"Boooooooommmmmmmmmmmmm"
ledakan dahsyat terdengar dari gunung Tarsa, mengagetkan siapapun yang mendengarnya.
orang-orang mulai berhamburan menyelamatkan diri, khawatir bila bencana besar akan terjadi seperti beberapa tahun yang lalu.
pemerintah di masing-masing negara bahkan telah membunyikan lonceng peringatan tanda bahaya.
sedangkan para menteri di masing-masing negara tengah sibuk mengirimkan pesan pada kuil suci untuk menanyakan hal apa yang sedang terjadi.
(the Great Aztec)
Louise kecil kala itu berusia delapan tahun sedang berlatih pedang di dalam istana ditemani oleh Arthur yang sedang bermain bola.
keduanya terkejut hingga tertunduk lemas,
"kakak aku takut)
teriak Arthur seraya terisak
Louise memeluk erat adiknya yang terus menangis karena ketakutan.
ratu berlari mencari Louise dan Arthur untuk menenangkan mereka, ia memeluk kedua anaknya dengan erat.
(kuil suci)
"segera kirimkan berita pada semua negara bahwa kejadian ini bukanlah bencana, jadi semua nya diharap untuk tenang"
begitulah kira-kira pesan balasan yang ucapkan oleh pendeta agung, kemudian pesan tersebut di catat dan dikirimkan menggunakan burung pos ke berbagai negara di wilayah another world.
'Anna Lewis, aku harap kau berhasil, karena pada awalnya adalah dirimulah yang di tunjuk melalui Wahyu, meskipun takdir itu kini harus beralih pada keturunan mu'
gumam pendeta agung yang ikut cemas dengan keadaan Anna Lewis.
ia kemudian turun dari menara pengintai dan memilih untuk ke gereja pusat untuk mendoakan keselamatan Anna Lewis.
di ikuti oleh pendeta dan biarawati penghuni kuil suci, pendeta agung mulai memimpin doanya.
* * *
setelah ledakan terjadi cahaya besar menyilaukan timbul akibat kejadian tersebut.
Anna Lewis tubuhnya menghadap ke atas seolah terbang dan lama kelamaan cahaya itu menghilang masuk ke dalam tubuhnya.
perlahan tubuh Anna Lewis turun lalu tergeletak di lantai, banyak tanda guratan merah menyala pada tubuhnya dengan sedikit mengeluarkan asap.
'deg'
suara detak jantungnya kembali, Anna Lewis tersadar dan menarik nafas panjang
"haaaahhhh...hosh..hosh..hossh"
nafasnya begitu berat dan terengah-engah, perlahan ia terbangun dan sedikit terbatuk-batuk,
"uhuukk..uhuukk..."
tubuhnya tertunduk, Anna Lewis masih berusaha mengatur nafasnya, ia kemudian menyeret tubuhnya ke belakang mencoba untuk mencari sandaran.
"srrkkkkk..."
tubuhnya kini telah bersandar, ia melihat ke atas sambil merasakan tubuhnya begitu letih.
ia mengangkat kedua tangan dan melihat ada guratan-guratan di sekujur tubuhnya,
'panas.. begitu panas, apa yang terjadi'
gumamnya dengan rasa kebingungan atas apa yang telah terjadi.
ia memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil memulihkan tenaganya yang sempat hilang.
(beberapa jam berlalu)
dari luar pintu lorong tempat Anna Lewis masuk, Jose menunggu dengan khawatir.
suara ledakan yang berasal dari dalam gunung tadi merupakan ledakan bersekala besar yang dapat menimbulkan bencana.
pada awalnya ia dan pasukan putih berusaha untuk mencari tempat berlindung, namun tak ada tanda-tanda akan adanya bencana.
ia pun memutuskan untuk kembali dan menunggu di pintu tersebut, karena ia tak dapat masuk maka rasa khawatir nya semakin menjadi-jadi, terlebih sudah 5 jam pasca ledakan terjadi dan kini matahari sudah mulai terbit menampakkan sinarnya.
"tak..tuk..tak..tuk.."
suara langkah kaki pelan berasal dari dari dalam pintu masuk yang di gunakan Anna Lewis.
"Anna.. apakah itu kau?"
tanya Jose mencoba memastikan langkah kaki siapa yang terdengar dari dalam tersebut.
"uugghh.. uhukk.. uhuukk.."
suara batuk seorang wanita terdengar, Jose lantas melangkah masuk dan menghampiri suara tersebut, benar saja dia adalah Anna Lewis,
"guru.. a..aku berhasil"
ucap Anna Lewis lalu tubuhnya lemah terkulai dan pingsan, dengan sigap Jose menahan tubuh lemah Anna, ia kemudian menggendong Anna keluar dan membawanya kembali menuju kuil suci.
tiga hari berlalu pasca terlaksananya tugas Anna Lewis, ia masih tak sadarkan diri.
pendeta agung bersama pendeta kuil suci lainnya berkumpul untuk memberikan energi jiwa pada Anna Lewis namun tak juga berhasil, tubuhnya masih lemah.
seorang utusan dari the Great Aztec datang untuk mengantarkan ramuan rahasia keluarga Lewis yaitu ekstrak middlemist Camelia.
Jose menyambut utusan tersebut dan mengantarnya ke ruang tempat Anna Lewis di rawat.
ia kemudian meminumkan middlemist Camelia secara perlahan pada Anna Lewis sesuai dengan aturan yang telah diberitahukan oleh keluarga Lewis.
tak berselang lama Anna Lewis mulai merespon, jari-jari tangan tangannya mulai bergerak, utusan tersebut lalu meneruskan untuk meminumkan middlemist Camelia pada Anna Lewis, ia bahkan menyangga tubuh Anna Lewis dan meminumkannya secara perlahan.
saat itu juga Anna Lewis sadar dan orang pertama yang ia lihat adalah utusan yang membantunya meminumkan middlemist Camelia.
utusan tersebut bernama Eliot Fitz James salah seorang keluarga bangsawan yang kala itu memiliki pangkat sebagai panglima utama kerajaan The Great Aztec.
keduanya saling bertatapan dan momen itulah awal mula tumbuh benih-benih cinta antara Anna Lewis dan Eliot Fitz James.
"eheemm.."
suara batuk pendeta agung dan Jose yang menyaksikan keduanya saling bertatapan, keduanya mencoba untuk menyudahi momen Antara Anna Lewis dan Eliot karena terlihat begitu canggung.
karena sadar dengan suasana yang canggung keduanya pun saling membuang muka.
Eliot pun membantu Anna Lewis untuk duduk di ranjangnya.
disana sudah menunggu pendeta agung yang terlihat cemas melihat keadaan Anna Lewis.
semua orang yang berada dalam ruangan tersebut keluar satu persatu kecuali Jose yang tetap tinggal dan ingin menemani Anna Lewis.
Jose kemudian mengambilkan air minum dan memberikan pada Anna Lewis.
Anna pun meminum air yang diberikan oleh Jose kemudian mulai berbicara,
"jadi apakah orang tersebut bukan aku?"
tanya Anna Lewis sambil memegangi gelas minumnya.
pendeta suci memahami perasaan Anna karena kini ia sendiri telah menyadari bahwa kesatria terpilih bukanlah dirinya.
ia kemudian mendekati Anna dan duduk di sebelah Anna Lewis sambil mengelus-elus lembut kepala Anna Lewis.
namun pendeta suci tak mengatakan hal apapun, karena ia tak ingin membuat Anna Lewis semakin terpukul dan kecewa.
beberapa hari berlalu Anna Lewis lebih sering menghabiskan waktu sendiri, ia tak ingin di temani oleh siapapun termasuk jose.
terkadang ia duduk di balkon kamar tempat ia menginap sambil melihat keluar dan melamun.
terkadang saat malam hari seseorang memergoki Anna sedang duduk sendiri diatas tembok menara pengawas yang menjulang tinggi.
entah apa yang sedang ada dalam benaknya hingga membuatnya seperti orang linglung.
Eliot yang tak sengaja melihat Anna yang selalu sendiri pun mencoba mendekati perlahan.
ia membawakan minum dan mulai mengajaknya berbicara,
"apakah pemandangan di sini begitu indah sampai membuat mu selalu berada sendiri di sini"
sambil mengukurkan minum pada Anna Lewis.
Anna pun merespon dan mengambil minuman tersebut namun tak melihat ke arah Eliot.
"haahhhhhhh...."
helaan nafas panjang Anna Lewis seolah menunjukkan ada beban berat dalam diri yang tak bisa ia bagikan.
"apakah ini karena kakak mu? kau masih memikirkan nya bukan?"
sambung Eliot yang membuat Anna sedikit tersenyum namun air matanya menitih tanpa ia sadari.
"aku ingin kembali pada masa dimana kami masih bertugas dalam pasukan khusus, hari-hari itu sangat membahagiakan untuk ku pribadi"
ucap Anna Lewis sambil meneguk minuman yang di berikan oleh Eliot
Eliot pun mengerti bahwa Anna memiliki rasa bersalah yang amat mendalam terhadap kakaknya namun ia tak bisa mengungkapkan hal tersebut pada siapapun.
Eliot lalu mendekat dan memeluk Anna Lewis dari samping,
"menangislah, tak ada yang melarang mu untuk menangis, menangislah jika itu bisa menjadi pengobat hati mu"
ucap Eliot pada Anna sambil terus memeluknya.
Anna Lewis pun memegangi tangan Eliot yang melingkar pada pundaknya, ia memegangnya erat kemudian memejamkan matanya.
malam itu Anna Lewis benar-benar memiliki tempat bersandar pertama dalam hidupnya.