Eden menyelam menuju bawah air terjun, di sana ia menemukan sebuah arus yang berlawanan dengan aliran air.
Eden berusaha masuk kedalam arus tersebut, ia sempat kesulitan saat masuk karena arus air menghalangi pandangannya, bahkan nafasnya hampir habis.
ia terus berusaha sekuat tenaga untuk masuk dan akhirnya berhasil, ia terus berenang hingga sampai kepermukaan air, ternyata ada sebuah goa di dalam air terjun tersebut.
dengan nafas sedikit terengah-engah dan terbatuk Eden mulai menepi sedikit, keadaan goa cukup gelap, Eden tidak bisa melihat apapun namun cincin yang ia kenakan tiba-tiba bercahaya.
dengan mengandalkan cahaya dari cincin, ia terus berjalan menyusuri goa hingga sampailah pada suatu tempat, Eden melihat sebuah peti yang terkunci dan berusaha untuk membuka peti tersebut namun tidak berhasil.
setelah memahami bentuk kuncinya ia baru sadar bahwa lubang kunci mirip dengan cincin yang ia kenakan.
kemudian Eden meletakkan batu ruby cincin nya ke lubang kunci peti, dan peti tersebut akhirnya terbuka.
tidak berselang lama, muncul sebuah bayangan dari peti, ia seorang perempuan berwajah cantik, memiliki rambut berwarna merah dan mulai berbicara dengan Eden.
"Eden, saat melihat ini mungkin kau sudah tumbuh dewasa dan menjadi gadis yang sangat cantik. iya aku adalah ibu mu, aku sengaja menyimpan senjata ini untuk mu. gunakanlah untuk melindungi diri mu dan orang yang kau sayangi. maaf karena tidak bisa berada di sisi mu, kami selalu mencintaimu"
Eden mulai menitihkan air matanya, ia mengambil busur panah dan juga anak panahnya.
Eden mencoba senjata itu, ia memanah dinding goa yg ada didepannya dan
"boooommmmm" suara ledakan itu menembus batu besar yang tepat berada di bawah air terjun.
mendengar suara ledakan tersebut, Cecilia dan Chris terkejut.
tak lama berselang Eden keluar dari arah air terjun, kemudian berenang menuju Chris dan Cecilia.
"nooonnnaaa"
ucap Cecilia sambil berteriak keras.
Eden yang berhasil menepi menghampiri Cecilia
"aku berhasil mendapatkan nya"
sambil memeluk Cecilia dan Chris kemudian melompat-lompat senang.
tangis Eden tiba-tiba pecah, ia menceritakan kejadian yang barusan ia alami, mengenai pesan ibunya.
Cecilia tak kuasa menahan tangis dan mencoba menenangkan Eden.
dari kejauhan Noah memperhatikan mereka bertiga, awalnya ia mencoba untuk datang menghampiri namun niatnya urung dilakukan karena Eden sudah kembali dengan selamat, ia berkata dengan lirih
"gadis yang menarik".
malam itu berlalu dengan keberhasilan menemukan senjata rahasia Anna Lewis.
keesokan harinya Chris menerima pesan dari tuan Jose, mengenai tulisan kuno Aztec dan sesuai seperti ucapan Noah sebelum nya.
Jose berpesan ketika sudah mendapatkan senjata mereka harus segera pergi dari utopia.
mendengar perintah Jose, Eden, Chris dan Cecilia memutuskan untuk pergi hari itu juga. Chris menyarankan untuk meninggalkan Noah dengan alasan bahwa Noah bukan berasal dari Aztec sehingga mereka tidak bisa membawanya pergi.
dengan berat hati Eden mengikuti saran Chris dan pergi tanpa berpamitan.
Noah saat terbangun tidak melihat seorangpun di rumah, entah kenapa ia begitu kecewa karena ditinggalkan.
15 menit berlalu ia hanya terdiam dan menatap ke arah jendela, namun tiba-tiba Eden masuk ke dalam rumah, menuju ke arah Noah dan memeluknya
"maaf, maafkan aku sudah meninggalkan mu. tidak seharusnya aku meninggalkan mu seperti ini" .
mendengar perkataan Eden, hati Noah menjadi luluh, ini pertama kalinya ada seseorang yang tidak meninggalkan nya..
Noah menggerakkan tangan kirinya dan menyambut pelukan Eden dengan hangat.
tidak lama berselang, Chris dan Cecilia kembali.
mereka bahkan mengucapkan maaf karena telah meninggalkan Noah sendirian.
Eden mengajak Noah untuk pergi bersama sampai Noah sembuh, awalnya Noah menolak namun karena ketulusan hati Eden , hati Noah luluh dan memutuskan untuk ikut pergi bersama Eden.
perjalanan hari itu tidak melewati pos penjagaan, mereka lebih memilih jalan memutar untuk menuju laut thalsa.
di sana merupakan tempat tinggal pertama Eden saat tiba di The Great Aztec, perjalanan memakan waktu kurang lebih 2 hari 1 malam. setelah mengalami perjalanan yang cukup melelahkan mereka tiba di rumah kayu dekat laut thalsa dan memutuskan untuk segera beristirahat.
(keesokan harinya di kerajaan)
Jose dan Hansel menemui raja..
mereka menyinggung masalah pernikahan dengan sang raja,
"yang mulia, hamba ingin menyampaikan sesuatu pada anda"
pelan-pelan berkata pada raja
"katakanlah"
jawab raja
"yang mulia, sudah saat nya anda memiliki penerus, anda harus segera menikah yang mulia"
ucap Hansel
"benar yang mulia, hubungan anda dengan putri Liliana sudah lama berlangsung, seharusnya yang mulia segera meresmikan nya"
imbuh Jose
mendengar hal itu yang mulia sedikit marah dan berkata
"Liliana? dia bukan siapa-siapa, aku hanya sekedar menikmati waktu luang bersama nya!"
"tapi anda harus segera menikah yang mulia" imbuh Hansel
"iya benar aku harus menikah tapi bukan dengan Liliana"
ucap raja sedikit acuh
"lalu apakah yang mulia sudah memiliki pilihan calon permaisuri?"
imbuh Jose
raja tidak menjawab dan berpura-pura tidak mendengar.
Jose dan Hansel saling menatap dan salah satu dari mereka bertanya
"yang mulia apakah anda mendengarkan kami?"
"apa? apa yang kau katakan, tentang apa itu aku tidak mendengar karena sedang berkonsentrasi membaca"
ucap raja sedikit acuh
"bila yang mulia tidak memiliki pilihan calon permaisuri maka kami sebagai penasehat akan memilih calon untuk anda"
masuklah pengawal kerajaan untuk menghadap raja,
"hamba ijin melapor yang mulia"
"katakan"
ucap raja
"kami sudah menemukan nya"
ucap pengawal dengan yakin
"benar kah? dimana dia berada?"
tanya raja penasaran
"di laut thalsa tuan, dia tinggal di sana bersama pelayannya"
ucap penjaga
"penasehat"
ucap raja
"kalian ingin aku menikah bukan?"
"benar yang mulia, ini adalah keinginan rakyat" ucap Jose
"keinginan rakyat ya, kalau begitu aku mau menikah tapi harus dengan peraturan yang aku buat sendiri, apakah kalian setuju dengan permintaan ku?"
Jose dan Hansel menjawab raja tanpa rasa ragu sedikitpun
"tentu saja yang mulia, apapun akan kami lakukan asal yang mulia mau menikah"
"baiklah, aku akan menulisnya dan ini harus di sah kan dengan stempel raja"
sembari menulis kemudian melemparkan gulungan kertas ke arah Hansel
"ini, bacalah dengan keras"
"raja mencari seorang pendamping yang menguasai ilmu beladiri dan pedang, dia harus cantik dan mandiri. siapapun bisa mendaftar dan mengikuti seleksinya. raja yang berhak memberi keputusan lolos atau tidaknya seseorang peserta untuk menjadi pendamping raja, TTD raja"
setelah mengerti isi tulisan tersebut, ke dua penasehat dan pengawal terkejut, mereka tidak bisa menolak karena ini adalah keputusan raja dengan stempel kerajaan yang artinya sudah sah menjadi peraturan baru.
kemudian Jose mencoba membuat kesepakatan dengan raja
"tapi yang mulia, bukankah semua anak bangsawan di negeri ini hanya fokus pada pendidikan dan attitude untuk menjadi seorang lady yang terhormat, jadi tidak mungkin dari mereka bisa lolos"
"mereka bisa mengirimkan perwakilannya, tapi tentu saja akan ada nilai khusus bagi mereka yang terjun langsung sebagai peserta"
ucap raja
"lalu bagaimana sistem seleksi nya yang mulia?"
ucap Hansel
"tentu saja sama seperti saat aku membuka seleksi untuk pengawal"
"bukankah ini kelewatan yang mulia, jika anda tidak ingin menikah maka kami dapat menundanya sampai tahun depan"
imbuh Jose
"kalian cerewet sekali, aku ingin segera menikah tahun ini. kalian tidak bisa menunda sampai tahun depan. lagi pula aku tidak suka dengan istri yang bermalas-malasan, duduk seharian di istana, menebar senyum seperti seorang malaikat.. itu menjijikkan, aku ingin mempunyai istri yang bisa melindungi dirinya sendiri"
semuanya terdiam dan tidak berdaya dengan perkataan yang mulia.
"kalau begitu hamba akan menyebarkan berita ini keseluruh pelosok negeri"
ucap Jose
"baguslah, ingat jangan sampai terlewat satu sudut pun di negeri ini"
ucap raja
"baik yang mulia"
"tunggu dulu, selama proses ini berlangsung aku tidak mengizinkan siapapun menemui ku termasuk para pejabat dan juga Liliana. hanya orang yang mendapat ijin khusus dari ku yang boleh menemui ku"
ucapnya ketus
"baik yang mulia, kami permisi dulu"
ucap penasehat dan pengawal lalu keluar dari ruang kerja raja.
pengawal mulai menempel berita di papan pengumuman kota, dan juga melalui selebaran yang tersebar ke seluruh pelosok negeri.
orang-orang mulai membicarakan pengumuman ini dan membuat banyak orang berbondong-bondong mendaftar ke istana.
di laut thalsa, pagi ini Eden berlatih pedang di pinggir pantai bersama Chris..
"hyyaaaaaaaa" "tttiinggg .. tiinnnnnggg... triiingggg"
pedang Eden berhasil mengoyak pertahanan Chris dan sesi latihan berakhir dengan ujung pedang Eden yang tepat terhunus di leher Chris.
"sudahi dulu hari ini, kita lanjutkan besok nona" ucap Chris dengan nafas sedikit tersengal.
Eden meletakkan pedang dan duduk di atas pasir putih, sambil meminum air kemudian mengatur nafasnya.
Noah menghampiri mereka berdua dan duduk disampingnya,
"apakah aku boleh bergabung?"
"ya tentu saja"
ucap Eden
"kau sangat pandai dalam memainkan pedang" ucap Noah
"kau sedang memuji atau bertanya?"
ucap Eden
"kedua nya"
jawab Noah singkat
"terimakasih"
jawab Eden singkat pula
"baiklah"
sahut Noah
"Heii percakapan macam apa ini, sungguh aneh"
ucap Chris kesal mendengar pembicaraan keduanya
Eden dan Noah tersenyum kecil menanggapi Chris
"baiklah lebih baik aku pergi membantu Cecilia" sambil berdiri dan beranjak pergi menuju rumah kayu.
mereka berdua sama-sama diam sambil menikmati deburan ombak dan juga angin sepoi-sepoi.
Eden membuka percakapan sembari menunjuk ke arah laut thalsa
"itu, kumpulan awan hitam di sana adalah jalan menuju rumah ku"
"kau benar-benar bukan dari sini?"
tanya Noah sedikit terkejut dengan ucapan Eden sambil menatap ke arah Eden
"orang tua ku berasal dari sini tetapi aku tumbuh dan besar diluar sana"
imbuh Eden lirih sambil sesekali menundukkan kepala seolah menyesal memiliki kehidupan yang tak biasa
"lalu bagaimana kau sampai disini?"
tanya Noah
"ceritanya sangat panjang, yang jelas aku berada di sini karena ditinggalkan"
imbuh Eden kemudian mengangkat kepala dan memandang ke arah langit sambil sesekali berkedip menahan agar air mata nya tak jatuh
"karena itu kemarin kau memutuskan untuk kembali dan menjemput ku?"
ucap Noah
"ya begitulah, aku pernah merasakan sakitnya ditinggalkan, aku tidak ingin kau mengalami hal yang sama seperti ku"
menjawab Noah kemudian melihat ke arahnya
"terimakasih"
ucap Noah lega
"sudahlah toh aku yang salah, sekarang kita kan sudah bersama"
sambil menyenggol Noah dan tersenyum padanya
"jika aku bukan berasal dari Aztec apakah kau masih mau menemui ku?"
tanya Noah
"hei ada apa dengan kalimat mu itu, seolah kau akan pergi jauh. jawaban ku tentu saja, kita kan teman"
sambil tersenyum
setelah percakapan siang itu, Eden dan Noah kembali ke rumah kayu untuk beristirahat.