Chereads / T.I.M (treasure in murder) / Chapter 15 - Chapter 14; Robot

Chapter 15 - Chapter 14; Robot

Tanya Rei sambil mengeluarkan tabletnya untuk mulai mencatat seperti apa robot humanoid yang dia inginkan. Aileen yang melihat Rei sudah masuk kedalam mode kerja berfikir sebentar mendengar perkataan Rei mengira-ngira robot seperti apa yang dia butuhkan untuk membantunya sebelum kemudian menjawab.

"Dua nyortir dokumen yang di rasa penting biar aku bisa urus duluan, dua ngitung pengeluaran yang harus dikeluarin buat tiap proyek juga tahu perkembangan pasar saat ini, dan satu lagi harus bisa bela diri karena aku mau dia pergi ke tempat proyek secara langsung sebagai mata dan telingaku waktu aku gak bisa pergi secara langsung."

Permintaan Aileen mungkin terdengar sederhana namun sebenarnya tidak sesederhana kedengarannya, dua robot pertama berarti harus memiliki kesadaran dan bisa memutuskan dokumen yang benar-benar harus Aileen urus dengan cepat dan yang tidak. Kalau robot ini melakukan kesalahan Aileen bisa mendapatkan kerugian besar namun dia tetap membutuhkan robot seperti ini agar pekerjaannya bisa jadi lebih cepat.

Dua robot lainnya harus ahli dalam bidang marketing dan tahu seperti apa perkembangan saham juga mengetahui menguntungkan atau tidaknya suatu proyek nantinya, Aileen tidak minta robot akuntan biasa namun robot yang bisa memberikan masukan dan kritik untuknya. Dan robot yang terakhir, Aileen menginginkan robot yang bisa menjadi mata-mata untuknya. Dia tidak bisa percaya begitu saja dengan setiap bawahannya karena itu dia membutuhkan robot yang bisa menjadi mata dan telinganya untuk memastikan bawahannya melakukan pekerjaan mereka dengan benar.

Ini sudah pasti bukan hal yang mudah untuk perusahaan robot lain namun tidak bagi Rei, bagi orang jenius sepertinya hal ini bukan masalah besar. Lagipula membuat humandroid yang memiliki kesadaran dan hampir mendekati manusia adalah keahliannya. Bedanya android buatannya bukan manusia dan mereka setia, kalau seseorang mencoba meretas mereka Rei sudah membuat program khusus yang membuat para android itu mati otomatis dan tidak bisa menyakiti pemiliknya.

Karena itu robot buatannya bisa dibilang cukup mahal kalau di jual di pasaran namun dia tidak menjual robot-robotnya yang seperti ini dan lebih memilih menjual versi betanya.

Versi beta robotnya adalah versi robot yang tampak dan berprilaku seperti manusia tapi hanya bisa menerima perintah tidak berfikir sendiri seperti yang akan dia buat untuk Aileen, dia tidak mau mematikan matapencaharian orang dengan robot-robotnya. Robot tidak boleh sampai mengambil alih dunia mereka hanya harus melakukan sesuatu secukupnya. Rei bukanlah seseorang yang haus akan uang ia hanya haus akan ilmu pengetahuan dan terobsesi membuat teknologi yang lebih mutahir. Menurutnya keseimbangan antara teknologi dan makhluk hidup yang ada di bumi tidak boleh saling mengganggu satu sama lain, teknologi ada untuk membantu kehidupan manusia bukan menggantikan kehidupan yang sudah ada di bumi.

Rei tampak mencatat semua yang ia analisa dari perkataan sederhana yang Aileen katakana kepadanya dan membuat list sistem yang akan dia lengkapi pada human droid yang akan dia rancang untuk Aileen sebelum kemudian membaca semua yang baru saja dia tulis di tablet lipatnya.

"Dua punya kemampuan menganalisa yang penting dan yang gak, dua memiliki kemampuan akutansi dan tahu seperti apa perkembangan pasar saat ini, dan yang terakhir punya kemampuan bela diri dan tersambung dengan gadget yang kamu punya supaya kamu bisa monitor secara langsung dan melihat apa yang dia liat juga denger apa yang dia denger. Aku bakal tambahin fitur buat robot terakhir supaya kamu bisa ngomong secara langsung juga lewat mulutnya. Ini mudah, aku bakal siapin robot-robot ini dalam waktu lima hari, apa itu aja?"

Aileen agak kaget mendengar Rei bisa tahu apa saja yang sebenarnya dia inginkan dibalik kata-kata sederhananya, dia lebih terkejut lagi ketika ia tahu Rei bisa membuat semua robot yang diinginkannya dalam waktu lima hari. Aileen sudah cukup kaget kalau dia Rei bisa mengerjakan semuanya dalam waktu sebulan tapi mengerjakannya dalam lima hari sangat mengejutkan. Dia tidak hanya harus memprogramnya namun juga harus menyusun rangkanya dan mendesign penampilannya kan?!! Apa lima hari cukup untuk melakukan itu semua?!!

"Bener bisa dalam waktu sesingkat itu? Bukannya kamu sibuk?"

"Beneran, lagian sekalipun aku sibuk aku cuma harus bikin programnya doang. Aku udah buat banyak robot selama aku kerja di sini, aku cuma perlu milih yang tubuhnya dirasa cocok."

Perkataan Rei terdengar masuk akal tapi entah kenapa juga terdengar agak menyeramkan untuk di dengar. Dia terdengar seperti dokter gila dalam film horror legendaris berjudul Frankenstein yang beberapa bulan lalu versi re-make nya sudah meluncur di bioskop. Aileen melirik kearah jam menemukan sekarang sudah pukul setengah delapan, Adnan tampak masih belum selesai memakan makananya karena mungkin sempat merasa tidak nyaman dengan atmosfir di ruang makan. Aileen jadi merasa bersalah padanya karena Adnan ada kemungkinan akan telat karena kesalahannya, Aileen menghela nafasnya. Sepertinya ia harus membuat makan siang sebagai permintaan maaf untuknya nanti.

"Adnan kamu gak ke sekolah?"

Tanya Aileen, Adnan yang sedang makan pun melirik jam tangannya, ia tampak menatap horor jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan dan cepat-cepat menghabiskan makanannya.

"Sial aku harus pergi!"

Setelah makanannya habis dengan terburu-buru Adnan mengambil buku yang lupa dia masukan kedalam tasnya dari kamarnya di lantai enam.

"Kakak bakal buatin bekal makan buat kamu, nanti kakak anterin ke sekolah ya?"

Perkataan Aileen membuat wajah Adnan tampak agak memerah tapi saat melihat luka di leher Aileen yang masih di tutupi oleh perban Adnan langsung cepat-cepat menggeleng..

"Kak Aileen gak perlu repot-repot! kakak kan lagi terluka kakak harusnya istirahat aja! Aku bisa makan di luar, kakak masaknya kalau luka kakak udah sembuh aja!"

Aileen menggeleng, lagipula meski dengan luka seperti ini dengan teknologi yang dimiliki penutup lukanya luka jahitannya ini akan segera sembuh. Karena itu juga Aileen bisa dengan santai berencana untuk masuk kuliah hari ini. kalau bukan karena itu dia tidak mungkin melakukannya sekalipun ia benci dengan rumah sakit.

"Jangan nolak, kita keluarga sekarang jadi wajar kan kalau kakak perempuan manjain adiknya? udah sekarang mending kamu pergi sebelum kamu ketinggalan bus."

Mendengar kata keluarga Adnan agak kaget tapi kemudian dia tersenyum, iapun mengikat tali sepatunya sebelum kemudian pergi ke luar apartemen.

"Aku pergi kak~"

"Hati-hati di jalan Adnan."

Adnan tampak berlari menuju pemberhentian bus sementara Aileen tampak beralih menatap Daniel yang tampak mau pergi ke kamarnya tanpa menghabiskan makanannya.

"Daniel selesein dulu makanan kamu baru balik ke kamar, habisin."

"Iya bu~"

Jawabnya dengan nada datar dan kembali duduk di tempat duduknya sebelum kemudian kembali memakan makanannya.

"Heh aku bukan ibu kamu, dan Haruou bisa tolong jaga Luna selama aku gak ada. Aku bisa ngandalin kamu kan?"

Tanyanya sambil membetulkan ikat rambutnya.

"Iya nona Aileen."

Berapa kalipun Aileen mendengar Haruou memanggilnya nona ia tetap saja merasa rish di panggil seperti itu.

"Jangan panggil aku nona, panggil aku kakak, atau Aileen umur kita cuma beda satu tahun."

Haruou tampak tidak yakin namun ia menganggukkan kepalanya.

"Baiklah no- maksudku kak Aileen, gimana kalau aku panggil Irmã."

Irmã adalah nama panggilan untuk kakak perempuan dalam bahasa Portugis, Aileen tidak merasa aneh Haruou memanggilnya seperti itu karena ayah Haruou memang memiliki darah campuran. Kalau tidak bagaimana bisa ayah dan anak ini punya wajah yang kelewat tampan?

"Oh boleh gak masalah, bentar aku turunin Luna dulu."

Aileenpun pergi ke lantai delapan untuk mengambil Luna agar Haruou bisa menjaganya sementara ia tidak ada dan meninggalkan anggota T.I.M lainnya di ruang makan.

"Rei, kamu udah kasih tahu semuanya ke Aileen kan?"