Pada pagi hari di gerbang desa Waltz , terlihat beberapa orang yang mengantarkan sebuah kereta kayu yang ditarik oleh dua ekor kuda hitam. Disana ada beberapa orang warga, keluarga James, serta Jones dan Ellen sedang melihat empat orang yang sedang bersiap-siap untuk pergi. Salah satu orang tersebut berjalan mendekati keluarga James dan mengusap kepala Mathew dengan lembut sambil tersenyum sedih.
" Mat..sudah atuh jangan pasang wajah sedih gitu, kan udah Bayan ajarin main bola dari rotan dan main kucing kucingan " di hari sebelumnya, Kabayan berbicara tentang keinginannya untuk ikut dengan Eliza kepada keluarga James, Mathew memohon pada James untuk bisa ikut dalam perjalanan tersebut, namun James bersikeras menyuruh jika Mathew harus menjadi seorang yang kuat bila dia ingin melihat dunia luar.
Oleh karena itu, Bayan menghabiskan hari nya dengan Mathew untuk bermain dengan anak-anak kecil di desa Waltz, dia mengajari anak-anak kecil bermain kucing-kucingan dan bermain bola sepak yang ia buat dari rotan. Mathew dan anak-anak di desa Waltz pun merasa senang dengan hal baru yang mereka temukan.
Meskipun Mathew bukanlah anak kecil lagi, namun dia sering mengasuh dan mengajak anak-anak kecil sekitar untuk bermain dan dia bisa disebut pemuda yang sangat aktif di desa Waltz. Oleh karena itu Mathew sangat polos dan masih memiliki sifat seperti anak kecil hingga James takut untuk membiarkan anak polosnya itu pergi dari desa.
" Nanti Bayan pasti dateng kesini lagi kok Mat, nanti baru deh Mamat bisa ikut, makanya giat berlatih biar bisa jadi petarung yang kuat "
" Iya Ka Bayan, tapi Ka Bayan juga kan belum kuat tapi bisa pergi berpetualang "
" Ha..haha.. Bayan mah kan ditemenin Eliza sama Mang Onal, jadi aman atuh lah " jawab Kabayan dengan terpaksa mengakui bahwa ia pun bukan orang yang kuat. Mang Onal adalah Ronald yang merupakan kepala pelayan di rumah Eliza, dan dia menemani Eliza pergi ke desa Waltz bersama anak perempuannya, Rose, yang merupakan pelayan pribadi Eliza.
" Terima kasih Kang James sama Bu samantha yang udah ngijinin Bayan tinggal di rumah, maapin Bayan sudah merepotkan " ucap Kabayan sambil membungkukkan badannya sedikit. Ia sudah diberitahu oleh Eliza bahwa dia harus terbiasa membungkukkan badan ketika menyapa dan memberi terima kasih kepada orang lain, ini adalah etika bangsawan di Leviana, dan Kabayan pun diharuskan terbiasa dengan etika bangsawan jika ia nanti bertemu seorang bangsawan.
" Tidak apa apa Bayan, kami senang bisa membantumu disini, jangan lupa untuk berkunjung kembali kesini, pintu rumah kami selalu terbuka untukmu " ucap Samantha, James pun membetulkan pernyataan Samantha dan tersenyum pada Kabayan.
" Ki Jones terima kasih untuk bimbingan dan pelajarannya, Bu Ellen terima kasih juga, Aku pasti akan kembali lagi nanti kesini " Kabayan pun memberi salamnya pada kedua pasang suami istri ini yang 'mungkin' akan menjadi mertuanya nanti.
" Mmm....iya hati hatilah disana dan tetap berlatih sihirmu setiap hari Bayan " Jawab Jones dengan senyumnya yang sedikit aneh, Kabayan pun mulai menyadari kenapa ia jarang sekali tersenyum, karena senyumnya terlihat sedikit menyeramkan.
" Selamat jalan Bayan, Aku harap kau bisa menjadi penyihir yang kuat ketika kita bertemu lagi " Ucap Ellen. Dan Eliza, Ronald, dan Rose membungkukkan badannya ke arah Jones dan Ellen setelah memberikan salam, dan mereka pun mulai menaiki kereta kudanya.
Kabayan melambaikan tangannya ke arah warga sambil menaiki kereta kuda. Kereta kuda ini cukup luas dan masih menyisakan banyak ruang meskipun sudah diisi oleh 3 orang. Ronald duduk di depan untuk mengendalikan kuda yang mendorong kereta ini, Bayan pun duduk di kursi yang bersebrangan dengan Eliza. Rose duduk disamping Eliza sambil memperhatikan Kabayan.
Saat Ronald mencambuk kuda yang mendorong kereta ini, kuda itu pun mulai berjalan dan mendorong kereta kuda ini menyusuri satu-satu nya jalan besar yang ada di desa ini, Bayan pun mendengar teriakan Mathew yang keras dari dalam keretanya.
" KA BAYAN! MAMAT JANJI MAMAT BAKAL KUAT! JADI KESINI LAGI DAN AJAK MAMAT YA !!! "
Kabayan tertawa mendengar teriakan Mathew yang keras itu, dia mengeluarkan kepalanya lewat jendela yang ada di sampingnya dan berteriak kembali kepada Mathew,
" SIAP MAT 86 ! HAHAHA! "
Kabayan pun kembali memasukan kepalanya dalam kereta, Eliza dan Rose tersenyum melihat keakraban Mathew dan Kabayan. Kabayan sebenarnya sangat sedih untuk meninggalkan desa Waltz, namun dia ingin mempelajari dunia ini lebih jauh dan juga ingin berpetualang melihat dunia yang terlihat indah dan memiliki monster-monster buas di dalamnya. Dia berharap perjalanannya tidak putus ditengah jalan dan bisa menyelesaikan perjalanan di dunia ini.