Chereads / T.I.M (treasure in murder) / Chapter 21 - Chapter 20: Populer?

Chapter 21 - Chapter 20: Populer?

Tapi bagi Aileen itu bukan urusannya, kalau mereka mau menghancurkan diri mereka sendiri dia tidak akan menghalangi mereka toh ia sudah memperingati mereka semua.

"Kakak punya selera yang agak aneh, aku ini ngebosenin"

Mendengar Aileen yang merendah, Rei tiba-tiba memegang kedua tangannya dan berkata.

"Siapa yang bilang kayak gitu? Kamu itu cantik dengan cara kamu sendiri!"

Perkataan Randi membuat Aileen malu dan wajahnya langsung memerah di tempat. Begitu pula Randi yang malu sendiri dengan perkataan yang keluar dari mulutnya beserta pudding yang tidak sengaja terlempar olehnya. Melihat pudding itu tampak sudah menggelinding ke ujung ruangan Aileen tiba-tiba tertawa.

"Kak Rendi..., Aku rindu kakak... Apa kakak baik-baik aja di atas sana?..."

Tanyanya entah kepada siapa sambil memeluk boneka yang mirip dengan versi mini Rendi. Aileen tahu tidak aka nada yang menjawab pertanyaannya, namun ia selalu melakukan ini hampi sampir setiap hari saat dia teringat dengannya. Ia juga tahu tidak ada yang bisa di lakukannya lagi selain tetap hidup demi dia yang sudah menyelamatkan nyawanya, kadang ia merasa lelah dengan semua yang dia hadapi selama empat tahun terakhir namun saat ia melihat foto dan boneka yang dibuatkan Rendi untuknya ia tidak ingin menyerah dan terus berusaha sampai sekarang. Bahkan sekalipun ia tahu sebanyak apapun ia berharap Rendi tidak ada di sampingnya lagi dan dia harus berjalan sendirian. Iapun pergi ke lantai bawah setelah meletakkan foto itu kembali di tempatnya di sebelah foto dirinya yang menggendong seorang bayi yang juga berambut hitam dan bermata merah dan pergi masuk kedalam lift.

Aileen yang baru keluar dari lift tampak sibuk mencari Rei kesana kemari sambil berkeliling dan masuk setiap ruangan di apartemen yang tidak sempat dia masuki kemarin. Ia sudah mencari Rei di ruang apartemennya dengan kunci cadangaan yang dia miliki tapi dia tidak ada. Dia juga sudah mencarinya di ruang khusus latihan tembak yang berada di bawah ruang markas T.I.M dengan menggunakan kode khusus yang sudah Aksa berikan untuknya sebagai anggota baru dari T.I.M namun ia juga tidak ada di sana. Iapun kembali ke lantai 0 dan mencari di setiap ruangan. Ia mencari ke ruang makan tapi tidak ada, dia mencari ke ruang olahraga namun juga tidak ada, ia mencari ke rumah kaca, lapangan air soft gun, dan area rock climbing namun Rei juga tidak ada di sana. Pada akhirnya ia pergi ke ruang play room dan benar saja, Rei tampak sedang tiduran di atas sofa dengan PSP yang masih menyala di tangannya. Sepertinya saking kelelahannya dia tidak pergi ke ruang apartemennya dan memilih untuk tiduran di atas sofa ruang play room. Aileen merasa sedikit kasihan dengan Rei tapi dia sendiri yang bilang kalau mereka harus segera pergi setelah ini jadi dengan sangat terpaksa ia harus membangunkannya meski ia tidak mau.

Tapi kemudian rasa ibanya berubah kembali, Aileen menatap wajah Rei yang sedang tidur sangat nyenyak dengan tatapan datar. Dia bilang dia mau langsung tidur begitu pulang tapi malah main game sampai ketiduran. Padahal tadi dia sendiri yang menyuruhnya untuk pulang cepat dan sekarang dia yang malah tidur nyenyak. Sebenarnya ini bukan masalah besar, lagipula ia juga masih harus memasak bekal makan untuk Adnan jadi membiarkan Rei tidur bukan masalah besar. Namun kemudian sebuah ide jahil muncul di dalam kepala Aileen. Ia pergi kembali ke ruangannya di lantai delapan dan mengambil sebuah spidol hitam dari meja belajarnya, ia juga mengambil kalung Luna yang berwarna pink terang yang cukup besar dan memiliki bel warna emas dan mengambil telinga kucing warna hitam yang di buatkan Reyna untuk di pakainya ke pesta Helloween tahun lalu setelah itu iapun pergi kembali ke lantai 0.

Aileen memakaikan telinga kucing itu pada Rei dan memasangkan kalung Luna dengan hati-hati pada leher Rei agar dia tidak terbangun dan menggambar tiga garis di kedua pipi Rei dengan spidol hitam. Iapun dengan santainya mengambil hanphonenya dan memotreti Rei sampai puas sambil tersenyum miring.

"Salah sendiri malah ketiduran."

Setelah puas memotret Rei dan menjadikan foto yang dia ambil sebagai foto untuk nomer kontaknya Aileen melepaskan telinga kucing dari kepala laki-laki itu, melepaskan kalung Luna dari lehernya dan menghapus tiga garis di pipi Rei yang sebelumnya ia gambar dengan spidol dengan toonernya kemudian membiarkan Rei berbaring di sofa dan pergi ke dapur untuk memasak makan siang untuk Adnan. Beberapa menit kemudian Rei terbangun mencium wangi masakan. Iapun mengikuti wangi itu dan menemukan Aileen yang sedang memasak di ruang makan utama, dia juga terlihat menggunakan apron agar pakaiannya tetap bersih dan mengikat rambut hitam panjangnya agar helaian rambutnya tidak masuk kedalam masakannya.

"Udah bangun?"

Tanya perempuan itu dengan tenang tanpa menoleh sambil memasukkan masakan yang masih hangat kedalam sebuah kotak bekal yang sudah di siapkannya untuk Adnan. Aileen sudah membaca apa yang Adnan sukai dan anak itu ternyata sangat menyukai keju. Dia sendiri tidak mengerti kenapa Adnan sangat suka menambahkan keju pada setiap makanan yang dia makan tapi ia merasa kalau itu hanyalah seleranya jadi dia membuat makanan yang dia rasa cocok dengan keju untuk makan siang Adnan.

"Aku tahu kamu ini aktifis tapi sebenernya kamu ini belajar dari mana?"

Aileen yang tampak memasukkan bekal makan kedalam sebuah tas kain kecil pun balik menatapnya dan berkata.

"Itu pertanyaan yang sangat jelas jawabannya buat apa kamu nanya lagi?"

Dia memang punya dugaan tapi dia tidak menyangka kalau dugaannya benar, Adara. Adara yang melatih Aileen tapi kenapa? bukankah dia tidak ingin Aileen terlibat dengan semua ini?.

"Selain itu banyak hal terjadi semenjak pacarku meninggal. Aku memilih untuk menjadi kuat supaya orang yang ku sayangi gak perlu berakhir seperti dia dan-"

Rei melihat Aileen terdiam sebentar dan tidak melanjutkan pertanyaannya. Hal ini membuat Rei heran, kenapa Aileen tiba-tiba bertingkah agak aneh seperti ini?

"Dan...?"

Mendengar suara Rei, Aileen kembali sadar dari lamunannya. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata.

"Bukan apa-apa, itu bukan hal yang perlu kamu tahu."

Rei menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan sebelum kemudian berkata.

"Kamu... bener-bener sayang sama dia?..."

Aileen tidak menjawab dan malah tersenyum penuh makna, ia melepas apron yang dia pakai dan menggantungkan apron itu di tempatnya, setelahnya iapun mengambil tas kain berisi bekal makan Adnan dan berkata.

"Nah ayo ke sekolah Adnan dulu, aku harus ngasih ini ke dia sebelum jam makan siang selesai. Kita harus cepat karena aku juga harus otopsi."

Kali ini Rei yang tidak menjawab, ia mengambil kunci mobil dalam sakunya dan pergi ke tempat parkir tepat di pinggir gedung apartemen sementara Aileen mengikutinya dari belakang. Keduanya masuk kedalam hover car milik Rei yang masih dalam mode mobil dan pergi menuju destinasi pertama mereka.

***

Sesampainya di sekolah Adnan mereka keluar dari mobil dan meminta izin untuk masuk kedalam sekolah kepada Satpam. Setelah diizinkan masuk keduanya menelusuri gedung sekolah begitu saja tanpa menanyakan keberadaan kelas Adnan kepada murid atau guru yang ada di lorong. Rei berjalan di depan Aileen sebagai penunjuk arah dan Aileen mengekorinya tanpa memperdulikan pandangan murid yang lewat dan melihat mereka.

"Rei kamu bener tahu jalannya?"

Tanyanya tidak yakin, Rei tampak sudah berjalan menaiki tangga meninggalkannya cukup jauh di depan membuat Aileen mempercepat langkahnya untuk menyusul Rei.

"Aku tahu, jangan banyak ngomong ikutin aja aku."

Aileen memutuskan untuk diam dan menuruti perkataan Rei karena tidak ingin membuang energinya. Setelah keduanya berjalan sebentar Rei tiba-tiba saja berhenti di depan sebuah kelas di lantai dua. Tulisan bertuliskan kelas 2-C terpampang di atas pintu kelas. Pintu kelas yang terlihat sedikit terbuka membuat Aileen dapat melihat para murid yang berada di dalam. Dia menemukan Adnan tampak sedang bercengkrama dengan beberapa anak perempuan, dia tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan tapi para anak perempuan itu tampak sesekali tertawa mendengar perkataan Adnan. Tidak hanya perempuan ada juga anak laki-laki yang ikut nimbrung bicara juga.

'Keliatannya dia lumayan populer.'