Chereads / Autumn in My Heart / Chapter 8 - Pengorbanan Atas Nama Cinta

Chapter 8 - Pengorbanan Atas Nama Cinta

Hari sudah sore ketika Zia sampai di rumah adiknya. Yahhh dia tidak bisa melewatkan rutinitas mengunjungi keponakannya. Langit sudah terlihat gelap, Zia melirik jam tangannya. Hmmmm baru menunjukkan pukul empat sore, artinya mungkin sebentar lagi akan hujan.

Tere yang sudah berdiri di teras tampak terkejut.

"Kamu udah bisa nyetir?" Tatapan Tere masih terlihat tidak percaya.

"Ngak usah terkejut begitulah, aku belajar nyetir setiap weekend. Lagian emang lebih praktis kalau aku bisa nyetir kan? Kesana kemari lebih gampang." Zia membiarkan dirinya terjatuh di sofa yang ada di ruang tamu adiknya itu.

"Iya tapi takjub aja, sekali tau nyetir udah langsung perjalanan jauh. Empat jam itu ngak singkat loh". Suara Tere terdengar khawatir. Siapa yang ngak khawatir, kakaknya itu nyetir sendirian selama empat jam. Zia mengerti kekhawatiran adiknya namun dia lebih memilih menggendong Kyrie yang sedari tadi sudah minta dipeluk.

Sementara Tere berlalu pergi ke dapur menyiapkan makan malam untuk mereka. Sedikit lagi suaminya juga pulang kerja. Sesekali terdengar suara Kyrie tertawa renyah di ruang tamu, sudah pasti tantenya sedang mengelitik perutnya.

"Re, punya rekomendasi apartemen yang bagus sekitaran daerah sini? Ngak perlu mewah sih, yang penting nyaman aja." Tanya Zia sambil membolak balik majalah yang ada di genggamannya tanpa menatap adiknya.

"Emang kenapa? Siapa yang nyari?" Tere menatap penasaran ke arah kakaknya.

"Aku yang nyari. Aku minta pindah ke cabang sini sama bos."

"Kok bisa? Kenapa emang disana? Ngak betah lagi?" Tere masih penasaran dengan keputusan kakaknya itu yang begitu tiba-tiba.

"Ngaklah, nyaman-nyaman aja. Kan bagus kalau aku pindah dekat sini, bisa lebih dekat sama Kyrie juga."

"Bisa lebih dekat sama Kyrie apa sama Eiverd?" Tanya Tere sambil memicingkan matanya.

"Kedua-duanya". Balas Zia sambil memainkan matanya berusaha menggoda Tere.

"Kamu tahu sendiri kan Re, aku sama Eiverd LDR. Capek juga kan kalau aku bolak balik kemari hanya buat ketemuan sehari." Zia berusaha memberi penjelasan.

"Iya aku tahu, tapi emang Eiverd ngak bisa nemuin kamu disana kalau weekend? Kan dia kerja cuman sampai Jumat doang. Berkorban dong sekali-kali biar kamu tuh terasa berharga buat dia." Jelas Tere ngak bisa menerima alasan kakaknya itu. Menurutnya, Eiverd yang harus berkorban waktu demi hubungan mereka, bukannya Zia yang bela-belain pindah tempat kerja.

"Aku kasihan aja sama dia kalau setiap minggu harus pergi ke tempat aku terus. Lagian ini ngak merugikan kok. Udah ahhh,, jadi kamu punya rekomendasi apartemen ngak?" Zia berusaha menyudahi perdebatan kecil ini.

"Oke, asal jangan sampai nyesal aja. Yaudah, besok aku coba kontak teman aku. Mungkin dia bisa bantu nyariin apartemen sesuai keinginan kamu." Tere akhirnya menyerah dengan perdebatan itu. Mencoba menghargai keputusan kakaknya yang dibuat atas keputusan cinta. Bulsyittttt!!!

Malam ini Zia tidak bisa memejamkan mata, apa benar keputusan yang sudah dia buat? Bahkan dia tidak mendiskusikan keputusannya ini dengan kedua orang tuanya, Tias bahkan Eiverd.

Inikah yang disebut pengorbanan cinta? Dia hampir tertawa setelah menyadari sudah lama dia tidak jatuh cinta sedalam ini. Eiverd benar-benar telah menghipnotis dirinya.

Bahkan yang ada dipikirannya adalah untuk membuat laki-laki pujaannya itu bahagia, tanpa dia tahu sejauh mana dia bisa terluka.

Di kamar yang berbeda, Tere masih merasakan kecemasan lain. Sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan, apalagi harus menyampaikan pada Zia. Dia hanya tidak ingin kakaknya akan terluka lagi. Terkadang memang lebih baik diam daripada menjelaskan semua yang terjadi, karena kenyataannya kebenaran bisa membunuh orang lain secara perlahan.