'Louise dasar dia itu pria brengsek!'
ucap Eden merasa kesal dengan apa yang ia lihat barusan.
langkahnya tiba-tiba terhenti, ia ingin memberikan pelajaran pada Louise dengan mengeluarkan busur panahnya.
Eden berbalik lalu mulai membidik sasaran dengan mengarahkan busur dan anak panahnya menuju pintu kamar Louise,
"tccssss.. booommmm... wwuuuussss"
"terimalah hadiah dari hamba, sebuah kehangatan untuk kamar pribadi raja Charles Philips Louise, semoga yang mulia menikmatinya bersama dengan gelora api yang membara di atas ranjang yang mulia"
ucap Eden sambil sedikit tersenyum seolah puas dan bangga akan hal yang ia lakukan terhadap Louise malam itu.
ia pun berjalan pergi meninggalkan istana tempat Louise tinggal.
"hahahaha.. hahahaha"
tawa Louise pecah mengisi ruang kamarnya yang terus terbakar dengan api.
dari arah luar prajurit masuk untuk memastikan apa yang terjadi,
"anda tidak apa-apa yang mulia"
seorang prajurit penjaga menghampiri Louise
"cepat ambil air dan padamkan api di dalam istana raja!"
seru prajurit penjaga yang lain memberi perintah,
"dungg.. dungg.. duungg"
suara lonceng besar istana berbunyi sebanyak tiga kali menandakan telah terjadi peristiwa kebakaran.
para prajurit lari tunggang-langgang, bahu membahu mengambil air untuk memadamkan kobaran api yang membakar kamar raja Louise.
begitu pula pangeran Arthur yang bergegas datang untuk melihat situasi dan juga keadaan Louise.
ia melihatnya, Louise tengah duduk di taman istananya mengawasi para prajurit memadamkan api, selain itu Jose juga hadir mendampingi Louise, di samping Louise juga terlihat seorang wanita namun Arthur tak begitu tertarik dengan wanita tersebut dan langsung menanyai kakaknya,
"apa yang terjadi, bagaimana bisa istana mu terbakar?"
seru Arthur dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu khawatir terhadap keselamatan kakaknya.
Louise tak menjawab dan malah membuat Arthur semakin khawatir,
"jadi penyusup dari negara mana yang berani melakukannya atau pemberontakan dari keluarga mana, aku akan menghukumnya"
ucap Arthur mencoba mencari tahu kebenaran yang terjadi
"Jose katakan sesuatu kenapa kau diam dan tampak tenang?!"
Arthur memarahi Jose karena tak merespon dirinya, sedangkan Jose hanya menggelengkan kepala pada Arthur seolah memberi tanda bahwa kejadian hari ini bukanlah sesuatu yang mengancam.
Arthur masih tak mengerti dengan kode dari Jose, ia tak mengeluarkan suara namun mulutnya bergerak seperti sedang menanyakan 'apa yang terjadi' lalu Jose menjawab hanya dengan menggelengkan kepala kembali.
"aku penasaran apakah kau bisa menghukum pelakunya"
ucap Louise merespon tawaran Arthur sebelumnya.
dengan penuh rasa percaya diri Arthur menjawab,
"tentu saja aku bisa menghukum siapapun yang berbuat salah"
jawab Arthur sesumbar
"Eden"
"apa?"
tanya Arthur heran
"pelakunya adalah Eden"
"APAAA?!!!"
seru Arthur yang membuat orang-orang di sekitar menoleh ke arahnya.
ia masih tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan, bibirnya menganga, kaku tak bisa berkata.
dalam benaknya ia berpikir akan menggunakan cara seperti apa untuk menghukum Eden, namun di sisi lain ia tau sumber masalah adalah kakaknya.
hal ini di perkuat dengan kehadiran wanita asing yang saat ini duduk di sebelah Louise.
raut wajah Arthur berubah masam sambil memandangi si wanita, ia mengilangkan ke dua tangan di dadanya lalu berkata,
"pokoknya dalam hal ini Eden tidak salah, raja Louise lah yang bersalah, apapun yang terjadi aku akan membela Eden meskipun harus sampai ke meja hijau"
ucapnya sedikit kesal pada Louise.
"bukankah seharusnya yang mulia menghukum calon ratu, jelas-jelas dia bersalah telah membuat kekacauan besar seperti ini"
ucap si wanita lemah lembut sambil terus menempel pada Louise
Louise langsung merespon dengan mengerutkan alisnya seolah tak senang, ia menatap ke samping ke arah si wanita yang sontak membuat si wanita tertunduk kaku, begitu menakutkan, Louise memang memiliki tatapan yang seperti itu.
"enyahlah!"
seru Louise kasar
"tapi yang mulia.."
ucap si wanita seolah memohon belas kasihan.
sekali lagi Louise tak menunjukkan tanda-tanda respon yang baik terhadap si wanita dan langsung menepis tangan si wanita yang melingkar di lengannya.
"biar hamba antar"
ucap Jose menawarkan diri membantu si wanita.
"yang mulia anda pasti akan menyesal karena telah memperlakukan ku seperti ini"
ucap si wanita yang hampir menitihkan air mata.
"khawatir kan saja dirimu, seharusnya kau berterimakasih karena tak sampai terbunuh karena sebuah tamparan, tapi yang jelas luka itu akan membekas dalam waktu yang cukup lama"
ucap Louise yang sama sekali tak menoleh pada si wanita.
si wanita berbalik ia berjalan, Jose berusaha mengikutinya namun si wanita melarang.
"minta maaflah, kau sudah keterlaluan pada Eden ehh maksud ku kakak ipar"
ucap Arthur pada Louise
Louise tak merespon ucapan Arthur dan hanya diam termenung memandangi kobaran api yang hampir saja padam.
"kapan hari keberangkatannya?"
tanya Louise mengubah topik pembicaraan
"jadi kapan Eden akan berangkat ke kuil suci?"
imbuhnya dengan suara lebih keras seolah menggertak
"besok yang mulia, sebenarnya Cecilia sudah menyiapkan segala kebu...."
"pergilah, aku mengijinkan nya"
ucap Louise yang memotong penjelasan Jose
"baik yang mulia hamba mengerti"
jawab Jose yang tak ingin mencoba tau alasan raja Louise mengijinkan Eden pergi dengan mudah.
"apakah ini permohonan maaf? oohoooo... kakak ku ini benar-benar seorang pria sejati"
ucap Arthur meledek Louise sambil sedikit menyenggol lengannya, hal itu tentu saja membuat Louise menatap Arthur dan seolah tak senang.
melihat ekspresi kakaknya membuat Arthur menjadi merinding seketika, tak ingin berlama-lama menghadapi situasi kikuk ia pun pamit pergi, dan tentunya menghindari agar kakaknya tak mengikuti dirinya untuk menumpang tidur di istananya.
* * *
keesokan harinya Eden bangun dengan perasaan segar, tubuhnya ia rentangkan di kasur seraya menguap dengan bibir mengecap beberapa kali.
"apakah tidur mu nyenyak?"
"ya tentu saja.."
Eden menjawab pertanyaan seseorang yang membuat dirinya sontak terbangun seketika, ia mendapati Louise sedang duduk di kursi sebelah kiri dan menghadap ke arah ranjang Eden membuat dirinya malu dan langsung menutupi tubuhnya menggunakan selimut.
wajahnya merona, yang membuat Louise tersenyum sesaat.
"pergilah, aku mengijinkan mu"
ucap Louise mengalihkan pembicaraan
"ap.. apa??"
ucap Eden heran, bibirnya kaku tak dapat berucap lagi
"iya aku mengijinkan mu pergi ke kuil suci hari ini"
imbuh Louise memperjelas ucapannya
"benarkah? yeessssss!!!"
raut wajah gembira terlihat jelas di wajah Eden, ia begitu senangnya hingga tak sadar Louise terus menatapnya saat sedang meloncat-loncat.
kesenangannya pun terhenti, ia menyadari bahwa Louise sedang menatap ke arahnya, gerakannya menjadi kikuk, suasana canggung bagi Eden, ia pun bergegas lari menuju kamar mandi dan meninggalkan Louise sendiri.
beberapa jam berlalu, semua persiapan telah usai kini sudah saatnya bagi Eden berangkat menuju kuil suci menggunakan gate.
karena tengah sibuk membereskan kekacauan yang di buat Eden semalam sehingga membuat Louise tak ikut mengantar, Eden pun malah merasa lega karena ia tak harus bertemu Louise karena dirinya masih merasa canggung.
"wuuuaahhh.. jadi ini adalah gate?"
ucap Cecilia yang terkagum melihat gate.
gate merupakan sebuah pintu buatan dari sihir yang di gunakan pada waktu-waktu tertentu.
keistimewaan gate adalah dapat mempercepat perjalanan menuju negara yang kita inginkan di another world.
contohnya bila dari The Great Aztec menuju Assiria membutuhkan waktu 3 hari 2 malam menggunakan kuda maka dengan menggunakan gate hanya membutuhkan waktu 2-3 jam saja.
gate sendiri diciptakan oleh Kuil Suci dan hanya orang-orang tertentu yang telah mendapat izin resmi dari kuil suci lah yang dapat menggunakannya seperti Lloyd.
hari ini Eden akan berangkat menuju kuil suci bersama dengan Cecilia dan Chris, keduanya di tunjuk langsung oleh Jose untuk menggantikan dirinya yang tak bisa datang menemui pendeta agung secara langsung.
Eden pun melakukan perpisahan pada teman-teman yang mengantarnya hari itu seperti Lucas, Justin, Marco, Diana, Kate, dan Laura, pelukan perpisahan masing-masing dari mereka, Eden bahkan berpesan bahwa suka tidak suka mereka harus tetap tinggal di The Great Aztec sampai ia kembali, dan mereka pun menganggukan kepala seolah setuju dengan keinginan Eden.
"mari nona Eden lewat sini"
ucap Lloyd mempersilahkan Eden untuk berdiri tepat di depan gate mereka pun sudah siap untuk pergi.
cahaya putih muncul dari dalam pintu seloah menyedot Lloyd, Eden, Chris dan Cecilia, merekapun kemudian menghilang dan gate kembali seperti semula.
* * *
(4 jam berlalu)
kini Eden telah tiba di kuil suci melalui gate, Lloyd kemudian mengantarkan mereka masuk ke kuil suci.
rambut Eden terurai, warna merah yang memancar dari rambutnya menarik banyak perhatian para calon pendeta dan biarawati yang lalu lalang di dalam kuil.
Eden sudah memutuskan untuk tidak ingin menyembunyikan identitasnya lagi, ia ingin mengatakan pada dunia bahwa keturunan Anna Lewis masih hidup, ia merasa punya hak untuk hidup bebas tanpa harus bersembunyi seperti sebelumnya.
awalnya Eden merasa risih dengan tatapan mata orang-orang terhadap dirinya, namun lama-kelamaan ia menjadi terbiasa.
dari kejauhan tampak seorang pria berjalan menuju ke arah dirinya, pria muda, tampan, dengan rambut berwarna putih dan lonceng kecil terikat pada seuntai rambut, mata berwarna biru, garis alis yang tegas melengkapi estetika wajah pria yang Eden lihat.
ia mengenakan pakaian putih kelengkapan keagamaan namun sedikit berbeda dengan pakaian yang di kenakan oleh Lloyd maupun pendeta lain, berjalan dengan tegap dan derap langkah nya begitu dinamis bak super model, di mata Eden pria tersebut adalah pria tampan ke tiga setelah Louise dan Noah.
bila ketiganya bergabung mungkin akan menjadi candu bagi wanita di seluruh dunia, begitulah kira-kira yang ada dalam benak Eden.
namun Eden merasa ada yang janggal, anehnya pria itu terus menatap ke arah Eden seolah tak ada orang lain yang menarik perhatiannya.
Eden sedikit kikuk, ia mulai menunduk dan sesekali melirik ke arah si pria namun si pria tetap saja melihat ke arah Eden.
Lloyd pun berhenti yang membuat langkah Eden berhenti, ia memberanikan diri menatap ke arah si pria dan tak di sangka si pria malah memeluk Eden dengan erat sambil berkata,
"selamat datang cucu ku"