"Udah kalian gak usah khawatirin Aileen, kumpulin belanjaan Aileen. Biar aku sama Daniel yang urus orang tadi. Udah ini mendingan kalian balik aja ke rumah, biar aku yang jelasin semuanya sama Rei nanti."
Mendengar perkataan Aksa Adnan dan Angga hanya menganggukan kepala mereka dan melakukan apa yang di suruh sebelum kemudian pulang sementara Aksa mengikuti mobil Daniel dari belakang dengan hover bikenya.
***
Sesampainya di rumah sakit Aileen langsung mencium bau obat yang membuatnya merasa tidak nyaman, namun dia menahan perasaannya untuk ingin kabur karena ia harus segera di obati. Ia kehilangan orang-orang yang dia sayangi di tempat ini bagaimana bisa ia suka dengan tempat ini?. Dalam hati Aileen hanya bisa mengumpati orang yang menyerangnya tadi dan merasa kalau injakan kakinya tadi sepertinya masih belum cukup keras. Dokter melarangnya untuk pergi karena dia butuh transfusi darah dan infus. Jadi karena ia kebosanan dan batrai handphonenya habis hanya satuhal yang bisa ia lakukan, mengganggu Rei dan minta penjelasan padanya tentang kelompok mereka.
"Jadi kalian ini semacam detektif gitu?"
Mendengar pertanyaan Aileen Rei yang awalnya mengabari kondisi Aileen lewat pesan beralih menatapnya dan menjelaskan.
"Bukan, kami anggota organisasi rahasia yang melindungi negara. Kami disebut T.I.M. Adara dan Aksa adalah pendirinya."
Rei tidak mencoba menutupi apapun dari Aileen karena ia tahu Aksa ingin Aileen masuk dalam kelompok mereka, lagipula sekalipun dia tidak memberitahunya sekarang Aileen juga akan tahu sendiri nantinya. Aileen baru tahu kalau kakaknya memiliki rahasia sebesar ini, Adara sudah pasti menyembunyikan ini semua darinya karena tidak mau ia terlibat dengan masalah pribadinya. Tapi kalau begitu bukankah itu berarti kematian kakaknya bisa jadi benar bukan sekedar karena kecelakaan seperti yang ia fikirkan sebelumnya? Memikirkan hal ini Aileen kesal setengah mati. Kalau itu benar ia akan cari orang itu dan menyiksanya perlahan lahan!!
"Apa itu berarti kematian kakak bukan sekedar kecelakaan?"
"Oh pinter juga kamu."
Aileen memutar kedua bola matanya melihat wajah Rei yang tampak agak kaget, pemikirannya ini sebenarnya pemikiran normal. Lagipula kakaknya ini seorang milionair yang punya banyak pesaing bisnis, hal itu saja sudah membuatnya di target oleh banyak orang. Di tambah lagi dengan posisinya sebagai agen rahasia bagaimana mungkin Aileen bisa tidak curiga kalau kematian kakaknya terjadi karena kesengajaan oleh beberapa pihak?
"Kalau aku bodoh gak mungkin aku masih hidup dan berbaring di depan kamu sekarang."
Rei menganggukan kepalanya, Aileen agak kesal padanya karena laki-laki di hadapannya ini memiliki tingkah menyebalkan yang membuatnya ingin melemparinya dengan sesuatu tapi ia tidak bisa melakukannya karena tidak ingin infusnya lepas.
"Perkiraan kamu emang bener, Adara gak meninggal dalam kecelakaan tapi dia di bunuh seseorang. Orang itu pake alat pengendali jarak jauh yang bisa bikin mobil tanpa pengemudi bisa dia kendaliin. Prinsipnya mirip kayak pengendali jarak jauh di mobil mainan. Aku ngetes pengendali yang aku temuin di mobil yang di pake buat nyelakain Adara pake mobil Aksa dan hasilnya emang berhasil."
Aileen menatap Rei dengan tatapan aneh karena Rei terdengar sangat antusias menjelaskan prinsip pengendali itu kepadanya dengan bangga seakan dia baru saja menemukan sesuatu yang luar biasa. Aileen hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuannya. Selain itu dia dengan entengnya berkata jujur kalau dialah yang sudah merusak mobil Aksa seakan dia tidak bersalah sama sekali.
"Jadi kamu yang ngerusak mobil mas Aksa? Parah bener kamu."
Komentar Aileen hanya di balas senyuman miring olehnya.
"Ini demi pengetahuan, kalau gak di coba mana tahu bisa atau enggak kan?"
Aileen hanya menatapnya dengan tatapan datar sebelum kemudian ia mendengar Rei bertanya kepadanya.
"Ngomong-ngomong kenapa kamu gak suka banget sama rumah sakit?"
Aileen terdiam mendengar pertanyaan Rei kepadanya, ini adalah topik yang sensitif untuknya namun Rei malah menanyakannya secara tiba-tiba. Namun karena itu adalah cerita yang sudah lama dan merasa kalau Aksa akan memberi tahu Rei nantinya Aileenpun menjelaskan.
"Ibu dan ayahku meninggal waktu aku masih kecil dan aku gak inget sama wajah mereka sama sekali tapi semua orang yang kusayangi meninggal di rumah sakit. Pacarku salah satunya dan lucunya dia punya wajah dan suara yang mirip sama kamu."
Rei tampak terkejut sesaat namun hal itu tidak lama, ia bisa mengontrol ekspresi wajahnya kembali dan menatap Aileen dengan ekspresi yang normal seakan tidak terjadi apa-apa. Aileen sendiri juga tidak menyadarinya karena dia mengantuk karena efek obat pereda rasa nyeri yang dia minum.
"Orangnya kayak gimana?"
Aileen mulutnya yang menguap dengan salah satu tangannya sesaat sebelum kemudian membayangkan seperti apa almarhum pacarnya yang dulu juga ia panggil Rei sekalipun itu bukan nama aslinya. Rendi Aditia Winata kakak kelasnya sekaligus cinta pertama dan terakhirnya. Baginya posisi Rendi tidak akan bisa di gantikan oleh siapapun.
"Dia orang yang baik, pintar, dan penyayang. Semenjak dia meninggal gak pernah ada laki-laki yang bisa nyentuh aku kalau mereka tertarik sama aku secara romantis. Aku sendiri juga gak punya keinginan buat nyari pacar bagiku dia satu-satunya. Selain itu..."
Lama kelamaan Aileen merasa makin mengantuk dan mengantuk, ia tidak bisa menahan lagi rasa kantuknya dan memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar.
"Sampai sekarang ada hal yang belum sempet aku kasih tahu ke dia..."
Aileen tertidur dengan lelap sementara Rei menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
***
Seorang wanita tampak berjalan di sebuah gang sepi tanpa menyadari jika seseorang sudah membuntutinya dari belakang, wanita berambut kuning keemasan itu menengok kebelakang tapi tidak mendapati siapapun yang mengikutinya. Wanita itu menghela nafasnya dan kembali berjalan ketika tiba-tiba sebuah tangan menyekap mulutnya dan seorang laki-laki yang wajahnya tampak tertutup oleh jaketnya tersenyum lebar. Dengan horor wanita itu tampak berusaha untuk melepaskan dirinya sendiri.
"Hmph!! Hmph!!"
Laki-laki itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah pisau bedah dari saku jaketnya membuat wanita itu membeku di tempat karena ketakutan.
"Diam sayang, kalau kamu diem seenggaknya aku akan buat kematian kamu gak telalu menyakitkan."
Mendengar suara dari laki-laki yang menyerangnya wanita itu menengok untuk memastikan siapa yang menyerangnya ini. Kedua mata wanita itu membulat sempurna melihat siapa orang yang saat ini menyerangnya seakan tidak percaya dengan kedua matanya sendiri.
"Kamu-"
Belum sempat dia menyelesaikan perkataannya laki-laki itu langsung memotong nadi di leher wanita itu membuat teriakannya menggema di gang gelap tersebut. Setelah wanita itu mati laki-laki itupun menyeret tubuh wanita itu ke dekat tembok dan mulai memotong perut wanita itu dengan pisau mengeluarkan sesuatu yang dia cari. Setelah menemukannya diapun tersenyum kejam dan mengambil beberapa 'benda' yang diincarnya. Iapun pergi dari tempat itu setelah menjahit kembali lubang yang telah ia buat dan meletakkan pisau bedahnya itu kebali ke dalam jaketnya sebelum kemudian meninggalkan mayat bersimbah darah tadi di pojok gang sambil tersenyum. Tidak merasa bersalah dengan apa yang sudah di lakukan olehnya.
***
"Eh?!! Dia bukan pelakunya?!!"
Mendengar teriakkan Angga, Adnan langsung menjitak kepala Angga membuat ia mengaduh dan menatap Adnan dengan tatapan kesal.
"Apa sih?!!"
Adnan balas mendelik tajam kepadanya.
"Diem Angga, kamu bukan anak kecil lagi."
Ujarnya sambil memakan sarapannya dengan tenang dan beralih menatap Aksa dengan wajah penasaran.
"Apa bener bukan dia kak?"
Aksa mengangguk mendengar pertanyaan Adnan.
"Iya aku dapet kabar kalau terjadi pembunuhan lagi semalam, selain itu gak ada bukti kuat juga kalau orang itu pelakunya. Kamu inget pelakunya gak ninggalin bukti apapun kan?. Gak ada satupun sidik jari di mayat yang kita temuin sebelumnya dan cara orang itu menyerang Aileen dan cara membunuh tersangka juga agak berbeda. Menurut keterangan Rei orang yang menyerang Aileen sebelumnya ini bilang kalau dia mau menjadikan Aileen 'karya seni' dan menginginkan bagian tubuh Aileen untuk dijadikan sebuah karya, berbeda dengan tersangka yang memotong-motong korbannya dan memasukkannya ke dalam kotak kayu. Jadi aku ngerasa kita menangkap orang yang berbeda."
"Terus orang itu siapa?"