Vie Rose tempat Eden tinggal sebelumnya.