Usai memenangkan balapan itu, Kaori segera siap mencari seorang gadis. Ia tidak terlihat dari keramaian ini.
Aku duduk di belakang penonton yang berdiri bersorak untuk Kaori. Aku tidak menyangka jika pria yang begitu ingin mengenalku hebat dalam balapan motor. Sayangnya ia tidak balapan di area seharusnya, tetapi balapan pembohong yang dapat membahayakan dirinya atau orang lain. Aku berdiri dan ingin pergi, namun langkahku terhenti begitu dia berada di depanku. Dengan senyuman manis ia berucap, "Mau kemana? Aku memenangkan taruhan ini, jadi katakan padaku siapa dirimu? ",
Aku hanya tersenyum manis dan beralasan, "Baiklah, akan kukatakan. Tapi aku haus, bisa kita jalan-jalan? "
"Ya tentu saja, kenapa tidak" jawabnya
Sambil berjalan kami berbincang saat taman kota ini berdua, Kaori pun sempat membelikan aku minuman. Meminum minuman yang dibelinya sambil berjalan.
"Jadi, kamu sekolah dimana?"
"Di HS…High School"
"HS berapa? Namamu?"
"Namaku An, bukannya kita sudah kenalan ya waktu di café",
"Ah ya benar, aku hampir lupa. Boleh aku tau nomor handphone mu? Ya sekalian alamat rumahmu"senyumnya
"Untuk apa?"
"Kupikir aku boleh kan mengenalmu lebih?"
"Ya tentu saja kenapa tidak!"jawabku sambil membuang sampah di bak sampah, lalu kembali melanjutkan jalan-jalan bersamanya
"Jadi kamu tinggal dimana?"
"Di rumah Lisa, apa kamu tahu dimana?"
"Tidak, siapa Lisa?"
"Mungkin kamu sudah mengenalnya, Lisa adalah kakak Felix. Felix bersekolah di HS1. Bagaimana denganmu? Kamu sekolah dimana?"
"Aku ya? Aku sekolah di HS5. Ya aku kenal dia, dia ketua geng bukan?"
"Geng? Sepengetahuanku Felix bukan ketua geng",
"Ya tapi di luar dari itu dia adalah ketua geng",
"Hem, bagaimana denganmu? Sepertinya kamu terkenal disini",
"Ya aku lumayan terkenal setelah Kim",
"Siapa Kim?"
"Ia juga pembalap disini, dari sekolah HS1"
"Oh begitu, kalian hebat mengapa tidak balapan di arena balap?"
"Ya kami punya tempat yang bagus untuk itu hanya saja tidak ada waktu yang tepat. Bagaimana denganmu, hobimu apa?"
"Aku, aku hanya membaca buku",
"Jadi kamu hobi membaca?"
"Ya benar"
"Wah ternyata kita jodoh ya? Aku suka gadis yang hobi membaca buku", Ucapannya begitu membuatku tersenyum, "Masa sih?",
"Ya benar, apa kamu mau aku jemput besok?"
"Hem, tidak perlu. Aku besok akan berangkat dengan motor sendiri, jadi lebih menyenangkan",
"Ah sayang sekali ya tak ada kesempatan yang bagus untukku",
"Hah, bukan begitu maksudku. Kenapa tidak di malam minggu atau malam kamis, atau sepulang sekolah saja. Aku tidak mau membuat fans mu marah jika kamu mendekati gadis lain",
"Hem, benar dan sebenarnya untuk apa mereka cemburu? Bukannya mereka harusnya senang ya? Kalau idola mereka punya pacar"
"Ya benar"
Tiba-tiba saat asik bicara berdua, kami mendapat lemparan batu kecil dari semak-semak bunga. Spontan Kaori langsung melindungiku. Lemparan batu berhenti, keluar lah dari semak-semak bunga teman-teman.
"Kalian berdua kalau dicari gak ketemu. Hah, kemana saja kalian?"tanya Fena
"Maaf, kami jalan-jalan sebentar keliling taman",
"Hah, banyak alasan. Ayo ikut aku!"kata Mosa langsung menarik tanganku menjauh dari Kaori. Kaori nampak santai saja saat aku pergi, begitu jauh darinya Mosa segera melepaskan tanganku.
"Huh, syukur deh dia gak ikut"ucap Fena
"Eh, memang ada apa?"
"Kita pulang lah, masak jam segini belum pulang"
"Eh, tapi kita lewat belakang aja ya. Gak lewat depan",
"Kenapa?"
"Udah ikut aja"ajak Mosa
Aku dan dua sahabatku melewati taman kota melintas jalan jauh untuk menuju area parkir motor. Aku merasa ada yang aneh pada mereka berdua. Entah apa sebabnya. Begitu tiba di area parkir kami segera menuju motor masing-masing dan pergi dari tempat ini.
***
Perjalanan pulang menuju rumah tak semulus jalan yang dilewati, kami dicegat oleh sekelompok orang tak dikenal. Mereka mencoba merampas semua motor kami. Mereka berjumlah empat orang. Mereka mengancam kami dengan senjata tajam, menodongkan senjata agar kami menjauh dari motor. Spontan Mosa berteriak minta tolong.
"Tolong…tolong.."teriak Mosa, spontan salah satu dari mereka menyerang Mosa dengan pisau namun aku menghalanginya hingga pisau itu mengenai lenganku. Darah cepat mengalir, aku menahan rasa sakit dan memegang lengan kiriku.
Sisi lain kejadian, seorang perempuan mendengar teriakan itu. Ia melihat kejadian itu
segera berlari ke taman kota meminta bantuan. Perempuan itu berhenti di area parkir bertepatan Felix dan teman-teman ada disana.
Dengan teregah-egah dia berucap, "Tolong, tolong ada perempuan di begal di sana. Tolong!",
"Dimana?"tanya Felix kaget, teman-teman Felix yang mendengar segera berhenti ngobrol dan mendekati perempuan itu. Lalu perempuan itu menunjukan tempat kejadian.
***
Lengan tangan kiriku terluka, lalu pria yang ada di depanku itu juga tak menghentikan serangannya begitu melukaiku dia kembali menyerang. Tapi kali ini aku tidak akan membiarkannya dengan mudah melukaiku. Kulawan pria yang menyerangku, kujatuhkan pisau di tangannya dan melumpuhkannya. Teman-temannya yang melihat temannya terjatuh segera turun dari motor dan menyerang kami.
Tetapi saat mereka menyerang bersamaan, langkah mereka terhenti karena Felix dan teman-temannya datang untuk menolong kami. Mereka yang menyerang pun melarikan diri dengan mengendarai motor mereka.
"Kalian baik-baik saja?"tanya Felix
"An, kamu terluka. Maafkan aku, jika saja aku tidak berteriak kamu tidak akan terluka. Maafkan aku, kita ke rumah sakit ya untuk mengobati lukamu"ucap Mosa khawatir
"Tidak ada, punya sapu tangan? Aku tidak mau darah ini terus mengalir, lagi pula pisaunya
tidak beracun. Besok juga akan membaik"jawabku dengan senyuman
"Tapi kamu terluka"jawab Mosa sambil memberikan sapu tangan
Kuambil sapu tangan dan memperban lukaku, "Sebaiknya kita pulang saja ya? Harinya sudah malam. Jangan terlalu khawatir padaku, aku baik-baik saja".
"Tapi…"
"Sudahlah, Felix dan teman-teman terima kasih sudah datang dan menolong kami",
"Tidak masalah, lagipula apa yang kami lakukan tidak ada"
"Apa kamu bisa pulang dengan lenganmu terluka, An?"tanya Fena
"Tidak, tapi aku akan berusaha untuk itu",
"Biar aku yang membantumu, An. Aku takut jikalau Lisa marah. Teman-teman bawa motorku ya?"ucap Felix sambil memberikan kunci motor pada temannya.
"Ayo kita pulang! Mosa, kamu tak perlu khawatir semua baik-baik saja kok"senyumku
"Ya…"
Kemudian kami pulang, aku dibonceng Felix. Kami semua berpisah di persimpangan jalan.
***
Felix menghentikan motor di halaman rumah, aku turun dan langsung masuk ke rumah. Lisa yang melihat An terluka secepatnya menyusul An menuju kamar An. Aku mengambil kotak p3k. Lalu berjalan menuju ruang tamu. Duduk di sofa, melepaskan perban sapu tangan dan membersihkan luka dengan tisu.
"Apa yang telah terjadi? Kamu kenapa terluka? Apa ini karena ulahmu, Felix?"tanya Lisa
"Tidak, aku tidak melakukan apapun padanya"jawab Felix sambil duduk di sofa.
"Biar kubantu ya An?"ucap Lisa membantuku memperban luka.
Setelah selesai diperban, Lisa duduk di dekatku. "Apa yang telah terjadi? Hah, bagaimana nanti aku menjelaskannya pada paman Chan?"
"Apa? Apa maksudmu? Paman Chan!"
"Ya maksudku, kan aku kenal pamanmu. Pamanmu kan orang yang sangat menyanyangimu. Jika ia tahu, tentu ia akan sangat khawatir padamu lalu akan marah padaku"ucap Lisa
"Hah, aku yang ceroboh. Pamanku tak akan marah padamu, Lisa"ucapku sambil berdiri dan masuk kamar.
Lisa yang melihat An pergi, lalu memandangi adiknya. "Apa yang telah terjadi?",
"Dijalan, saat An dan teman-temannya pulang mereka di begal. An mencoba melindungi Mosa. Akibatnya An terkena serangan pisau di lengan kiri"
"Hah, ya ampun"
***
*Kamar An
Sebuah pesan Chat masuk dari dua sahabatku.
Mosa, "Kamu sudah sampai di rumah?",
"Ya",
Fena, " Kami khawatir padamu",
"Sudahlah, aku sudah baikkan. Oya bagaimana dengan handphone ku?"
"Itu hampir beres tapi aku tak begitu yakin akan mengatakan ini padamu",
"Apa ada masalah?"
"Tidak, hanya saja",
"Apa?"
"Nanti sepulang sekolah ke rumahku ya, akan kita bicarakan",
"Baiklah"
Kemudian komunikasi terputus, kubalikan handphone dan menekan tombol rahasia. Layar hologram muncul. Kukirimkan sebuah pesan pada team Orchid. "Orchid, aku ingin pastikan semua baik-baik saja disana tanpa aku. Aku ingin kalian membersihkan orang yang mencoba menghancurkan keluargaku. Punya target?
Kumpulkan bukti untuk membersihkan mereka", Balasan dari team Orchid, "Baik, Orchid. Kami siap bergerak". Setelah itu matikan layar hologram, dan handphone kembali ke semula.