High School Five berdiri megah di Kota Malvado, Bel berbunyi tanda jam istirahat telah tiba. Entah apa yang ada di pikiranku kini, kacau. Dua sahabatku pun bergegas pergi keluar kelas begitu bel berbunyi. Aku menunggu semua orang di kelas ini keluar, begitu aku sendiri barulah aku keluar. Berjalan menuju kantin sekolah. Belum sampai di kantin, aku melihat beberapa orang bergerumbunan di mading. Bergegas melihat ada berita apa disana. Kulihat gambar Yora sedang berfoto dengan boyband terkenal, dan tiket VIP nonton konser mereka. Semua orang membicarakan itu dan kedekatannya dengan Yoong. Kulihat juga papan elektronik nilai siswa tertinggi umum diraih oleh Yora. Semua tentangnya disini, dia terhebat.
Sementara nilaiku di papan elektronik itu tak terlihat bahkan namaku sekalipun. Itu menyedihkan sekali. Aku hanya melihat nama Fena dan Mosa yang meraih 20 besar.
Saat aku terdiam, Yora dan dua sahabatnya mendekatiku.
"Hallo kucel, gue lihat sih loh ngak ada di papan elektronik. Nilai lo berapa sih? Apa jangan-jangan loh orang yang memiliki kebutuhan khusus dan gak selevel dengan gue lagi",
"Yup, lo pernah gak sih nonton konser tiket VIP boyband terkenal di Korea gitu? Gak pernah ya?",
"Namanya juga orang gak selevel dengan gue",
"Hello, lo punya mulut gak sih. Diajak bicara sama Yora gak jawab!",
"Aku gak pernah nonton konser dengan tiket VIP" jawabku dengan santai
"Wow, mungkin benar lo gak selevel dengan kita. Lo tinggal dimana sih?"
"Kolong jembatan!"ejek teman Yora
"Aku tinggal di rumah tante Lisa",
"Tante? Gak punya bokap ya? Ya ampun, anak pungut",
"Lebih baik lo pergi deh, gak ada gunanya ngomong sama lo"usir Yora
Aku pun pergi dengan hati kesal, ejekan Yora memang pedas dan membuat orang tak segan menarik rambutnya. Kekesalanku terhenti ketika melihat Kaori ada di depan, aku pun segera berpaling dan berjalan menuju arah yang lain. Begitu tidak lagi melihatnya aku segera menghentikan langkah, menarik nafas legah. Tetapi baru saja tenang, aku kembali melihat Kaori. Aku pun kembali berjalan menjauhinya. Berlari dan berhenti, aku kembali melihatnya. Berlari dan berhenti, melihatnya lagi. Hingga berkali-kali aku menghindar, aku terus melihatnya hingga aku kelelahan dan berhenti untuk istirahat. Sambil menarik napas, dan berucap " Aku haus sekali, ya ampun kapan semua ini berhenti",
Tiba-tiba seseorang memberikan minuman, " Ini untukmu, kamu haus kan?"
Aku mengambil minuman itu, karena haus aku segera meminumnya tanpa melihat siapa yang memberi. Ketika haus hilang, aku pun berucap dan kaget begitu melihat siapa yang memberi minuman ini. " Astaga, ya ampun. Kaori! Kamu membuatku kaget saja"
"Baru dari mana? Lari-lari ya?",
"Ya aku olahraga, ada masalah?"
"Tidak, sapu tangan?"
Aku pun mengambil sapu tangan darinya, dan mengusap keringat di wajahku.
"Ambil saja, kamu cantik sekali ya"pujinya
"Hah, terima kasih",
"Boleh aku tahu, kamu kenapa lari-lari?"
"Ya, aku baru saja ingin lari dari kenyataan. Apa ada masalah jika aku lari?"
"Tidak, tapi kenapa tidak mengajakku?"
"Hem, aku pikir Yora akan cemburu nanti jika kamu lari dengan gadis tidak selevel", Entah kenapa pria itu tersenyum dan tertawa padaku,
"Haha, tidak. Dia bilang aku bukan cowok tipe-nya. Lagi pula dia sangat menyukai Yoong",
"Yoong, apa mereka benar-benar sedekat itu?"
"Entahlah, tapi aku pergi melihat mereka berdua. Apa kamu cemburu?"
"Aku cemburu? Tentu saja tidak, buat apa cemburu",
Saat kami ngobrol, teman-teman Kaori datang dan menyapanya.
"Kakak, akhirnya aku menemukanmu disini. Kak Kaori, kami mau mengajakmu ke Festival Bunga. Kami sudah menukar tiket masuknya untuk kita"ucapnya sambil memberikan tiket untuk Kaori.
Dengan malu-malu Kaori berucap, "Terima kasih, Maaf aku lupa mengajakmu. An, apakah kamu mau ikut ke Festival Bunga bersamaku?".
"Hem, boleh. Kita rame-rame kan? Aku belum pernah pergi ke Festival Bunga di kota ini",
"Wah, berarti ini akan menjadi pengalaman pertamamu di kota ini kan?"
"Ya benar, dimana aku bisa mendapatkan tiket Festival Bunga?",
"Tenang saja, aku akan membelikan tiketnya untukmu",
"Serius?"
"Ya"
"Apa itu dengan imbalan?"
"Tidak, aku sudah sangat senang bisa bertemu denganmu lagi. Itu sudah cukup bagiku",
"Baiklah, terima kasih. Oya kita belum kenalan kan? Namaku Anita, dipanggil An"
"Namaku Deren",
"Aku Richard",
"Aku Samuel",
"Salam kenal"ucap mereka bertiga serentak
"Wah kalian kompak sekali ya, kalian semua teman Kaori kan?"
"Ya, kami sahabat Kaori",
"Oh iya, apa kalian melihat dua temanku. Mosa dan Fena?"
"Tidak, kami tidak melihatnya"ucap Deren
"Ya aku juga, dari tadi aku tidak melihat mereka"ucap Kaori berbohong.
Sementara itu di tempat lain, perpustakaan sekolah. Fena dan Mosa sedang mencari buku di rak buku.
"Menurutmu apa dengan begitu An akan memaafkan kita?",
"Entahlah",
"Aku mulai terpikir jika ia akan marah pada kita karena kita telah memberitahu Kaori, mempertemukan mereka tepatnya",
"Mosa, berhentilah khawatir. Dia akan baik-baik saja",
"Ya aku tahu, tapi Kaori itu ketua geng di sekolah ini. Ia ditakuti semua orang secara diam-diam, dan kita tidak pernah meminta maaf padanya secara langsung. Seharusnya kita tak berburuk sangka padanya, Fena",
"Ada benarnya ucapanmu. Tapi bukannya dengan mempertemukannya dengan Kaori, Anita akan senang karena dia bertemu dengan pria yang menyukainya. Ia belum memiliki pacar kan? Siapa tahu pria yang diceritakannya pada kita itu adalah Kaori. Kita tak pernah melihat dia sebelumnya dengan pria lain kan? Selain Felix"
"Ya belum, semoga saja Anita tidak marah karena kita mempertemukannya dengan Kaori sebagai tanda maaf kita"
***
Cahaya matahari menyinari, jam pulang sekolah. Aku secepatnya keluar kelas tanpa peduli dengan dua sahabatku, berjalan menuju area parkir sekolah. Tapi lagi-lagi aku bertemu dengan Kaori. Ia nampak menunggu seseorang di area parkir, ia duduk di atas motor miliknya. Tak jauh darinya, motorku terparkir di sana. Berjalan menuju motorku, mataku tak sengaja terarah pada ban motor. Seseorang telah membuat ban motorku kempes.
"Sial, kempes lagi. Hah, padahal hari ini aku harus segera bergegas pulang"ucapku
Kaori yang memperhatikan An sejak tadi pun mendekati, dan berucap " Ada apa? Apa ada masalah?",
"Ya , aneh sekali hari ini. Tiba-tiba ban motorku kempes. Padahal pagi tadi tidak" jawabku
"Bagaimana kalau kamu kuantar pulang, nanti biar
motormu teman-temanku yang urus",
"Hem, itu tawaran yang bagus. Tapi aku tidak akan meninggalkan motor kesayanganku sendirian"kataku yang segera menghubungi Felix. Begitu terhubung dengannya, "Felix, ini aku An. Bisa datang ke sekolah, ban motorku kempes. Aku tidak bisa pulang",
Felix, "Ya tentu, aku akan kesana bersama Sabastian.
Dia punya pompa ban motor","
"Baiklah, cepat datang ya. Terima kasih",
"Sama-sama",
Komunikasi terputus, kumasukan handphone ke dalam saku.
"Menelpon Felix ya?"
"Ya, dia akan segera kesini membantuku.
Ngomong-ngomong kapan Festival Bunga?"
"Festival Bunga di hari malam kamis. Ya aku harap kamu ada waktu",
"Tentu saja, aku akan sangat senang bisa jalan denganmu",
Kaori pun tersenyum manis, dia berpikir bahwa ada kesempatan yang baik untuk menjadi pacar An. Tak lama kemudian Felix datang bersama Sabastian, mereka segera menghampiriku.
"Mana nih yang perlu dipompa?"tanya Sabastian
"Ban belakang" jawabku, Sabastian pun segera mengompa ban motor milikku. Kaori dan Felix nampak menatap satu sama lain, kulihat itu dengan jelas seperti mereka tak akur satu sama lain.
Fena dan Mosa yang melihat Felix datang segera menuju area parkir.
"Mosa, kebetulan ketemu disini"sapa Felix
"Ada apa?"
"Ini, aku lupa memberikannya padamu"jawab Felix memberikan dua tiket Festival Bunga
"Untuk siapa satunya?"
"Fena, aku yakin kamu tidak mau sendirian"
"Ya benar, terima kasih Felix" senyum Mosa
"Sudah selesai nih An" ucap Sabastian
"Benarkah? Terima kasih Sabastian, Felix",
"Ya sama-sama, kita pulang yuk An?"ajak Felix
"Siap!"jawabku segera memakai helm dan naik ke motor.
Memundurkan motor, dan menyalakan mesinnya. Felix dan Sabastian bergegas ke motor mereka. Lalu kami pergi tanpa menyapa mereka. Tanpa sepatah kata Kaori bergegas pergi, ia mengendarai motor miliknya. Fena dan Mosa menyimpan tiket Festival Bunga, lalu memakai helm sambil ngobrol.
"Hah, beneran deh. Surat itu benar-benar untukku"ucap Mosa dengan hati senang berbunga-bunga
"Tentu saja"jawab Fena
Fena dan Mosa mulai pergi meninggalkan sekolah dengan mengendarai motor milik mereka. Kepergian mereka telah diperhatikan seorang pria sejak tadi. Samuel memperhatikan Mosa sejak tadi.
"Sial, lihat saja nanti apa rencana jalan-jalan kalian berdua akan baik-baik saja? Aku tak akan membiarkanmu mendapatkannya".
***
Festival bunga, orang-orang telah menyusun rapi bunga-bunga, menyiapkan makanan dan minuman, wahana, dan menjaga keamanan. Semua orang nampak senang mempersiapkan acara itu untuk hiburan atau bisnis. Mereka semua terlihat gembira.