Yang menemukan Rei bukanlah dia tapi Adara, dia sendiri tidak tahu darimana Adara menemukan Rei dan Rei juga tidak pernah mau mengatakan apa-apa tentang masalalunya. Semua orang dalam T.I.M memiliki rahasia mereka masing-masing karena memiliki latar belakang yang berbeda-beda juga alasan khusus kenapa mereka bisa bergabung. Rei tidak terkecuali jadi tidak ada yang bertanya saat Rei tidak mengatakan apa-apa tentang masalalunya menganggap kalau itu hal tabu untuk dibahas di depan Rei.
"Aku bakal denger alesan kamu nanti, tapi jangan pernah kamu sekali-kali nyoba megang Aileen lagi.
Chandra yang mendengar perkataan Aksa hanya diam memikirkan kenapa dia sial dua kali berturut-turut hari ini sementara Aksa melenggang pergi dan menghampiri Aileen yang tampak sudah agak tenang bersama dengan Rei.
"Aileen kamu gak apa-apa?"
Aileen yang mendengar suara Aksa hanya mengangguk singkat tapi tidak menjawabnya Aksapun menghela nafas frustasi dengan kelakuan mantan rekan polisinya itu.
"Rei tolong jaga Aileen, aku harus mengajari si bodoh itu sopan santun"
Melihat senyum misterius yang muncul di wajah Aksa membuat Rei hanya mengangguk singkat. Aksapun kembali ke arah Candra dan menyeretnya ke tempat lain, Rei sama sekali tidak ingin tahu apa yang akan di lakukan Aksa pada orang itu nanti. Iapun kembali beralih menatap Aileen yang tampak masih gemetar hebat duduk di dalam mobil sambil memeluk tubuhnya sendiri. Wajahnya tampak makin pucat dengan keringat dingin yang tampak terus membasahi pelipisnya.
"Rei... kayaknya aku mau kambuh...bisa ambilin obat aku di tas?..."
Mendengar perkataan Aileen Rei dengan sigap mengambil tas Aileen dan mengambil beberapa pil mengikuti petunjuk pemakaian yang di tulis dengan spidol pada bagian penutup wadahnya.
Tapi belum juga dia memberikan obat-obat itu pada Aileen untuk dia minum ia mendengar suara isakan Aileen, dia tampak meremas rambutnya. Dia mulai menangis, suara isakan yang membuat siapapun yang mendengarnya merasa pilu. Aileen menangis di dalam mobil dengan posisi berjongkok di atas kursi mobil Rei dan menyembunyikan wajahnya yang menangis di balik lipatan lututnya.
"Aileen, hei kamu gak apa-apa?"
Aileen tidak mendengarkannya dan terus menangis membuat ia makin khawatir.
"Rendi..."
Rei terdiam mendengar sebuah nama yang keluar dari mulut Aileen.
"Maaf maafin aku... aku gak bisa lindungin kamu maaf..."
Dia terus mengeluarkan isi kepalanya sambil terisak-isak Rei menatapnya dengan tatapan nanar. Dia ingin menenangkannya tapi ia merasa tidak pantas melakukannya. Namun tangisan Aileen yang terdengar semakin keras dan pilu membuat Rei tidak tahan lagi, ia keluar dari mobilnya dan membuka pintu belakang mobil. Rei membuka pintu di mana Aileen duduk dan langsung mengangkat Aileen ke kursi belakang. Dia mendudukkan Aileen di atas pangkuannya dan memeluknya dengan lembut. Ia menyandarkan kepala Aileen pada dada bidangnya dan membiarkannya mendengarkan suara jantungnya. Aileen mulai tenang saat mendengar suara jantung Rei perlahan lahan tangisannya pun mereda, perempuan itu mulai menatapnya masih dengan air mata yang membasahi pipinya.
"Rendi?..."
"Bukan, aku bukan Rendi."
"Bohong... kamu kak Rendi kan?..."
Perkataan Aileen tidak di jawab oleh Rei, laki-laki itu tampak sibuk mengusap rambut gadis yang ada di pangkuannya. Lama kelamaan Aileenpun menjadi agak tenang Rei menghancurkan pil yang harus Aileen minum dan mencampurkannya sedikit dengan air, iapun memasukkan obat itu kedalam mulutnya sebelum kemudian menengadahkan wajah Aileen dan menyuapi larutan obat itu dengan mulutnya. Aileen tampak agak kaget namun setelah semua obat itu terminum olehnya Aileen tertidur dengan lelap. Rei melepaskan bibirnya dari bibir Aileen masih merasakan pahit dari pil yang harus di minumkan kepada Aileen. Mengaktifkan kembali mode hovercarnya serta menjalankan kemudi otomatis dengan perintah suara untuk kembali menuju apartemen tidak menyadari seorang laki-laki memperhatikannya dari belakang.
***
Sesampainya di depan apartemen hover car milik Rei berhenti secara otomatis di depan gedung apartemen dan keluar dari mobil sambil mengangkat Aileen yang tertidur di kursi belakang mobilnya untuk membawanya ke ruang apartemennya. Untungnya pintu apartemen bisa terbuka scara otomatis kalau-kalau kejadian seperti ini terjadi kalau tidak Rei mungkin akan kesulitan untuk membawa Aileen masuk ke dalam, saat Rei berjalan cepat untuk membawa Aileen ke ruang apartemennya Angga dan Adnan tampak baru keluar dari ruang play room. Saat melihat Aileen yang tampak pingsan di gendongannya keduanya tentu terkejut melihat Aileen yang tampak di gendong oleh Rei. Apa yang terjadi saat mereka tidak ada?! Aileen tampak lebih pucat dari sebelmnya dan hal ini membuat mereka merasa heran. Apa yang terjadi lagi kepada Aileen kali ini?!! Kemarin dia di kejar pembunuh dan sekarang dia pingsan sampai Rei harus menggendongnya!!
"Kak Aileen?!! Astaga kakak kenapa?!!"
Tanya Adnan sambil menatap Aileen yang berada di dalam gendongan Rei dengan ekspresi khawatir diwajahnya begitupula dengan Angga. Mereka mungkin baru kenal dengannya dan tidak terlalu mengenal Aileen tapi meski belum resmi Aileen tetap anggota mereka. Jika salah satu dari anggota mereka kenapa-napa lagi mereka tidak tahu harus bagaimana. Mereka tidak ingin kehilangan anggota lagi.
"Dia kenapa lagi kali ini Rei?"
Tanya Angga Rei menatap Aileen yang berada dalam gendongannya dengan tatapan nanar.
"Dia 'kambuh', Chandra menyentuh pundaknya tadi dan Aileen membantingnya. Karena kulitnya sempat kontak langsung dengan orang itu dia menangis, hilang kendali atas emosinya dan baru tertidur setelah ku beri obat"
Mendengar Chandra adalah penyebabnya entah kenapa keduanya tidak merasa terkejut tapi melihat Aileen yang bereaksi hingga seperti itu saat di pegang oleh orang lain kalau begitu kenapa dia tampak baik-baik saja saat di sentuh oleh Rei yang sama-sama tidak benar-benar di kenalnya? Apa lagi tatapannya pada Aileen tadi sangat berbeda. Apa benar mereka belum pernah bertemu sebelumnya?
"Udahlah mending kalian ke bawah. Aku bakal nyusul kalian sama Aileen kalau dia udah bangun nanti,mending kalian duluan."
Adnan dan Angga pada akhirnya mengangguk dan hanya bisa menatap Rei yang menggendong Aileen masuk kedalam, pintu lift tampak terbuka saat Rei akan masuk. Setelah Rei masuk kedalam bersama Aileen pintu lift itu tampak otomatis tertutup kembali dan naik ke lantai delapan di mana ruangan Aileen berada. Angga dan Adnan saling berpandangan satu sama lain saat melihat tatapan Rei kepada Aileen. Mereka tidak pernah melihat Rei menatap sesorang seperti itu sebelumnya.
"Liat itu?"
Tanya Angga yang di balas anggukan setuju oleh Adnan.
"Cukup aneh, kak Rei gak pernah bersikap kayak gitu sebelumnya."
"Iyakan? Sebenernya dia itu kenapa sih? Apa kepalanya kebentur sesuatu?"
Adnan menatap Angga dengan tatapan malasnya. Kenapa di saat seperti ini dia masih saja bercanda? bukankah sudah jelas ada hal aneh yang sepertinya terjadi di antara Aileen dan Rei? Bagaiana bisa ada banyak perempuan yang tertarik dengan Angga dengan kelakuannya yang seperti ini? Ini masih menjadi sebuah misteri.
"Kak Rei itu gak bodoh jadi aku rasa itu gak mungkin."
"Terus kenapa ya?"
Adnan menaikkan kedua bahunya tanda kalau dia juga tidak tahu dan tidak mengerti apa alasannya. Lagipula mereka tidak berhak untuk ikut campur. Ia hanya bisa berharap kalau Aileen baik-baik saja dan hal ini tidak mempengaruhi kondisi tubuhnya.
"Udahlah, mending aku latihan dulu lagian kak Aileen tidurnya bakal agak lama kayaknya."
Angga mengangguk sebelum kemudian kedua matanya tampak membulat seakan baru menyadari sesuatu dan berkata.
"Oh bener juga, aku baru inget kalau harus pergi hari ini."
Mendengar perkataan Angga Adnan langsung sadar kalau Angga akan pergi bersama dengan salah satu teman kencannya lagi. Tapi dia tidak tahu perempuan mana lagi yang kali ini akan dia temui. Dia kurang setuju dengan apa yang Angga lakukan meski Angga tidak pernah melakukan apapun pada mereka atau memberikan apapun pada mereka semua selain mentraktir mereka makan dan mengajak mereka jalan-jalan seperti layaknya seorang teman. Kencan tetap kencan. Lagipula menurutnya kalau dia tidak benar-benar menyukai mereka tidak seharusnya dia memberi mereka harapan palsu. Entah sudah berapa orang yang di jadikan korban olehnya.
"Yang mana kali ini?"