Chereads / T.I.M (treasure in murder) / Chapter 11 - Chapter 10; Takut dengan laki-laki

Chapter 11 - Chapter 10; Takut dengan laki-laki

Ujarnya sambil tersenyum manis dan menginjak kaki pria itu makin kencang hingga pria itu berteriak semakin kencang juga, Angga yang melihat kejadian itu hanya tertawa hambar.

"Mulai sekarang aku gak akan ngeremehin perempuan."

Bagaimana bisa dia baru sadar kalau sepatu yang tampak menyakitkan untuk di pakai itu sebenarnya adalah senjata mematikan? Dia baru tau!! Sementara itu berbeda dengan Angga yang ngeri Adnan malah tampak kagum dengan Aileen yang bisa berubah seratus delapan puluh derajat dari seorang wanita baik-baik yang tampak sangat sopan dan anggun menjadi seorang petarung.

Selain itu cara Aileen mengelabui pelaku juga tampak sangat sempurna. Pelakunya benar-benar mengira kalau Aileen adalah perempuan lemah pada umumnya dan tidak bisa melawan apapun yang akan di lakukan orang itu terhadapnya. Laki-laki itu pasti sangat terkejut. Tapi yang kaget bukan hanya dia ia an teman-temannya juga kaget!! Mereka sama sekali tidak menyangka Aileen bisa mengelabui orang dan menembakkan peluru selihai itu. Dia bahkan tidak perlu melihat untuk menembak!! Bagaimana caranya berlatih?! Ia sungguh ingin tahu!!

"Kak Aileen keren!"

Rei yang melihat darah mengalir dari bagian leher Aileen langsung tersadar dari lamunannya dan bergegas menghampirinya dan menarik lengannya membuat Aileen menghentikan perbuatannya dan akan menengok ke arah Rei namun Rei menghentikannya.

"Jangan nengok leher kamu kesayat kan tadi?"

Mendengar perkataan laki-laki yang tadi mencoba menolongnya ia baru ingat kalau lehernya memang baru tersayat sekarang Aileen baru merasakan rasa sakit di lehernya namun dia tidak tampak terlalu terganggu dan malah berhenti menginjak-injak orang yang ingin menyerangnya tadi sementara Rei memberikan sapu tangannya padanya.

"Tahan dulu pake itu, biar aku yang bawa kamu ke rumah sakit."

Aileen menerima saputangan pemberian Rei dan karena ia tidak bisa menengok pada akhirnya Aileen memutar seluruh tubuhnya menemukan Aksa dan semua orang yang bertemu dengannya tadi ada di sekitarnya sekarang. Iapun turun dari tubuh laki-laki itu dan beralih menatap Aksa.

"Kenapa kalian semua bisa ada di sini?"

Tanyanya kebingungan sambil menatap semua orang di sekitarnya, ia ingat dengan mereka semua. Yang rambut hitam dan saat ini sedang membawa orang yang tadi dia injak kedalam mobilnya adalah orang yang ia temui di dapur, crossdreser yang tadi ia temui juga ada di hadapannya selain itu yang satunya lagi playboy yang tadi ia lihat dikerubuni oleh perempuan saat dalam perjalanan pulan tadi.

"Halo bibi Aileen! namaku Adnan! yang bawa orang yang bibi injek tadi itu Daniel, yang rambut kuning ini Angga sementara yang ngasih sapu tangannya ke bibi itu Rei. Kami semua penghuni apartemen bibi!"

Sekarang Aileen tiba-tiba merasa kalau dunia ini ternyata benar-benar sempit, bagaimana mungkin ia mengira kalau orang-orang yang tidak sengaja di temuinya di jalan juga ternyata adalah penghuni apartemen kakaknya? Aileenpun melirik kearah laki-laki yang bukan hanya mirip dengan orang yang dia kenali namun juga memiliki nama depan yang sama dengan nama panggilan orang itu. Kebetulan macam apa ini?

"Karena kamu kami jadi bisa nangkap orang ini, ada kemungkinan dia adalah pembunuh berantai yang belakangan ini bunuh perempuan di sekitar sini jadi kami bener-bener ngerasa kebantu. Kerja bagus Aileen."

Dari perkataan Aksa sepertinya ini hal yang biasa mereka lakukan bersama-sama. kalau begitu perkiraannya memang benar, ada sesuatu yang lebih besar yang tersembunyi dibalik apartemen kakaknya. Dan sepertinya semua orang yang tinggal di apartemen ini terlibat. Itu artinya kerja part time yang Adnan maksud padanya tadi ada kemungkinan tugas khusus yang mungkin di berikan oleh atasannya dan orang yang paling mungkin menjadi atasan di antara mereka semua kemungkinan adalah Aksa. Ketika Aileen agak melamun memikirkan semua ini tiba-tiba ia merasakan pergelangan tangannya di pegang oleh seseorang, iapun menemukan kalau yang memegang tangannya adalah Rei.

"Udah cukup ngobrolnya, ikut aku. Mobil aku udah nyampe."

Mendengar perkataan Rei Aileen melihat sebuah hover car warna merah gelap tampak sudah terparkir di samping mobil silver milik Daniel. Ia tidak tahu sejak kapan hover car itu ada di sana karena ia sama sekali tidak dengar suaranya sama sekali.

"Eh? gimana caranya?"

"Fitur auto drive, udah jangan banyak tanya. Makin lama kamu di sini makin banyak darah kamu yang ilang."

Merasa yang Rei katakan masuk akal Aileen hanya menurut saat Rei menarik tangannya dan membukakan pintunya untuk masuk kedalam mobil, lebih tepatnya di kursi belakang agar ia bisa berbaring sementara Rei duduk di kursi pengemudi dan membawa Aileen ke rumah sakit meninggalkan Adnan yang tampak melipat hover boardnya untuk ia masukan kedalam tas dan berniat menggunakan hover bike Rei yang dia tinggalkan setelah ia memunguti belanjaan Aileen yang berjatuhan di lantai, Angga juga tampak akan membantu Adnan ketika ia melihat Aksa tampak mematung sambil terus memperhatikan hover car milik Rei yang menjauh.

"Aksa kenapa kamu kayaknya kaget banget kayak gitu?"

Mendengar pertanyaan Angga Adnan jadi ikut penasaran dan ikut heran juga kenapa ayah angkatnya ini tampak kaget saat melihat Rei menarik lengan Aileen yang baginya hal yang cukup biasa untuk dilakukan apalagi Aileen sepertinya tidak mau ke rumah sakit. Aksa menatap keduanya dengan serius sebelum kemudian menjawab.

"Sebenernya ada alasan lain kenapa aku nyuruh kamu jauhin Aileen Angga."

"Apaan?"

Tanyanya makin penasaran.

"Aileen itu sebenernya gak bisa di pegang sama laki-laki. Dia biasanya bakal hilang kendali kalau di sentuh secara langsung kayak apa yang Rei lakuin tadi."

Mendengar perkataan Aksa Adnan dan Angga tentu terkejut, mereka sudah melihat banyak hal dan tahu beberapa kasus perempuan yang takut dengan laki-laki karena beberapa alasan seperti pernah mengalami pelecehan seksual, dipengaruhi oleh kata-kata orang tua mereka semenjak masih kecil, atau karena di siksa pada masa kecil oleh orang yang paling dekat dengannya seperti sosok ayah, kakak, paman atau guru. Tapi kalau itu benar kenapa Aileen sepertinya baik-baik saja saat di sentuh oleh Rei?

"Tapi bentar, kalau Aileen gak bisa di pegang sama laki-laki kenapa Rei bisa megang dia?"

Pertanyaan Angga dibalas gelengan oleh Aksa.

"Aku juga gak tahu. ini baru pertama kalinya aku ngeliat ada laki-laki yang bisa megang Aileen secara tiba-tiba kayak gitu. Aku sama nomer sebelas satu-satunya laki-laki yang bisa megang Aileen dan nomer sebelas udah kenal Aileen sejak lama karena itu dia bisa megang Aileen."

Nomer sebelas adalah anggota mereka yang paling jarang muncul, nomer sepuluh jarang muncul karena misi khusus yang dia miliki sementara nomer sebelas belakangan jarang bisa di hubungi karena sibuk dengan kuliahnya di luar negri. Dia masih membantu dari jauh namun dia tidak bisa dihubungi semenjak pemakaman Adara.

"Kenapa kak Aileen gak bisa dipegang sama cowok?"

Adnan merasa khawatir dengan bibi angkatnya itu, apalagi dia sudah berjanji di depan kuburan ibu angkatnya kalau dia akan menjaga satu-satunya keluarga yang dia miliki. Kalau ia tidak tahu apa-apa tentang Aileen Adnan tidak akan bisa melindunginya dari hal yang tidak ia tahu bisa menyakitinya secara fisik atau mental.

"Dia kena trauma berat, pada bulan Mei empat tahun yang lalu dia kehilangan pacarnya ketika mereka mendaki di Gunung Legadar. Aileen selamat tapi nyawa pacarnya gak tertolong. Selain itu dia cuma takut sama laki-laki yang tertarik sama dia yang lain enggak."

Adnan dan Angga tentu tahu apa artinya perkataan Aksa, itu berarti Aileen tidak akan pernah bisa menikah seumur hidupnya seperti perempuan lain seumurannya. Dia akan terus sendirian selamanya dan tidak ada yang bisa mereka lakukan tentang hal itu kecuali ada keajaiban yang tiba-tiba muncul nantinya. Ini tentu sangat menyedihkan untuk seorang perempuan seperti Aileen. Namun dia tampaknya tidak tertekan sama sekali dengan kondisinya, mungkin juga dia tidak memikirkannya sama sekali dan hanya menelan mentah-mentah kondisi mentalnya.