(hari kejadian Eden dijebak oleh Liliana)
hutan secret merupakan hutan yang dihuni oleh banyak hewan buas, hutan ini termasuk kedalam salah satu tempat paling berbahaya di another world.
tak ada seorangpun yang bisa melintas karena keganasan penghuninya.
setelah Eden lemah tak berdaya, Liliana dan si pria paruh baya pergi meninggalkan Eden seorang diri.
mereka berdua meninggalkan Eden tanpa bekas kasihan.
dalam perjalan kembali ke rumah Liliana, terbesit dalam benaknya untuk bertanya pada si pria paruh baya.
rasa penasaran membuatnya buka mulut,
"jadi apakah ini sebuah dendam?"
ucap Liliana
si pria menanggapi dengan sedikit tersenyum,
"bukan dendam, aku hanya ingin membantu anda menjadi ratu"
jawabnya seolah menyembunyikan sesuatu
"ahh.. rupanya anda begitu naif"
jawab Liliana menanggapi ucapan pria paruh baya tersebut
si pria kemudian mengalihkan pandangannya dan menatap Liliana dengan serius
"jadi terlihat jelas ya? baiklah akan ku katakan, sebenarnya aku hanya tidak ingin mencegahnya menjadi yang terkuat"
"!!!!??!! apa maksud anda?"
tanya Liliana sedikit kebingungan
"jika anda pernah mendengar sebuah legenda tentang membuat ikatan dengan naga maka itu ada kaitannya dengan Eden"
jelas si pria
"jadi.. jika.."
ucapan Liliana terpotong oleh si pria
"tepat sekali, aku harus mencegahnya sebelum ia benar-benar tak terkalahkan, anda tau putri tau benar putri jika Eden berhasil melakukan ikatan dengan naga maka posisinya sebagai calon ratu tak bisa tergeser"
mendengar penjelasan tersebut Liliana sempat diam, ia tak bisa berkata apa-apa memikirkan bahwa jati diri Eden yang sesungguhnya bukanlah orang biasa melainkan orang yang istimewa bagi The Great Aztec bahkan bagi another world.
Liliana sempat ragu dengan apa yang telah ia lakukan pada Eden, tangannya tiba-tiba bergetar hebat namun ia berusaha menutupi rasa takutnya.
si pria yang melihat ekspresi pucat Liliana kemudian mencoba menenangkannya,
"tenanglah nona, anda tidak perlu risau. dengan meninggalkan Eden di hutan secret adalah keputusan terbaik. hewan disana pasti sudah memakan seluruh daging Eden tanpa tersisa"
ucap si pria dengan santainya
keesokan harinya si pria memohon pamit pada Liliana dan keduanya bersalaman sebagai tanda kerja sama telah usai.
seperti saat awal bertemu, keduanya sepakat untuk tidak saling mengenal dan menyapa bila bertemu di kemudian hari.
si pria keluar dari rumah Liliana, di depan pintu gerbang ia sempat menoleh ke arah rumah Liliana sambil tersenyum sinis kemudian kembali menghadap depan dan berjalan.
si pria paruh baya menggunakan tongkat, setelan jas hitam dan juga topi, ia terus berjalan dan wujudnya tiba-tiba berubah menjadi seorang wanita muda, sebuah sihir ia gunakan untuk menipu setiap orang agar identitasnya tak diketahui oleh siapapun.
si wanita sempat tertawa terbahak-bahak karena telah berhasil melakukan hal jahat pada Eden.
* * *
(di istana saat ini)
karena belum memiliki bukti kuat yang mengarah pada Liliana, Louise tak bisa gegabah memangginya untuk pemeriksaan.
namun dengan ditemukannya saksi yang memberangkatkan Liliana maka Louise memutuskan cepat atau lambat ia tetap harus memanggil Liliana untuk menjalani pemeriksaan.
Louise memerintahkan Hansel untuk mencari saksi yang melihat pelayan Liliana masuk ke kamar Eden untuk mencuri gelang, Hansel pun siap untuk melakukan penyelidikan lebih mendalam.
"kriiiiaaakkkk"
suara pintu terbuka, Eden memasuki ruang kerja Louise tanpa pemberitahuan.
ia terlihat begitu tergesa-gesa ingin segera menemui Louise, melihat tingkah Eden tersebut membuat Louise senang karena ia sendiri yang datang untuk mencarinya.
sebelum berbicara Louise terlebih dahulu mengajak Eden untuk pindah ke tempat lain karena ruang kerja bagi Louise bukanlah tempat yang tepat untuk berbicara.
Eden tak bisa menolak, ia menerima tawaran Eden.
keduanya pun pergi menuju suatu tempat tersembunyi, sebuah tempat rahasia yang hanya diketahui sebagian orang saja.
untuk menuju ketempat tersebut, keduanya harus melalui pintu rahasia, karena pada bagian pintu ditumbuhi tanaman merambat tak akan ada orang yang tau bahwa dibaliknya adalah sebuah pintu.
setelah membuka pintu, mereka harus melewati lorong yang sempit dan lembab, selanjutnya harus menaiki anak tangga setapak.
pelan dan hati-hati, Louise memegang erat tangan Eden agar ia tak terjatuh.
sampailah keduanya di sebuah loteng yang tak beratap, terdapat beberapa tanaman liar yang tumbuh namun seperti sengaja dirawat karena terlihat begitu rapih.
adapula buku bacaan yang tersusun rapih di sebuah rak.
loteng tersebut juga dilengkapi dengan sebuah ranjang yang bagus dan juga kelambu dengan kain yang berjuntai di setiap sudut nya, ruangan itu membuat Eden kagum.
setelah selesai mengamati ia kemudian menatap Louise,
"kau suka?"
ucap Louise bertanya pada Eden karena ia tiba-tiba menatapnya
Eden menjawab dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Eden kemudian duduk di atas ranjang sambil berbaring, tubuhnya bermandikan cahaya bulan.
karena tak ada atap sehingga udara dan cahaya menyinari ruangan tersebut.
Louise mengambilkan air dan memberikan pada Eden.
Eden bangun kemudian menerima air pemberian Louise dan meminumnya.
setelah meneguk habis minuman tersebut ia teringat bahwa akan berbicara pada Louise,
"hei jangan melakukan pesta apapun yang berkaitan dengan ku"
ucap Eden lirih
"ada apa? apakah ada yang mengganggu pikiran mu?"
tanya Louise
"tentu saja itu sangat menganggu ku, aku sudah mendengar semua cerita dari Chris dan Cecilia, sampai ingatan ku kembali aku mohon jangan umumkan apa pun"
jelas Eden
Louise tiba-tiba menggenggam erat gelas yang ia pegang seolah tak setuju dengan pendapat Eden
melihat hal tersebut Eden mencoba menenangkan Louise dengan memeluknya erat tanpa berkata apapun.
Louise pun luluh hatinya, ia tau benar hanya Eden yang dapat menenangkan hatinya.
keduanya berbaring di tempat tidur, Louise menyangga kepala Eden menggunakan lengannya sebagai bantal sambil bercerita.
Louise mengenang masa-masa awal ketika bertemu dengan Eden, semua ia ceritakan dan Eden mendengar cerita Louise dengan seksama, sesekali keduanya bersenda gurau.
"malam ini tidurlah disini"
ucap Louise menutup ceritanya
"emmm baiklah aku akan tidur disini"
ucap Eden setuju.
"wuuuwww....wuuuussssssss...."
angin malam menghembuskan kain-kain yang terikat pada ujung ranjang tersebut
"haaaccchhuuuuuu"
suara bersin Eden memecahkan keheningan malam itu.
"siapa suruh tak ada atap dan selimut!!"
ucap Eden sedikit kesal sambil berjalan menuruni tangga di belakang Louise untuk kembali menuju istana
"aku adalah selimut mu, lagi pula seorang blood Hunter seperti mu bagaimana bisa tidak tahan angin malam"
Louise mencoba meledek Eden
"tidur di atap dan tidur dalam gua adalah dua hal yang berbeda! kau tidak tau bagaimana gelisahnya kami harus berpindah tempat karena banyak yang menginginkan nyawa kami?!"
jawab Eden sambil menggerutu yang membuat Louise menghentikan langkahnya.
Eden menabrak Louise dari belakang, ia sadar dengan apa yang ia ucapkan mungkin membuat Louise khawatir,
"sudahlah, ayo kita kembali dan beristirahat"
ucapnya pelan
"maaf, seharusnya aku menemukan mu lebih cepat"
ucap Louise dengan penuh penyesalan
Eden tak menjawab perkataan Louise, ia mencoba melangkah maju namun Louise berbalik kearah Eden dan mencium nya.
Eden tak bisa menolak, entah kenapa tubuhnya pun tak ingin menolak.
ia seperti merasakan sebuah perasaan yang familiar, perasaan yang pernah ia rasakan sebelumnya.
tiba-tiba sekelebat ingatan muncul dalam benaknya, ingatan acak tentang Louise, ingatan saat disiksa di hutan secret, dan ingatannya tentang Adel.
Eden melepas dekapan Louise, kepalanya begitu sakit, kakinya mendadak lemas, tak sadarkan diri.
"Eden, Eden, Eden"
suara Louise memanggil Eden yang lama kelamaan terdengar samar di telinga, hingga membuat Eden jatuh pingsan..