"syukurlah kau sudah sadar"
ucap Louise begitu lembut pada Eden
Louise mencoba membelai rambut Eden namun Eden menepisnya.
setelah sadar ia bersikap sangat dingin pada Louise yang membuat Louise sedikit bingung dengan sikap Eden tersebut.
ia kemudian menoleh ke arah belakang dan meminta semua yang ada dalam ruangan keluar.
"kriiieekkk"
suara pintu tertutup, Arthur mulai berbicara,
"firasat ku tidak enak, aku rasa akan terjadi perang yang lebih dahsyat dari perang dunia"
ucapnya dengan wajah yang masam
"Cecilia tolong antar pendeta Lloyd ke tempat istirahat"
perintah Jose pada Cecilia
"baik, mari hamba antar"
ucap Cecilia mencoba menunjukkan jalan.
(di dalam kamar Eden)
"apakah ada yang membuat mu tidak senang?"
tanya Louise pada Eden mencoba mencari tahu mengapa sikapnya berubah
"kau"
ucapnya singkat sambil memalingkan muka
"ya benar itu kau dan sikap tempramental mu!"
seru Eden yang kemudian menoleh ke arah Louise dengan tatapan penuh kebencian.
melihat Eden yang menunjukkan ekspresi tak senang terhadap dirinya membuat Louise tersenyum seolah meremehkan,
"lalu apa yang kau mau?!"
tanya Louise sedikit menggertak
"aku akan pergi ke kuil suci untuk bert.."
"tidak!!"
suara keras Louise memotong ucapan Eden
"kau tidak boleh kesana!"
jelas nya yang membuat Eden terdiam sejenak
"memang kenapa? apa urusannya dengan anda yang mulia?"
ucap Eden seolah menantang Louise
"karena kau adalah calon ratu.."
belum selesai berbicara Eden balas memotong ucapan Louise
"ratu?! kau bilang ratu?! bagaimana aku bisa menjadi ratu mu sedangkan aku tak ingat masa lalu ku! berhentilah melarang ku !"
seru Eden menyanggah pendapat Louise
"kau! beraninya kau.."
sambil mengepal erat tangannya sendiri, raja Louise benar-benar marah dengan apa yang di ucapkan Eden, tak ingin berlama-lama ia pun berdiri lalu berjalan keluar kamar.
"dengan atau tanpa persetujuan mu aku akan tetap pergi"
imbuh Eden yang membuat langkah Louise terhenti
"cobalah jika kau bisa"
ucap Louise seolah memberikan ancaman pada Eden
"raja Charles Philips Louise kau benar-benar keterlaluan!"
ucap Eden yang begitu marah dengan jawaban angkuh Louise, ia bahkan menggenggam erat selimut nya.
Louise keluar dengan menggebrak pintu yang membuat Jose juga Arthur terkejut dengan suara tersebut.
keduanya tak dapat berbicara banyak karena Louise terlihat sangat marah begitu juga Eden yang tetap mempertahankan egonya.
(di tempat lain di waktu yang sama)
Cecilia mengantar pendeta menuju ruang istirahat yang berada tak jauh dari istana Vie Rose, selama perjalanan tak ada hal menarik untuk di obrolkan hingga Cecilia sendiri yang membuka pembicaraan,
"mohon maafkan situasi yang canggung tadi, hamba harap anda mengerti"
ucap Cecilia lirih
"ohh itu tadi bukan apa-apa, justru akan aneh bila raja Louise tak marah dengan kedatangan ku"
jawab Lloyd memberikan pendapatnya terhadap situasi tadi
"tak satupun dari kami yang menyangka bahwa raja Louise begitu terobsesi dengan nona Eden"
imbuh Cecilia
Lloyd pun mulai memahami posisi Eden saat ini, dia lebih condong setuju dengan pemikiran pendeta agung sebelumnya.
"aku sudah mengatakan sebelumnya pada tuan Jose bahwa aku akan mengajak nona Eden ke kuil suci atas permintaan pendeta agung"
"iya hamba mengerti, hamba akan menyiapkan segala keperluan nona Eden, sudah sampai, disini ruang istirahat anda tuan"
mempersilahkan Lloyd untuk masuk kemudian Cecilia berpamitan pergi.
* * *
malam hari, Eden duduk termenung di balkon kamar nya, seolah ia sedang memikirkan sesuatu.
Louise lah yang ada dalam benaknya malam itu, ia merasa kecewa dengan sikap tempramen nya namun di sisi lain Eden juga merasa bersalah karena sudah berkata kasar terhadap Louise.
ia pun menghela nafas panjang, lalu bangkit dan memutuskan untuk menemui Louise di ruang kerjanya.
ia berjalan sendiri tanpa seorang pun yang menemani, sesampainya di ruang kerja Louise, Eden menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan keberadaan Louise namun ia tak menemukan sosoknya di sana.
Eden lalu memutuskan untuk pergi menuju kamar pribadi Louise, di depan kamarnya tampak beberapa pengawal yang sedang berjaga.
melihat kedatangan Eden membuat raut wajah si prajurit menjadi kikuk.
ia tak berani mengucapkan sepatah katapun apalagi mencoba melarang Eden sang calon ratu masuk.
dengan mudah Eden membuka pintu besar di hadapannya, ia masuk dan berjalan menuju kamar Louise yang pintunya terletak tepat di tengah ruangan.
Eden kemudian mengetuk pintu tetapi tak ada jawaban, ia kembali mengetuk pintu sampai tiga kali namun tetap tak ada jawaban.
ia pun memutuskan untuk membuka pintunya sendiri,
"ah.. ahh.. emmm ahh"
suara desahan seorang wanita terdengar jelas dari dalam kamar Louise.
Eden meneguhkan hatinya lalu berjalan mendekat, betapa terkejutnya Eden melihat seorang wanita sedang duduk di pangkuan Louise dengan pakaian sedikit terbuka.
Louise masih belum sadar dengan kejadiran Eden di dalam kamarnya, lalu si wanita yang sadar akan kehadiran Eden pun sontak terkejut dan menahan Louise.
"ya yang mulia, i itu"
ucap si wanita sambil menunjuk ke arah Eden.
Louise menoleh ke arah yang di tunjukkan oleh si wanita, ia baru pertama kali melihat tatapan mata berbeda yang di tunjukkan Eden malam itu.
Louise pun acuh lalu menurunkan si wanita dari pangkuannya, si wanita buru-buru merapihkan pakainnya dan berdiri dengan sedikit menunjukkan keangkuhan terhadap Eden.
Louise berjalan mendekati Eden, namun Eden langsung merespon, ia tak hanya berdiri diam saja malah berjalan mendekat pada Louise.
keduanya hampir mendekat,
"tak.. tak.. tak.."
suara langkah kaki Eden yang terus berjalan melewati Louise.
Louise pun tak menyangka bahwa Eden malah melewati dirinya dan mendekat pada si wanita.
dengan kekuatan penuh Eden menampar si wanita tanpa berbicara apapun.
Eden lalu berbalik ke arah Louise, ia mendapati Louise juga melihat ke arahnya, ia terus berjalan dan hampur mendekati Louise.
Louise menduga bahwa Eden akan memukulnya sehingga ia sudah bersiap-siap untuk menerima serangan Eden.
namun dugaannya salah, Eden hanya berjalan melewatinya bahkan menatap pun tidak.
Louise sempat kebingungan dengan sikap Eden karena wanita normal pada umumnya akan melampiaskan kemarahan dengan cara memukul atau berteriak.
"braakkkkk"
suara bantingan pintu menandai keluarnya Eden dari kamar Louise.
Louise pun berjalan kembali mendekati si wanita, tak berselang lama
"tccssss" "booommmm"
Eden melesatkan anak panah api dan membuat pintu kamar Louise meledak dan terbakar.
sontak hal itu membuat Louise dan juga si wanita terkejut, ke dua matanya terbelalak melihat tindakan Eden.
tak sampai di situ, Eden bahkan melesatkan anak panah ke dua yang juga meledak membuat ruangan Louise terbakar.
"tccssss.. booommmm... wwuuuussss"
"terimalah hadiah dari hamba, sebuah kehangatan untuk kamar pribadi raja Charles Philips Louise, semoga yang mulia menikmatinya bersama dengan gelora api yang membara di atas ranjang yang mulia"
ucap Eden sambil sedikit tersenyum seolah puas dan bangga akan hal yang ia lakukan terhadap Louise malam itu.
ia pun berjalan pergi meninggalkan istana tempat Louise tinggal.