Weekend pun tiba. Zia berencana menghabiskan weekend kali ini dengan mengajak ponakannya bermain di Mall sekaligus dia bisa shopping.
Zia baru saja ingin melangkah masuk ke salah satu Mall yang ada di kawasan Serpong ketika mendengar teriakan kecil Tere. Terlihat senyum indah dibibir mungil Kyrie yang selalu senang jika diajak main ke Mall. Anak jaman sekarang beda sama jaman dulu, masa kecilnya Zia dan Tere dihabiskan dengan main lompat tali atau bola kasti. Boro-boro diajak ke Mall, dibeliin snack kesukaan mereka saja girangnya sudah minta ampun.
Mereka berjalan menuju tempat bermain anak-anak, pilihan pertama jatuh pada kuda-kudaan. Zia langsung menggendong Kyrie dan naik ke salah satu kuda gantung yang nantinya akan berputar. Tawa renyah Kyrie terdengar di antara keributan tempat bermain itu. Mungkin dia geli harus naik kuda yang berputar-putar. Tere dan suaminya yang menunggu hanya bisa tersenyum melihat anak mereka yang bisa dibilang kegirangan.
Berbagai macam jenis permainan mereka coba, bahkan kini bukan hanya Kyrie yang menikmati permainan namun mereka semua.
Tak terasa sudah dua jam mereka menghabiskan waktu untuk bermain. Perut pun sudah minta diisi.
"Re, makan di tempat biasa aja yuk." Ajak Zia yang masih menggendong ponakannya.
"Terserah kamu, emang udah lapar banget nih. " Jawab Tere yang langsung berjalan menuju ke restoran yang dimaksud Zia.
"Nanti selesai ini kalian mau kemana?" Tanya Zia sambil mengunyah makanannya.
"Kayaknya langsung balik, ntar malam ada undangan dari temen aku. Biar Kyrie bisa istirahat dulu, soalnya dia suka rewel kalo terlalu capek."
"Yaudah, berarti kalian duluan aja. Aku masih ada urusan sebentar."
Zia menghujani ciuman bertubi-tubi di pipi ponakannya sebelum mereka berpisah. Anak perempuan mungil itu hanya bisa pasrah dengan kelakuan tantenya.
Zia melangkahkan kaki menuju butik langganannya. Dia butuh refreshing dan satu hal yang membuat dia bahagia adalah belanja walaupun masih banyak pakaiannya di lemari yang belum sempat di pakai. Begitu juga tas dan sepatu. Mungkin hanya wanita yang tahu dan mengerti mengapa hal itu terjadi.
Sudah agak sore ketika Zia keluar dengan tas belanjaan yang memenuhi kedua tangannya. Baru saja akan keluar, ketika dia melihat Nilam dan Tias turun dari mobil.
"Kebetulan sekali bisa bertemu disini." Sapa Zia yang sedikit mengejutkan Tias.
"Banyak amat belanjanya, galau yah bu?" Ledek Tias yang fokus pada belanjaannya Zia. Nilam hanya tersenyum melihat tingkah kedua perempuan itu.
"Kalau galau ngak belanja neng, pasti nyari kamu buat curhat." Jawab Zia cekikikan.
"Kamu udah mau balik?" Tanya Nilam pada Zia memotong pembicaraan mereka.
"Rencananya begitu, tapi kalau ada tawaran nonton atau minum kopi apalagi di traktir, aku gabung deh." Mereka hanya tertawa mendengar jawaban Zia.
"Yaudah, sana masukin belanjaan kamu di mobil biar kita jalannya enteng." Perintah Tias pada Zia yang langsung menuju tempat dimana mobilnya di parkir.
Mereka memutuskan menonton film di bioskop. Banyak film baru yang keluar namun pilihan mereka jatuh pada salah satu film action yang dibintangi aktor favorit Zia, Tom Cruise.
Selesai menonton, mereka mencari tempat nongkrong untuk sekedar minum kopi. Semakin sore suasana Mall tersebut semakin ramai. Mereka harus memutar dua kali untuk menemukan tempat yang nyaman.
"Maaf pesan messenger kamu ngak dibalas, aku lupa." Nilam membuka percakapan dan menatap Zia.
"Ngak apa-apa, aku ngerti pasti kalian sibuk." Jawab Zia enteng, dia tak ingin membuat Nilam merasa tak enak hati hanya karena tak membalas pesannya.
"Pesan apa sih?" Tanya Tias yang kelihatan bingung.
"Kepo amat." Zia menjulurkan lidah menggoda Tias.
"Zia messenger aku untuk tanya kabar Eiverd." Jawab Nilam sambil memasukan kentang goreng ke dalam mulutnya.
"Sebentar, sebentar. Kok kamu nanya ke Nilam? Emang dia sudah tahu?" Tias menatap Zia dengan tatapan penuh arti.
Selama ini memang hanya Tias yang tahu tentang hubungan Zia dan Eiverd, sampai pada hari itu dimana Nilam melihat mereka ketika akan berkunjung ke apartemen Eiverd. Keesokan harinya, Nilam mengirim pesan pada Zia untuk memastikan apa yang dilihatnya semalam dan tentu saja Zia tidak memiliki alasan untuk mengelak.
"Kenapa kamu ngak tanya ke Eiverd langsung? " Tanya Tias bingung karena menurutnya Nilam bahkan tidak terlalu dekat dengan Zia.
"Eiverd sepertinya tidak ingin privasinya diganggu, lagian kalo dia mau dia udah cerita duluan." Ucap Nilam tenang.
"Terus kamu ngak merasa risih nanya ke Zia?" Tias masih menyerang Nilam dengan pertanyaan.
"Aku cuma konfirmasi aja ke Zia, kalau Eiverd macam-macam ataupun Zia yang selingkuh seenggaknya aku pegang kartu As mereka." Jawab Nilam disertai tawa.
"Aku ngak mungkin selingkuh, makanya aku pikir ada bagusnya Nilam tau biar aku punya mata-mata disana." Zia berkata sambil tersenyum penuh arti menatap Nilam.
"Sepertinya hubungan kalian memang sudah tidak bisa disembunyikan lagi. Pada akhirnya satu per satu orang terdekat kalian akan tahu tentang hal ini. Kenapa sih ngak go public aja? Kalian itu sama-sama single, bukan selingkuh kan?" Cerocos Tias yang gemas dengan hubungan petak umpet kedua sahabatnya itu.
"Aku ngak mau Eiverd jadi ngak nyaman kalau kita go public. Aku rasa dia juga ingin privasi." Ucap Zia pelan.
"Dan kamu harus tahu, resikonya terlalu besar dibandingkan ketidaknyamanan Eiverd." Tandas Tias sebal.
Nilam hanya terdiam, semakin banyak yang dia tahu membuatnya semakin tidak nyaman. Sengaja atau tidak sengaja satu per satu fakta muncul dengan sendirinya.
Zia hanya menatap Tias dengan tatapan kosong. Apa arti ucapan sahabatnya itu? Apakah ada hal yang selama ini disembunyikan Tias tentang Eiverd?
Sementara Tias berusaha menyibukkan dirinya dengan pura-pura memainkan HP-nya. Apakah Zia merasa curiga dengan perkataannya barusan? Mengapa dia begitu bodoh sampai bisa berkata seperti itu kepada Zia? Dan sekarang dia pun tak berani menatap sahabatnya itu.
Mereka akhirnya memutuskan pergi setelah kopi dan cemilan yang dipesan tak bersisa lagi. Zia pun melambaikan tangan dan tersenyum ke arah Tias dan Nilam sebelum menaiki mobilnya.
Ketika baru menghidupi mesin mobilnya, deringan nada di handphone menandakan sebuah pesan masuk.
"Besok kalau kamu ngak sibuk, aku mampir ke apartemen kamu."
Zia tersenyum dan membalas OK.