Noah yang masuk ke dalam ruangan Arthur kemudian melihat sekeliling dan tak mendapati seorang pun ada di dalam kecuali Arthur sendiri.
karena merasa telah salah paham terhadap Arthur maka Noah bergegas meminta maaf kemudian membiarkan Arthur untuk beristirahat diruangan tersebut.
Arthur kemudian bergegas mendekati jendela dan melihat keluar, ia sempat terkejut melihat tingginya jendela, ia khawatir kalau-kalau Eden terluka setelah melompat keluar jendela.
namun kekhawatiran nya ia buang jauh-jauh, kini ia hanya bisa menunggu dan berharap bahwa suatu saat Eden akan menghubunginya.
sebenarnya Arthur merasa percaya diri bahwa Eden akan menghubunginya, karena Arthur sempat menyelipkan sebuah barang di saku mantel Eden saat Arthur memeluknya tadi.
barang itu bisa saja digunakan Eden sebagai alasan agar bisa menemui Arthur kelak.
* * *
meskipun telah keluar dengan selamat namun Eden masih harus menghindari penjaga dan memperhatikan langkahnya agar tidak dicurigai.
untunglah pertunjukannya sudah selesai sehingga ia bisa berjalan diantara kerumunan orang-orang yang keluar dari gedung pertunjukan, karena hal tersebut Eden dapat menghindari kontak langsung dengan para penjaga Assiria.
Eden melupakan sesuatu, ia berpamitan pada Justin dan Marco untuk pergi ke toilet tapi ia malah keluar gedung pertunjukan tanpa memberitahu mereka.
Eden merasa bersalah karena Marco dan Justin pasti khawatir terhadapnya.
Eden memutuskan untuk kembali ke penginapan dan menunggu keduanya kembali.
selama perjalanan kembali, Eden begitu menikmati keramaian dan suasana di Assiria.
malam itu cuaca sedikit berangin, Eden memasukkan tangannya ke dalam kantong dan mendapati ada sebuah gelang di dalam kantongnya tersebut.
gelang yang asing karena Eden tak pernah merasa memiliki gelang tersebut.
setelah diingat kembali Eden tau siapa pemilik gelang ini, dia adalah Arthur.
untuk saat ini Eden tak ambil pusing mengenai gelang tersebut, ia lebih memilih untuk menyimpan sementara siapa tau gelang tersebut akan berguna untuknya kelak.
sesampainya di penginapan, ia melihat Marco dan Justin sedang berdiri namun terlihat begitu gelisah seperti ada sesuatu yang telah terjadi.
Eden menduga bahwa keduanya khawatir terhadapnya.
dengan wajah penuh senyuman Eden menghampiri Marco dan Justin agar mereka tak khawatir lagi.
saat Eden datang menghampiri, Justin dan Marco tetap saja terlihat gelisah.
Eden tak bisa membaca apa yang sedang terjadi, hingga iapun sadar mungkin ada kaitannya dengan Lucas.
Eden bergegas naik, Marco dan Justin mengejar Eden.
ia tampak terkejut mendapati kamar tempat mereka menginap terlihat berantakan dan Lucas juga menghilang.
tubuhnya seketika lemas, ia terduduk, terdiam, rasanya ia begitu ingin menangis dan menyalahkan diri sendiri kenapa malah bersenang-senang dan meninggalkan Lucas dipenginapan seorang diri.
awalnya Marco sedikit ragu, ia kemudian memberikan secarik kertas pada Eden.
surat itu berisi tempat dan waktu pertemuan dengan orang yang menculik Lucas.
namun orang tersebut hanya menginginkan Eden seorang yang datang.
Eden tentu saja menyanggupi untuk datang sendiri namun Marco dan Justin tidak mengizinkan karena mereka takut Eden akan terluka.
mereka sempat berdebat hebat mengenai hal tersebut namun perdebatan itu mereka redam dan sepakat untuk pergi bersama.
* * *
pagi hari di sebuah ruangan dengan sedikit sinar matahari yang masuk, Lucas di tahan oleh seseorang.
wajahnya di siram air agar ia terbangun, tangan dan kakinya terikat, Lucas mulai membuka mata pelan.
ia mengenali orang yang ada di hadapannya.
"heh.. ternyata kau, ku kira kau sudah mati di hutan Utopia"
ucap Lucas meremehkan
"sayang sekali, sepertinya ibu tiri ku gagal membunuh ku. bagaimana bisa dia mengirim blood Hunter rendahan seperti mu"
ucap si pria sedikit angkuh
ciihhh' sambil meludah
"apa yang kau inginkan dari ku"
ucap Lucas
"sebentar lagi kau akan mengetahui nya, aku hanya ingin menyiksa mu pelan-pelan dan mengambil nya dari mu"
kemudian berlalu pergi
ucapan si pria membuat Lucas sadar bahwa Laluna yang di inginkan si pria.
Lucas begitu kesal, ia merasa telah membuat Laluna berada dalam bahaya.
* * *
malam hari tepat sesuai rencana, Eden, Marco dan Justin berangkat menuju tempat pertemuan dengan si penculik.
untuk berjaga-jaga, Marco dan Justin yang akan menemui mereka terlebih dahulu sedangkan Eden akan mengintai dari jarak jauh.
strategi yang biasa mereka lakukan ketika menyergap lawan.
setibanya di tempat pertemuan beberapa orang tengah menunggu, bukan seperti penculik biasa.
mereka mengenakan pakaian serba hitam lengkap dengan penutup kepala, seperti seorang pembunuh ahli dan jumlahnya ada 15 orang.
Marco dan Justin menghampiri mereka dengan tenang namun tetap waspada.
dari kejauhan Eden memperhatikan mereka, awalnya Marco dan Justin berusaha untuk berunding namun mereka terlihat sangat tidak senang.
hal itu terlihat dari ekspresi salah seorang pria yang berperan sebagai pemimpin kelompok tersebut.
tanpa berlama-lama, orang-orang tersebut menyerang tanpa ampun hingga membuat Marco dan Justin kualahan.
dari kejauhan Eden memanah 3 orang sekaligus dan mati di tempat.
seperti yang sudah diperkirakan oleh lawan, Eden bersembunyi di suatu tempat.
untuk memancingnya keluar, mereka menyergap Justin dan Marco secara bersamaan dan mengikat keduanya.
salah seorang pria berteriak memanggil Eden untuk keluar
"keluarlah nona, teman mu sudah tertangkap"
"pergilah, selamatkan dirimu! jangan pedulikan kami"
ucap Marco sambil berteriak
"jika kau tidak keluar maka aku kan memenggal kepala pria ini"
memberikan kode pada anak buah untuk menghunuskan pedang ke leher Marco
"pergilah! selamatkan dirimu! kami mohon" imbuh justin
Eden tak punya pilihan lain, ia tak bisa melihat teman-temannya terluka dihadapannya.
ia kemudian keluar dari tempat persembunyiannya, Eden terus melangkah dan berdiri tepat di hadapan si pria.
"lepaskan mereka"
ucap Eden
"aku tak bisa melepaskan mereka begitu saja karena mereka sudah terlibat"
si pria tak bisa diajak berunding
Eden mengeluarkan panah bumerang nya sambil berkata
"lepaskan sebelum ku bunuh semua anak buah mu"
sambil mengarahkan busur panahnya kearah dua orang pria yang menghunuskan pedang ke leher Marco dan justin
"baiklah kita lihat siapa yang lebih cepat, anak panah mu atau....."
'tttcccaaassshhh' 'bruugggkk'
dua orang anak buah si pria mati di tempat, anak panah Eden terbang kembali pada Eden dan sedikit menggores wajah si pria.
si pria dan anak buahnya tampak kaget dengan apa yang mereka lihat.
di tambah sorot mata Eden yang tajam seolah ingin membunuh mereka semua.
"lepaskan mereka!"
Eden kembali mengucapkan hal tersebut dengan sedikit lantang.
si pria tak punya pilihan lain, ia tak bisa membiarkan anak buahnya terus mati, ia kemudian melepaskan Justin dan Marco.
"sebagai gantinya aku akan ikut bersama mu" ucap Eden
Marco dan Justin berusaha mencegah Eden namun Eden tak menghiraukan permintaan mereka, ia malah memberikan sebuah gelang sambil berkata,
"pergilah, cari pemain biola yang kita lihat semalam di gedung pertunjukan, namanya Arthur. mungkin dia bisa membantu kita"
Marco dan Justin sedikit kebingungan dengan permintaan Eden karena mereka sadar bahwa si pemain biola bukanlah orang sembarangan, mereka merasa mustahil untuk dapat menemui orang tersebut dan meminta bantuan.
"kata kuncinya adalah Eden. tunjukkan gelang tersebut dan katakan padanya bahwa Eden membutuhkan bantuan"
"tapi..." ucap Marco
"percayalah pada ku, aku pasti akan menyelamatkan Lucas,, selama 3 hari jika aku tidak kembali carilah Arthur dan minta bantuan padanya"
setelah meyakinkan marco dan Justin, Eden kemudian berjalan menghampiri si pria dan pergi bersama mereka.