"Dimengerti!"
Ujar Daniel, Angga dan Adnan bersamaan saat mendengar komando Rei dan keduanyapun secepat yang mereka bisa pergi ke jalur di mana Aileen berada saat ini.
"Seperti biasa kamu selalu bertindak sendiri."
Rei tidak menjawab perkataan Aksa dan berkata.
"Terserah, aku pergi."
Rei menutup telponnya dan terus melaju hover bikenya supaya dia bisa cepat-cepat menemukan Aileen.
***
Beberapa menit berlalu dan Rei yang masih terus melaju hover bikenya dan mencari keberadaan perempuan yang dimaksud. Tidak lama kemudian dari kejauhan terlihat samar-samar seorang wanita berambut hitam panjang yang tampak sedang di ancam oleh laki-laki di belakangnya, iapun langsung mengincar kaki laki-laki itu dan menembak kakinya menggunakan pistolnya yang sudah di pasang peredam suara namun dia berhasil menghindar membuat Rei merasa kesal.
Laki-laki itu itu berbalik membuat Rei bisa melihat apa yang dilakukan pria itu pada Aileen. Dia menggertakkan giginya dengan marah, ia tidak bisa menembak pria itu sekarang karena pria itu menjadikan Aileen sebagai tamengnya. Kalau ia mencoba luka yang akan Aileen alami hanya akan menjadi semakin dalam. Tapi ia masih punya kesempatan. Kalau ia bisa mengalihkan perhatian pria itu Aileen mungkin bisa membebaskan dirinya sendiri jadi Rei tetap mengacungkan pistolnya ke arah pria itu.
"Lepasin perempuan itu."
Mendengar suara berat laki-laki lain yang mencoba menolongnya mendekat, Aileen melihat samar-samar seorang laki-laki lain yang memiliki kulit pucat, rambut hitam ikal dengan ombre warna merah menghampirinya. Namun saat melihat wajah laki-laki itu ia sangat terkejut. Wajahnya sangat mirip dengan seseorang yang dia kenal tapi bagaimana bisa? 'Dia' sudah meninggal empat tahun yang lalu kenapa seseorang yang wajahnya mirip dengannya tiba-tiba muncul di hadapannya saat ini?
"Harusnya aku yang bilang begitu, kalau kamu tidak menjatuhkan pistolmu aku akan memotong nadi perempuan ini sekarang juga."
Aileen tampak agak gelisah dan kesakitan, dia menjatuhkan belanjaannya ke tanah membuat isinya berceceran di jalanan. Ia tampak mencoba menggapai sesuatu di balik roknya. Rei merasa agak aneh melihat apa yang dilakukan oleh Aileen, tapi pria itu tidak mempedulikan apa yang dilakukan Aileen dan menatap perempuan itu dengan tatapan tajam.
"Diam gadis nakal, aku akan menjadikanmu karyaku yang selanjutnya. Tapi sebelum itu akan ku potong tubuhmu jadi beberapa bagian dan wajahmu akan ku jadikan sebagai pajangan."
Pria itu tertawa dengan kejam, untuk sesaat Rei merasa kalau ia mengenali suara pria itu tapi tidak ingat di mana. Aileen membalas tatapan pria itu dengan wajah yang tampak agak kesal tapi Aileen tidak menyerah dan berhasil menggapai sesuatu di balik rok pendek yang dipakainya, diapun berbalik menatap tajam pada pria di belakangnya sambil menghunuskan pistol yang dia sembunyikan di baik roknya ke kepala pria itu. Rei kaget melihat apa yang Aileen lakukan dan terdiam melihat hal ini. Pria itu juga membeku di tempat melihat wajah Aileen yang awalnya tampak ketakutan berubah seratus delapan puluh derajat menjadi tatapan dingin yang membuatnya merinding.
Dia tidak tampak ketakutan sama sekali dan memberi tatapan dingin pada pria di belakangnya. Aileen terlihat siap menembakkan peluru kearah kepala pria itu seakan mengambil nyawanya bukan masalah besar untuknya. Keringat dingin keluar dari pelipis pria itu, dia sama sekali tidak menduga kalau perempuan yang tampak lemah sepertinya bisa membalikkan keadaan seperti ini. Tidak mungkin pisol di tangannya itu asli... iya kan...?.
"Kamu jangan main main kamu kira aku bisa tertipu oleh pistol-"
Gadis itu menatap pria tadi dengan tatapan matanya yang tajam dan memotong perkataan pria itu dengan suara yang terdengar sangat dingin.
"Kamu kira ini mainan? Gimana kalau kamu buktiin sendiri?"
Aileen mengarahkan pistol satunya yang ia pegang di tangannya yang lain ke arah kaki pria itu dan menekan pelatuknya, dengan cepat sebuah peluru melesat ke arah kaki pria itu namun Aileen dengan sengaja tampak memelesetkan pelurunya tepat kurang dari satu millimeter dari kaki pria itu tanpa melihat sedikit pun kebawah.
"Hm... Aku meleset, berikutnya... Aku gak akan meleset lagi."
Ujar perempuan itu dengan nada datar sambil menengadahkan kepalanya, pria itu bergetar ketakutan dan menurunkan tangannya dengan perlahan dan menjatuhkan pisau daging yang dibawanya tadi. Rei sampai bengong melihat Aileen dengan mudah berhasil membalikkan keadaan bahkan dengan santai menginjak kaki pria itu dan mengeluarkan sebotol merica dari balik saku pakaiannya dan meniup merica yang sudah dia keluarkan dari botolnya itu ke mata orang yang sebelumnya mencoba melukainya tadi masih dengan high heels nya yang tidak berhenti menginjak kaki pria itu hingga dia terus menjerit kesakitan berkali-kali.
"Makannya jangan remehin perempuan bego."
Angga, Adnan dan Daniel yang baru sampai juga ikut terbengong-bengong melihat situasi ini dengan mata kepala sendiri, dimana wanita yang harus mereka tolong?!! Yang mereka lihat sekarang yang butuh bantuan justru laki-laki itu!! Dia bahkan tidak tampak kesakitan sama sekali dengan luka di lehernya dan malah fokus menyiksa orang yang melukainya dengan menginjak-injaknya!! Aksa tidak tampak kaget sama sekali dan hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Aileen.
"Kak... Apa itu bener bibi Aileen?..."
Aksa tertawa paksa mendengar pertanyaan Adnan yang tampaknya tidak percaya kalau Aileen adalah orang yang sama dengan orang yang sebelumnya menolongnya.
"Tentu itu dia, Aileen mungkin keliatan kayak mahasiswi biasa tapi sebenernya dia itu seorang aktifis yang kadang lakuin kerja lapangan juga. Gak mungkin aku rekrut orang sembarangan."
Sekalipun Aileen adalah pemilik gedung yang saat ini mereka tempati kalau dia tidak memiliki kemampuan Aksa tidak akan mungkin merekrutnya dalam kelompok mereka karena dia hanya akan menjadi beban. Aksa lebih mementingkan kemampuan daripada latar belakang. Kalau ia tidak merasa Aileen mampu dia tidak akan membiarkan Aileen masuk kedalam kelompok mereka namun tetap memberitahunya saja agar dia tidak kaget.
"Selain novelis dan aktivis dia juga seorang buzzer dan dia punya informasi yang lebih mendalam tentang beberapa hal secara spesifik seperti sindikat perdagangan manusia dan penyelundup hewan yang dilindungi juga orang-orang yang terlibat dengan kasus pelecehan kepada wanita dan anak-anak karena itu kita membutuhkan dia, terlebih dia itu kuat. Jadi Angga kamu mending jangan coba-coba godain dia kalau gak mau kena tonjok."
Angga otomatis langsung menggeleng mendengar perkataan Aksa tadi, dia tidak mau cari masalah dengan perempuan itu. Tatapan dinginnya entah kenapa membuat ia merasa merinding. Dia bahkan tampak lebih menyeramkan dari Adara saat ia melihat Aksa terluka dalam salah satu misi mereka. Terlebih melihat skill menembak yang di kuasai Aileen tidak aneh Adara memilihnya menjadi anggota nomor delapan. Skillnya untuk memanipulasi lawannya dan menyerang di saat yang tepat benar-benar menakutkan. Sesuka sukanya ia menggoda perempuan Adara dan Aileen adalah satu satunya yang tidak akan mungkin ia goda.
Angga berani bersumpah dia tidak mau membuat masalah dengan Aileen ia masih ingin hidup. Ia lebih memilih di anggap pengecut oleh semua orang di dunia ini daripada melawan perempuan itu. Sekarang ia mengerti kenapa ketuanya itu takut saat ketahuan membiarkan mereka semua memakan makanan instan selama seminggu oleh Aileen. Dia lebih parah dari Adara!!
Daniel tidak banyak komentar dan hanya menatap Aileen yang masih menginjak-injak korbannya. Ia hanya menunggu Aileen selesai melampiaskan kekesalannya agar ia bisa cepat cepat membawa orang itu ke penjara nantinya.
Aileen menginjak kaki pria itu dengan sepatu hak tinggi berujung runcing yang dipakainya membuat pria itu kesakitan hingga terjatuh ke atas aspal membuat perhatian mereka yang tadi penasaran engan melihat apa yang dilakuakan aileen selanjutnya sementara Rei tampak biasa saja dan kembali beralih menatap pria yang tampak di injak dengan kencang oleh Aileen. Tiba-tiba mereka yang melihat jadi ngilu sendiri melihat apa yang dilakukan oleh perempuan itu.
"Dari tadi aku udah tahu kamu ada di belakangku bodoh, jangan remehin perempuan lagi ngerti?"