Chereads / T.I.M (treasure in murder) / Chapter 27 - Chapter 26; Hal yang tak sempat di katakan

Chapter 27 - Chapter 26; Hal yang tak sempat di katakan

Pertanyaan Adnan di balas senyuman lebar oleh Angga. Melihat senyuman itu Adnan hanya bisa memikirkan satu orang.

"Tentu 'Bungaku' yang paling cantik dong~"

"Oh ini waktunya ya?"

'Bunga' adalah inisial seorang perempuan misterius yang sampai sekarang hubungannya paling awet dengan Angga. Adnan tidak tahu seperti apa atau siapa 'Bunga' yang di maksud oleh Angga tapi perempuan itu adalah satu-satunya perempuan yang tidak pernah meninggalkan Angga. Angga selalu mengunjunginya sebulan sekali dan perempuan itu tidak pernah mempermasalahkannya. Bunga mungkin adalah salah satu misteri yang ingin ia ketahui. Ia ingin tahu seperti apa perempuan yang sudah meluluhkan hati Angga hinga sebanyak apapun perempuan yang dekat dengannya pada Akhirnya Angga akan selalu kembali pada Bunga. Ia sendiri merasa agak aneh karena meski Angga tampak sangat menyayangi Bunga dia hanya mengunjunginya satu bulan sekali, ia heran dengan hal ini karena perempuan adalah termasuk makhluk yang senang di manja tapi Bunga tidak seperti itu. Meski begitu semua orang berbeda-beda, mungkin bunga adalah salah satu dari sekian banyak perempuan yang tidak perlu harus selalu di manja dank arena itu Angga nyaman bersamanya. Kadang ia jadi terpikir untuk mengikuti Angga saat ia mengunjungi Bunga hanya untuk melihat seperti apa dia tapi tidak pernah melakukannya sama sekali.

"Iya~ Cuma bentar kok, ntar kalau aku datengnya telat bilang ke Rei aku ke tempat biasa ya?"

"Iya deh ntar aku bilangin. Bener bentar doang kan ya?"

"Iya beneran, kalau 'gak ada yang terjadi, aku bakal pulang cepet kok."

Adnan tidak tahu apa yang di maksud oleh Angga, apa yang dia maksud dengan 'gak ada yang terjadi'? lagipula memang apa yang bisa terjadi? Angga tidak pernah memberitahunya apapun tentang perempuan yang di panggilnya bunga ini. Lagipula kalau Angga sesayang itu dengan bunga kenapa dia tidak segera melamarnya?

Angga sudah mapan, lalu apa masalahnya?. Memang pekerjaan mereka berbahaya tapi pekerjaan mereka tersembunyi jadi mereka tidak punya begitu banyak musuh. Lalu kenapa sampai saat ini Angga belum melamar Bunga?

"Angga aku heran. Kalau kamu sesuka itu sama kak Bunga kenapa kamu masih belum nikahin dia dan jalan sama cewek lain? Kan kamu sendiri yang bilang kalau kak Bunga itu cantik, baik, pengertian dan bener-bener sayang sama kamu."

Mendengar pertanyaan Adnan Angga tampak tersenyum pahit seakan mengingat sesuatu dan berkata.

"Suatu saat nanti kamu bakalan ngerti."

Adnan tidak mengerti apa permasalahan mereka. Dia penasaran tapi melihat Angga tersenyum seperti tadi benar-benar mengganggunya. Angga memakai jaket yang jarang di pakainya dan selalu ia ikat bagian lengannya di pinggangnya itu sebagai aksesoris dan merapikan rambutnya sebelum kemudian pergi ke luar gedung sementara Adnan pergi kelantai XX untuk berlatih meski ekspresi Angga tadi masih teringat di benaknya. Masih mengganggunya.

***

Sementara itu di lantai delapan Rei yang menggendong Aileen berjalan masuk kedalam apartemennya, ia membaringkan tubuh gadis itu di atas tempat tidurnya dan membiarkannya tidur dengan nyenyak.

Ia menatap sekeliling kamar Aileen. Tidak banyak perabotan di dalamnya hanya sebuah meja rias, TV, tempat tidur, dan rak buku yang ada di kamar ini. Matanya pun tertuju pada sebuah kumpulan foto yang terpajang di atas dinding. Foto Aileen dengan seorang laki-laki yang sangat mirip dengannya. Di setiap foto itu keduanya tersenyum dan Aileen tampak seperti gadis normal pada umumnya, dia terlihat sangat pahagia. Dia tampak begitu hidup dengan kulitnya yang putih sehat dan mata coklatnya bersinar seperti gadis remaja pada umumnya. Tidak seperti sekarang. Aileen yang sekarang tidak seperti itu. Rei melirik Aileen yang tertidur pulas di tempat tidurnya. Kulitnya tampak putih pucat karena pengaruh obat, matanya yang hitam tidak langi memperlihatkan kepolosan seorang gadis remaja dan bibirnya yang awalnya merah muda tampak semakin memucat.

Rei tidak mengatakan apa-apa hanya duduk di semping kepala Aileen dan memainkan rambut hitam panjangnya dengan lembut seakan rambutnya adalah sutra kualitas terbaik dan ia tidak ingin tanpa sengaja merusaknya kalau ia tidak hati-hati. Matanya yang hijau memancarkan sorot mata yang tidak bisa di jelaskan bagi mereka yang belum pernah memadu kasih sebelumnya namun berbeda dengan Aksa. Aksa yang melihat Rei menatap Aileen dengan tatapan itu tentu mengerti dengan maksud tatapannya, yang membuatnya heran hanyalah satu hal. Kenapa Rei masih bisa menyentuh Aileen ketika dia punya perasaan khusus kepadanya.

Aksa sendiri juga tidak bisa bertanya karena ia merasa ia tidak bisa melakukannya, ia rasanya seperti baru saja melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat. Rei jelas berusaha tidak menunjukan rasa sayangnya kepada Aileen meski dari yang dia lihat sepertinya dia gagal melakukannya. Apa mereka benar memang pernah bertemu sebelumnya? Kalau benar kenapa Aileen sepertinya tidak mengenali Rei?

"Rei gimana keadaan Aileen?"

Rei agak kaget mendengar suara Aksa namun ekspresi wajahnya langsung berubah kembali dengan cepat, ia langsung menengok ke arah Aksa yang tampak berdiri tidak jauh di belakangnya dan seperti biasa menjawab.

"Dia tidur setelah aku kasih dia obat, dia sempet histeris di mobil tadi tapi itu gak jadi masalah."

Rei tentu tidak ada niat memberi tahu Aksa bagaimana cara ia menyuapi aileen, kalau Aksa tahu dia jelas akan mengomelinya nanti. Aksa ingin tahu bagaimana cara Rei membuat Aileen meminum obatnya mengingat di saat seperti itu biasanya hanya obat penenang yang bisa membuat Aileen diam dan hari ini sepertinya Aileen tidak membawa alat suntik berisi obat penenang yang bisa di gunakan di saat darurat. Ia, Adara, Reyna dan Mikha selalu membawa beberapa untuk jaga-jaga karena Aileen selalu berada di sekitar mereka, mulai sekarang ia mungkin harus memberi beberapa juga kepada anggota lain untuk jaga-jaga kalau hal ini terulang kembali.

"Kalau gitu ada kemungkinan dia bakalan tidur selama dua atau tiga jam. Bisa kamu jagain dia?"

Rei hanya menganggukan kepalanya namun saat ia menengok ke arah meja belajar Aileen Rei melihat ada banyak sekali foto Aileen dengan laki-laki remaja saat masih SMA juga foto Aileen yang jelas terlihat duduk di atas kursi roda sambil menggendong bayi bersama seorang anak laki-laki yang tampak sekitar sepuluh tahunan juga adara di sisi satunya lagi. Ada juga foto Aileen bersama beberapa anak. Anak laki-laki yang ada di foto sebelumnya dan perempuan yang tampaknya berusia empat belas tahunan yang terlihat sedang membaca dan mengurus tanaman juga dua anak perempuan kembar yang tampaknya masih duduk di bangku sekolah dasar, mereka menengok ke arah kamera. Anak yang rambutnya di kuncir dua tampak sedang memegang microphone sementara yang memiliki rambut pendek sepundak sedang sibuk menggambar. Tapi yang menarik perhatiannya adalah foto Aileen yang tampak sedang menggendong bayi yang memiliki rambut hitam dan mata merah.

Foto foto itu di pajang di sebuah bingkai besar dan di susun dengan rapi tepat di atas meja belajar Aileen. Dari tinggi menggantungnya sudah jelas Aksa yang sudah menggantungkannya untuk Aileen semalam. Semua anak juga punya bingkai foto berisi kumpulan foto mereka masing-masing dengan nama mereka. Namun Cuma foto anak laki-laki bermata merah bernama Riku yang memiliki foto dari bayi.

"Aksa foto foto ini…"

Melihat arah lirikan Rei, Rei sudah pasti peneasaran dengan foto anak-anak yang semalam ia pajang di atas dinding kamar Aileen. Sebenarnya ini kejutan untuk Aileen tapi yang terkejut justru malah orang lain. Tidak aneh juga Rei terkejut apalagi status Aileen juga memang masih single bukan menikah.

"Oh iya aku belum bilang ya? Aileen itu punya anak."

"Anak?"

"Iya, kebanyakan dari mereka anak angkat sih."

"Itu berarti Aileen punya anak kandung?"

Aksa mengangguk membernarkan perkataan Rei karena Aileen juga tidak mencoba menutupinya sama sekali. Malah Aksa merasa Aileen akan memamerkan foto anak-anaknya kepada semua anggota lain kalau saja kemarin tidak terjadi insiden kepadanya.

"Iya, liat anak laki-laki yang matanya merah ini? Itu anak kandung Aileen namanya Riku."