Balas Rei dengan tenang sambil merancang program yang Aileen inginkan dengan note book yang dibawanya, kata-kata serasa seperti bom untuk Chandra. Ia lupa kalau laki-laki yang selalu bersama Aksa ini punya aib semua orang di pemerintahan!! Sekali pencet aib-aib itu bisa tersebar kapan saja kalau dia mau!!
"Kalian cuma bercanda kan?..."
Serempak Rei dan Aksa menggeleng. Lagipula untuk apa juga mereka berbohong?
"Kamu gak akan mau geliat Aileen lebih marah lagi. Aileen itu lebih serem dari Adara waktu lagi marah."
Pernah satu kali ia melihat Aileen sangat marah kepada orang tua dari anak yang ia selamatkan dari sindikat perdgangan manusia karena di jual oleh orang tuanya sendiri. Dia tidak memaki mereka tapi bukan hanya memutuskan kontak antara orang tua dan anak atas keinginan si anak yang ia tolong sebelumnya tapi juga menghancurkan hidup mereka dengan menguak fakta yang di lakukan oleh kedua orang tua tersebut di internet. Bukan hanya usaha yang mereka rintis dari uang hasil menjual anak mereka bangkrut mereka juga tidak bisa hidup dengan tenang dari berbagai macam makian para tetangga dan di asingkan oleh semua orang di sekitar mereka. Keduanya bahkan takut membuka media sosial mereka dan harus sering ke psiketer karena mendapatkan tekanan dari semua orang di manca negara. Aileen mungkin tidak melukai mereka secara fisik namun secara psikis, hal ini lebih menakutkan dari pada penyiksaan yang sebenarnya karena luka secara fisik bisa sembuh namun luka secara mental akan terbawa seumur hidup. Karena itu siksaan Aileen lebih menakutkan. Dia tidak mau menjadi salah satu penderitanya tapi kalau Chandra mau dia tidak akan melarang. Lagipula dia pantas mendapatkannya.
Setelah selesai melakukan pemeriksaan menyeluruh kepada mayat tadi Aileen keluar dari ruangan itu sambil memegang tablet lipatnya. Aileen duduk di sebuah bangku panjang dengan wajah yang tampak letih, Rei menatapnya sesaat sebelum kemudian menghampirinya dan memberikan sebotol Air untuknya. Aileen tersenyum padanya sebelum kemudian meminum air dari dalam botol yang Rei berikan untuknya.
"Makasih."
Melihat senyuman Aileen semburat merah tipis muncul di kedua pipi Rei, dia memalingkan wajahnya dan berkata.
"Bukan apa-apa."
Senyuman Aileen tidak bertahan lama dan ekspresinya kembali seperti biasa.
"Gimana hasilnya Aileen?"
Aileen mengirimkan semua data dan petunjuk yang dia kumpulkan tadi lewat email dan Aksapun menerima email itu di tablet lipatnya. Aksapun mengambil tablet lipat yang ada di saku pakaiannya dan membuka email dari Aileen. Aileenpun menjelaskan.
"Pelaku mengambil beberapa bagian organ dari tubuh korban tapi anehnya cuma beberapa."
Penjelasan Aileen tentu membuat Aksa, Rei dan Chandra heran. Pelakunya mengambil organ perempuan itu tapi hanya beberapa? Membunuh seseorang bukanlah hal yang mudah, kalau dia mau menjual organ-organ itu ke pasar gelap bukankah seharusnya dia mengambil semua organnya?
"Apa aja yang pelaku ambil?"
Aileen tampak melihat tabletnya dan mulai menyebutkan organ-organ yang hilang satupersatu.
"Paru-paru, jantung, ginjal, hati dan rahim. Semuanya di ambil dengan rapi dan bagian rongga dalam mayat yang kosong di masukkan buntalan plastik agar tampak tidak ada yang salah kalau di lihat dari luar. Tapi kalau di ronsen sudah pasti akan kelihatan."
Aksa membaca laporan yang diberikan Aileen padanya sambil mendengarkan perkataannya.
"Pelaku yang kita tangani sebelumnya gak ngambil satupun organ korban, pelaku memotong-motong tubuh korban dan memasukkannya kedalam sebuah peti kayu yang dengan sengaja dilakukan pelaku supaya bisa ditemukan dengan mudah dan jelas gak peduli kalau organ di dalemnya rusak atau gak."
Mendengar hal itu Rei tampak tidak terlalu kaget.
"Itu berarti pelakunya berbeda."
Perkataan Rei di balas anggukan oleh Aileen. Membenarkan perkataannya.
"Orang ini memotong nadi di leher korban dan mengambil organ tubuhnya dengan rapi, sepertinya dia udah biasa berada di ruang operasi. Bisa jadi pelakunya dokter bedah atau mungkin mahasiswa jurusan bedah yang akan lulus tahun ini. Dari ekspresi wajah korban aku juga nyimpulin kalau korban kayaknya kenal sama pelaku karena dia gak memberontak sedikitpun. Dia mungkin gak nyangka orang yang dia kenal bakalan bunuh dia."
Perkataan Aileen membuat Aksa terdiam beberapa saat kemudian menatap Rei yang berdiri di sebelahnya.
"Rei kumpulin semua anggota T.I.M kita diskusiin hal ini sama-sama."
Reipun mengangguk ia tampak mengambil alat komunikasi khususnya dan menghubungi anggota lain secara bersamaan seperti yang diperintahkan oleh Aksa.
"Aileen kerja bagus, sekarang kita kembali ke markas dan urus kasus ini."
Aksapun beralih menatap Candra dan memasang senyum yang biasa di tunjukannya saat sedang bekerja.
"Terimakasih atas kerja samanya, kami harus pergi sekarang."
Ketika ketiganya berjalan menuju pintu pundak Aileen tiba-tiba di sentuh oleh Chandra yang ingin minta maaf atas kelakuannya tadi, tapi belum sempat Chandra mengatakan sesuatu kepadanya Aileen meliriknya dan membantingnya ke tanah dengan mudah yang tentunya di saksikan oleh beberapa anggota kepolisian yang menatap gadis itu dengan tatapan horor. Tubuh gadis itu kecil dan ramping, dia bahkan memakai sepatu high heels yang runcing. Namun meski begitu dia kuat membanting Candra yang beratnya sekitar lebih dari 60 kilogram dengan mudah tanpa terpeleset atau terjatuh. Aileen menatap laki-laki itu dengan tatapan dingin.
"Saya mungkin takut dengan pria tapi saya gak takut sama orang mesum. Kalau anda berani mendekati saya lagi saya pastikan tangan anda yang bagus ini akan saya potong."
Chandra gemetar ketakutan mendengar perkataannya. Rei yang melihat tatapan dingin yang di lemparkan Aileen kepada Chandra tersenyum miring namun ketika ia melihat kalau tangan perempuan itu agak gemetar senyumannya langsung menghilang dan menghampirinya.
"Aileen, cukup. Ayo pergi."
Suara Rei menyadarkannya, Aileen melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Chandra, dengan tangan yang tampak gemetar ia langsung berlari ke belakang Rei. Dia memegang lengan jaket Rei dengan tangannya yang tampak gemetar hebat dan nafasnya yang terdengar memburu, Rei mengernyitkan dahinya melihat hal ini. Rei tampak geram, aura membunuhnya keluar membuat semua orang tidak bisa bergerak dari tempat mereka masing-masing seakan mereka semua telah membeku di tempat mereka. Tekanan dari aura Rei terlalu kuat untuk mereka apalagi opsir muda yang belum punya pengalaman alhasil banyak dari mereka yang berdiri duduk ketakutan di lantai bahkan ada juga yang sampai menangis saking ketakutannya.
Mereka semua menatap Rei dengan tatapan horor seakan dia adalah monster namun Rei tampak tidak mempedulikan mereka dan beralih menatap Chandra yang nasibnya tidak jauh berbeda dengan anak buahnya. Chandra tidak menyangka sama sekali kalau Rei juga memiliki aura seperti ini. Aura yang dirasakannya dari Rei lebih menakutkan lagi dari yang pernah dia rasakan dari Aksa, Adara dan Aileen. Selama ini Rei tampak hanya selalu mengikuti Aksa saat kemari tapi dia tidak banyak melakukan apapun selain mencatat sesuatu yang penting atau memberinya tatapan kesal saat mendengarnya menggoda atau menghina perempuan. Selain itu tubuhnya juga kelihatan tidak terlalu kuat dan wajahnya yang selalu tampak mengantuk yang membuatnya tampak bisa tumbang kapan saja membuat Chandra tidak takut sama sekali padanya. Ia tidak menyangka aura milik Rei lebih kuat lagi!! Yang dirasakannya ini bukanlah aura seorang veteran perang namun aura dari seseorang yang sudah pernah membunuh sebelumnya!! Dimana Aksa menemukan orang ini?!!
"Ayo kita pergi, biar Aksa yang urus dia."
Aileen hanya bergumam sebagai tanda setuju, Reipun memegang tangan Aileen dan membawa perempuan itu masuk ke dalam mobilnya sementara Aksa tampak menatap Candra dengan tatapan sinis dan aura mengancam yang terasa kuat keluar dari tubuhnya. Auranya tidak terlalu kuat seperti Rei tapi karena aura Rei Chandra masih belum bisa bergerak.
"Aku udah meringatin kamu tadi Chandra, jangan macem-macem sama Aileen."
Aksa menghela nafas melihat ekspresi Chandra yang sudah jelas masih ketakutan karena aura Rei, ia sudah bilang sebelumnya untuk mengatur emosinya di depan Chandra tapi Rei sepertinya tidak bisa melakukan hal itu kalau sudah bersangkutan dengan Aileen. Ia sendiri tidak tahu kenapa.
"Aku tadi cuma mau minta maaf soal kelakuanku! Lagian dari mana sebenernya kamu nemuin Rei?!! Auranya ituโฆ"
Mirip seperti seorang pembunuh...