Chereads / T.I.M (treasure in murder) / Chapter 29 - Chapter 28; Case 2: Perdagangan organ bagian 16

Chapter 29 - Chapter 28; Case 2: Perdagangan organ bagian 16

Perkataan Aileen yang terdengar ambigu membuat semua anggota lain di ruangan itu tampak menatap mereka dengan wajah yang tampak terkejut. Aileen tersenyum miring memberi tanda kepada Rei untuk mengikuti arah pembicaraannya, Rei yang mengerti jika Aileen sedang ingin mengerjai anggota lain ikut-ikutan saja dengan rencananya dan berkata.

"Oke, kamu mau lakuin di mana? Kamarku atau kamar kamu."

Aileen yang tahu kalau Rei udah mengerti tentang apa yang sedang di rencanakannya tersenyum misterius.

"Gimana kalau di tempat aku aja?"

Tanya Aileen yang tampak tersenyum menggoda kepada Rei sambil mengedipkan sebelah matanya. Di mata Rei Aileen tampak benar-benar seksi saat ini tapi ia tahu kalau yang di lakukannya ini hanya sekedar untuk main-main tidak benar-benar serius. Aileen tidak mungkin menggodanya, lagipula dia bukan perempuan yang seperti itu. Yang ada justru dia yang harus nyosor duluan saat mereka masih pacaran dulu.

"Oke-oke aku ikutin Bu dokter aja deh~"

Ujarnya dengan nada yang menggoda juga dan membuat berbagai macam pertanyaan muncul di benak semua anggota T.I.M kecuali Rei dan Aileen yang masuk kedalam lift bersama-sama. Setelah masuk kedalam lift Aileen dan Rei menghentikan akting mereka dan keduanya tertawa bersama-sama dengan sangat puas.

"Astaga lihat wajah mereka tadi? Aileen kamu jenius."

Ujar Rei di sela-sela tawanya, Aileen tesenyum jahil dan berkata.

"Oh itu belum apa-apa, kita liat aja nanti. Ayo kita terusin hal ini sampai kita bosen ntar."

Aileen dulu tidak seperti ini setahunya. Aileen yang dulu tidak akan menjahili orang lain malah dia mungkin akan memarahinya kalau ketahuan menjahili teman sekelasnya dulu. Tapi sekarang Aileen bisa melakukan prank sama sepertinya, entah belajar dari mana perempuan ini saat ia tidak bersamanya.

"Padahal aku cuma mau di periksa sama kamu kenapa ekspresi mereka kayak gitu sih?!, astaga wajah mereka bener-bener price less!!"

Rei tidak berhenti tertawa hingga lift berhenti ke lantai 8. Setelah pintu lift terbuka diapun menghentikan tawanya dan mengekori Aileen dari belakang.

***

Aileen membuka pintu apartemennya dan berjalan masuk kedalam ruang apartemennya sementara Rei tampak mengekorinya dari belakang. Aileenpun masuk ke dalam ruang kerjanya kemudian ia meminta Rei berbaring di tempat tidur pasien yang ada di sana. Aileen meminta Rei membuka kancing kemejanya dan mendengarkan suara jantung Rei dengan stetoskop. Otomatis wajah Rei langsung memerah melihat wajah Aileen yang sangat dekat dengan wajahnya.

Jantung Rei memiliki suara yang terdengar sangat cepat entah karena posisi Aileen yang terlalu dekat dengannya yang membuat jantungnya berdebar dengan cepat atau karena dia memang terlalu banyak minum kopi semalam, semua pemeriksaan yang di lakukan kepada mereka bagi Aileen di lakukannya kali ini akan menjadi bagi Aileen tentang apa yang boleh dan tidak boleh di makan olehnya. Aileen tampak menulis sesuatu di sebuah kertas setelah itu iapun memeriksa tekanan darah laki-laki itu yang ternyata cukup tinggi seperti dugaannya.

"Rei,bisa kamu lepas lensa kontaknya? Aku mau meriksa mata kamu."

"Dari mana kamu tahu aku pakai lensa kontak?"

Tanyanya sambil melepaskan kontaklens hijaunya dan memasukkannya kedalam tempatnya memperlihatkan warna asli kedua bola matanya yang merah seperti batu ruby. Aileen terkejut melihat sepasang mata berwarna merah itu. Warna mata yang sama dengan orang yang ia sayangi. Ia sama sekali tidak menyangka bukan hanya wajahnya yang mirip namun keduawarna mata Rei juga sangat mirip dengan mata Rendi. Tanpa sadar kedua tangan Aileen bergerak sendiri dan menyentuh pipi Rei sambil menatap kedua matanya. Rei membiarkan Aileen menyentuh wajahnya dan menikmati sentuhan tangan Aileen di kedua pipinya.

'Bahkan matanya pun mirip.'

Warna mata Rei sangat mirip dengan warna mata asli Rendi. Rendi selalu menggunakan kontaklens hitam karena warna matanya yang tidak biasa, orang-orang di sekitarnya merasa kalau matanya aneh namun Aileen sangat menyukai kedua mata Rendi. Menurutnya mata Rendi sangat unik dan indah seperti batu Ruby. Oh betapa rindunya ia di tatap oleh sepasang mata merah itu. Kedua mata merah yang selalu menatapnya dengan tatapan yang hangat dan penuh kasih sayang. Mata yang tidak pernah memberikan tatapan yang sama kepada perempuan lain selain dirinya. Merasa mereka bertatapan terlalu lama Reipun berkata.

"Ada apa Aileen?"

Tersadar dari lamunannya Aileen menggeleng dan tersenyum paksa keadanya.

"Bukan..., Bukan apa-apa. Kedua mata kamu cuma ngingetin aku sama seseorang."

Rei tidak mengatakan apa-apa karena ia tahu siapa yang Aileen maksud sementara Aileen tampak beralih menatap kontaklens yang saat ini sudah di rendam oleh semacam larutan di dalamnya itu.

"Minus berapa?"

Tanyanya sambil meneruskan prosedur pemeriksaan matanya.

"Oh, minus empat koma lima parah kan?"

Aileen berdecak mendengar perkataan laki-laki itu.

"Seenggaknya pake kontaklens buat minus tiga kenapa kamu masih pake yang minus dua? Kamu ini"

Rei tertawa paksa mendengar kata-kata Aileen yang terdengar kesal karena kelakuannya. Jujur ia merasa Rindu dengan sosok Aileen yang selalu cerewet soal pola makan atau pola tidurnya. Aileen selalu mengkhawatirkannya dari dulu dan dia senang karena itu berarti Aileen peduli padanya. Aileenpun mengeluarkan jarum suntik dan mengambil sampel darah dari pergelangan tangan Rei.

Gadis itu mencampurkan darah laki-laki itu dengan sebuah larutan dan memperhatikan perubahannya di dalam tabung tersebut. Aileenpun melirik Rei dan berkata.

"Darah kamu terlalu kental, jangan sering-sering minum kopi."

Ujarnya dengn nada datar sambil meletakan tabung itu kembali dan menulis semuanya di dalam tabletnya.

"Aileen gimana aku bisa begadang tanpa kopi Aileen? Kerjaan aku kan banyak banget."

Protesnya sambil menatap Aileen yang berdiri membelakanginya. Mendengar perkataannya ia langsung sadar kalau pekerjan Rei bisa di bilang terlalu banyak. Ia sendiri tidak mengerti kenapa Aksa memberi begitu banyak pekerjaan untuk Rei. Saking sibuknya ia hampir tidak punya hari libur. Bagamana bisa Rei bertahan setelah di pekerjakan seperti itu? Memang dia di bayar berapa hingga mau di beri pekerjaan sebanyak itu?

"Berhenti begadang. Mata kamu juga butuh istirahat kamu harus istirahat dengan teratur terus sesekali pake kacamata, jangan pake kontaklens terus korna mata kamu bisa rusak ntar."

Rei menghela nafas mendengar omelan Aileen yang panjang kali lebar kepadanya.

"Iya-iya aku bakal nurut."

Reipun mengeluarkan sebuah kacamata dari dalam jaketnya dan memakai kaca mata itu di wajahya. Seperti kata Aileen penglihatannya memang bisa di bilang buram dan ia memang merasa terganggu harus trus menutupi kedua mata merahnya. Menggunakan kontaklens tidak terlalu nyaman. Lagi pula Rei ingat Aileen benar-benar menyukai warna matanya, dia tidak keberatan memperlihatkan warna mata aslinya kepada semua orang asal Aileen senang meski dia akan berakhir menjadi pusat perhatian nantinya.

"Terus Rei, kamu sebenarnya punya masalah apa?"

"Hah? Maksud kamu apa?"

Tanyanya tidak mngerti, Aileen menatap kedua mata Rei seakan mencoba membaca isi pikirannya iapun menghela nafasnya dan berkata.

"Rei, jangan pura-pura gak tahu. Kamu punya penyakit jantung lho. Aku gak liat hal ini di catatan medis kamu sebelumnya. Itu artinya ini baru muncul, kalau seseorang mengalami tekanan yang sangat berat itu bisa memicu berbagai komplikasi dan dalam hal ini jantung kamu yang kena Rei. Apa kadang sakit?"

Rei menatap Aileen yang balik menatapnya dengan wajah yang sangat serius. Melihat hal ini ia langsung tahu kalau keadaannya cukup serius. Aileen tidak mungkin bercanda di saat seperti ini.

"Iya, kadang waktu malam hari."

Jawabnya jujur, lagipula Aileen adalah dokter di T.I.M dan ia bertanggung jawab dengan kesehatan mereka sudah sepatutnya dia tahu selain itu ia tidak bisa membohongi Aileen tentang kondisinya hanya agar dia tidak perlu khawatir.

"Apa semalam kerasa sakit juga?"

Rei menganggukan kepalanya dan menjawab.

"Iya sedikit, tapi ilang waktu aku konsentrasi sama sama kerjaanku."

Aileen menulis semua perkataan Rei di dalam tabletnya dan berkata.

"Saran dari aku, mending kamu gak perlu terlalu mikirin masalah kamu Rei. Sebesar apapun masalah kamu pasti ada jalan keluarnya, kamu gak perlu mikirin hal itu sampai nambahin masalah kesehatan kamu Rei."

Rei tersenyum kecut mendengar perkataan Aileen dan menatap punggung perempuan yang di cintainya itu dari belakang.

'Gimana bisa aku berhenti memikirin kamu Aileen?'