Chereads / Orchid: Bride Of The CEO Mafia / Chapter 7 - Masalah besar telah terjadi, teman yang lucu

Chapter 7 - Masalah besar telah terjadi, teman yang lucu

*An

Aku hanya menatap jam tangan, monitor kecil, dan gelapnya malam di kamar ini. Aku berharap masalah ini cepat selesai tanpa harus ada pengorbanan lagi. Aku hanya bisa pasrah sekarang dan menerima bahwa sekarang posisiku tak aman. Tapi karena masalah apa sekarang? Pasti ada sesuatu yang disembunyikan dariku.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarku, segera saja ku berjalan menuju pintu kamar lalu membukanya. Kulihat sahabatku telah ada didepanku sekarang, Fena.

"Selamat malam, An. Gimana kabarmu? Aku menemukan sesuatu di handphone kamu tapi aku tak menemukan seseorang yang mencoba meretas handphone mu. Mungkin….," Belum selesai bicara aku berucap "Masuk! Di dalam aja ngomongnya ". Fena pun masuk dan kututup pintunya. Fena duduk di kasur dan kudekati dirinya.

"Jadi apa yang kamu temukan?"

"Aku tidak percaya ini, aku bersama dengan video Direktur Chan, bersama Yoong dan Hyun. Mereka tampan sekali," puji Fena.

"Hah, menyebalkan jika anak itu ikut ngobrol juga. Apa yang mereka bicarakan?",

"Kau ada masalah dengan mereka ya? Kau tahu mereka bilang nyawamu dalam bahaya maka kau dititipkan…",

"Ya aku dititipkan, tapi aku tak punya masalah dengan Paman Chan, dan Kak Hyun tapi dengan Yoong. Dia selalu telat dan ingkar janji denganku",

Fena kaget dengan ekspresi tak percaya akan sifat Yoong yang telat dan suka ingkar janji, "Apa? Ngak mungkin pria tampan itu suka telat dan ingkar janji",

"Heh, kenapa kamu jadi membelanya? Kamu suka padanya?",

"Ya, aku salah satu fans beratnya",

"Ya ampun, lalu apa kau membawakan aku video itu?",

"Tentu saja, ini… .aku perlihatkan padamu ", Fena mulai video yang disalin ke handphone. Jelas di video itu ada mereka bertiga. Fena mulai mengeraskan suara handphonenya, dan terdengarlah percakapan itu.

"Paman Chan, nanti kamu kan ke Beijing. Lalu siapa yang akan menjaga An?",

"Aku akan mencari orang nantinya, kau bantu aku!",

"Ya tentu saja, An harus dikirim ke tempat yang aman. Aku tidak mau kehilangan dia. Pokoknya kita harus selesaikan masalah ini ',

"Itu mudah, tapi kita ngak tahu siapa pelakunya. Kedua orang tuamu bisa dalam bahaya jika kita salah langkah. Sebaiknya sekarang kamu pulang Hyun, jaga kak Alex",

"Ya tentu saja",

Percakapan itu selesai, dan aku mulai berpikir tentang masalah apa yang mereka hadapi.

An, menurutmu ini ada masalah apa dikeluargamu ?, "tanya Fena.

"Aku tidak tahu yang jelas itu sudah menghancurkan kepercayaanku pada mereka yang bertiga dan lebih parahnya pelakunya telah mengincar nyawa kedua orang tuaku sekarang," ucapku sedih.

"Lalu bagaimana keadaan kedua orang tuamu?",

"Kau melihat televisi gak? Kabar buruk bagiku yang terus pelembab tapi mereka benar-benar sekarang. Handphone Ku direntas saat aku menghubungi kantor Hyun, mungkin bukan handphoneku tetapi milik Hyun",

"Aku turut berduka cita dan sedih atas kematian kedua orang tuamu. Tapi aku ini temanmu, aku janji ngak akan membongkar rahasia ini pada kelompok",

"Tapi akan lebih baik kamu berhenti mencari tahu dan menentukan segalanya yang kamu tahu di tangan sebelum terlambat. Mereka mencariku sama seperti mereka mengincar nyawa kedua orang tuaku",

"Ya, akan kulakukan",

"Terima kasih telah memberitahu hal ini padaku, Fena. Terima kasih telah membantuku. Besok datang ke rumahku ya? Kita berangkat bersama ke sekolah," senyumku.

"Eh bukannya kamu diantar Lisa ya?",

"Iya benar juga, aku lupa",

Tiba-tiba Lisa masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu lebih dulu, Lisa kaget ada teman An di kamar.

"Maaf aku langsung masuk, aku bisa menjawab bahwa besok aku berhenti bekerja. Aku kesana sakit, ambil berkas-berkasku. Jadi aku harap An mempercayaiku",

"Ya, mungkin aku bisa percaya tapi bisakah kau keluar dari kamarku?",

"Eh, tentu saja. Maaf aku mengganggu",

"Tak masalah", jika Lisa menutup pintunya, aku berucap "Lisa!",

Lisa yang mendengar kabar tentang langkah dan membuka pintunya kembali, "Ya ?,".

"Aku punya uang beberapa, bisakah kamu membelikan aku handphone baru? Aku ingin kamu mengisinya dengan nomormu dan akan ku isi dengan nomor teman-temanku disini. Handphoneku bermasalah",

"Oh begitu, baiklah akan kubelikan", aku pun mengambil uang beberapa lalu memberikannya pada Lisa.

"Kau ingin aku membelikan handphone apa?",

"Terserah, aku pernah mencoba segala handphone tapi aku ingin kamu membelinya sesuai uang itu jika bisa dua satu untukmu satu untukku ",

"Oke, tak masalah",

"Terima kasih Lisa"

"Sama-sama", lalu Lisa pergi dan aku kembali ... Fena, sahabatku.

"An, aku pulang dulu ya sudah malam nih!",

"Eh, tapi kamu baru saja datang. Kamu mau minum apa?",

"Gak usah repot-repot aku mau melihat pertunjukan jalanan oleh geng Kaori. Kau kenal dia kan? Kalian kulihat dekat banget waktu di café itu. Kalian sudah saling kenal ya?",

"Kenal? Gak, itu hanya kebetulan",

"Kebetulan apa kebetulan? Aku heran sama kamu, An. Kamu kenal orang-orang yang tampan dan keren yang di kota ini seperti Kaori, Hyun, Chan dan Yoong",

"Halah, gak usah di bahas yang itu. Aku ikut ya?",

"Tapi apa Lisa nggak marah?",

"Gak akan malah suka jika aku berbaur",

"Oke, yuk berangkat! ",

Aku dan Fena berjalan ke halaman rumah. Begitu kami datang, Felix dan teman-teman-diam-memperhatikan kami dan aku tahu itu. Mengenakan mantel hitam dan memutar motor sport milikku lalu membuat mesinnya. Fena yang melihat itu berucap "Apa gak ada motor lagi, An?",

"Pertanyaan yang bagus, ngak ada cuman ini milikku. Kenapa?",

"Keren!",

"Heh…",

Tiba-tiba Felix berucap, "An, kamu mau kemana?",

"Jalan-jalan sebentar, kenapa? Mau ikut?",

"Gak, pulangnya jangan malam-malam ya?","Oke",

Dengan bisik-bisik Sabastian berucap "Oh, itu motor punya An toh! Aku mau coba sejak tadi, kupikir punya Felix",

"Lah kenapa gak minjem aja? Bilang ke Felix ?," bisik Won pada Sabastian,

"Kamu kan tahu Felix gak suka aku ngebut-ngebutan",

"Ya aku tahu, entar deh bilang sama An aja pasti dipinjami. Motornya keren bro!"

Kemudian aku dan Fena berangkat menuju tempat pertunjukan jalanan geng Kaori.

***

Kami berhenti di jalanan sepi yang dipenuhi oleh anak motor. Kedatangan kami

disambut oleh Mosa yang datang lebih dulu.

"Wah, keren nih motor. Punyamu, An?",

"Ya bisa dibilang begitu, tapi lebih keren motor kalian dengan pertunjukannya",

Mosa memberi salam persahabatan dengan Fena dan diriku, lalu kami diajak Mosa

berkeliling. Terlihat Kaori berbincang-bincang dengan anggotanya. Mosa dan Fena

berhenti mereka ya terutama Richard dan Samuel. Sementaraku ditinggalin gitu

aja. Saat mengajak Kaori mengajak dan mengajak ngobrol.

"Hey, kita ketemu lagi. Bagaimana dengan handphone kamu, sudah baikan?",

"Apa yang baik? Handphonenya kuhancurkan dan tak mungkin selamat",

"Ya kau benar, kau tinggal bersama Fena ya? Kulihat tadi kau datang dengannya",

"Tidak, Fena ke rumahku tadi jadi aku ikut kemari jalan-jalan dengannya ",

"Kau mau melihat pertunjukan?",

"Pertunjukan apa?",

Pertunjukan motor,

"Ngak, entar jatuh lagi dari motor",

"Kamu jera ya jatuh dari motor?",

"Ngak lah, cuman kamu. Kamu kenapa ngak jera-jera juga?",

Kaori tersenyum manis, lalu tiba-tiba Kaori menarik tanganku menuju tempat pertunjukan motor. Beberapa orang telah mulai melakukan atraksi motor meraka. Penonton pun bertepuk tangan dengan meriah.

"Mau taruhan denganku? Jika aku kalah balapan aku akan mentraktirmu apa saja yang kamu minta tapi jika aku menang kamu harus memberitahuku dimana rumahmu dan sekolahmu. Bagaimana?"

"Oke gak masalah"

Kaori mulai tersenyum manis ketika suatu taruhannya, Kaori tahu bahwa An tak benar-benar tahu siapa dirinya. Seorang laki-laki pun berucap di depan kami semua dan Kaori mulai menuju kelompoknya telah mempersiapkan motornya. "Oke, seperti biasa malam ini kita akan mengadakan pertunjukan balapan. Pertama sambutlah Kaori, pria yang berkali-kali menang dengan kecepatannya. Dan, lawannya kita lawannya malam ini adalah Kazhel. Penantang Kaori! ", Seketika itu penonton berteriak dan mereka bersiap siap di garis mulai.

Aku pun mulai menyadari siapa Kaori disini, dan aku telah salah mengambil langkah setuju dengan taruhan itu. Aku pun mulai melangkah ke belakang penonton dan mencari tempat kosong untuk duduk. "Hah, sial. Dia akan menang, seharusnya aku gak setuju dengan taruhan itu," gumanku.