Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Crimson Phantom: Revolusi Tanpa Jejak

Kumoko_Castorice
--
chs / week
--
NOT RATINGS
312
Views
Synopsis
Darius Valtzheim dan Riven Aldevar telah berteman sejak kecil, meski berasal dari dua dunia yang berbeda—Darius adalah putra keluarga bangsawan, sementara Riven hanyalah anak dari keluarga miskin. Perbedaan status sosial mereka selalu menjadi bahan perbincangan di kalangan bangsawan, dengan Riven sering dicap sebagai "anjing penjilat." Namun, Darius tidak peduli dengan semua itu. Bagi Darius, Riven adalah teman sejatinya, satu-satunya orang yang memahami dirinya tanpa melihat statusnya. Tetapi di dalam hati Riven, ada kebencian yang telah tumbuh selama bertahun-tahun. Kebencian terhadap para bangsawan yang menindas rakyat jelata. Ketika rumor tentang seorang bangsawan yang tewas tanpa jejak mulai menyebar, Darius bertanya-tanya siapa pembunuhnya. Yang tidak ia sadari adalah bahwa dalang di balik pembunuhan itu adalah Riven sendiri. Dengan kekuatan supranatural misterius yang mulai bangkit dalam dirinya, Riven bersumpah untuk menghapus konsep bangsawan dari dunia ini, satu pembunuhan tanpa jejak pada satu waktu. Demi menjaga persahabatannya dengan Darius, Riven menyembunyikan identitasnya sebagai Crimson Phantom, sosok bayangan yang meneror kaum bangsawan. Ia memasuki akademi bangsawan bersama Darius untuk menyusup lebih dalam ke dalam sistem yang ingin ia hancurkan. Namun, semakin ia mendekati kebenaran, semakin banyak rahasia dunia yang terungkap—termasuk rahasia kelam tentang asal-usul dirinya sendiri. Akankah Riven berhasil menggulingkan sistem bangsawan tanpa ketahuan? Ataukah persahabatannya dengan Darius akan hancur ketika kebenaran terungkap? Satu hal yang pasti: Dunia ini akan berubah… dalam darah dan bayangan.
VIEW MORE

Chapter 1 - bab 1: Selamat Datang di Akademi Lux Aurea

Matahari pagi bersinar lembut di atas kota Valtzheim, memantulkan cahaya ke atas jalanan berbatu yang tertata rapi. Bangunan-bangunan megah berdiri dengan anggun, melambangkan kekuasaan kaum bangsawan yang telah memerintah selama berabad-abad.

Di tengah hiruk-pikuk aktivitas pagi, sebuah kereta kuda berhiaskan lambang keluarga Valtzheim melaju melewati gerbang utama Akademi Lux Aurea—institusi pendidikan paling bergengsi di dunia, tempat hanya para bangsawan dan segelintir rakyat biasa berbakat yang diizinkan masuk.

Di dalam kereta itu, seorang pemuda berambut perak duduk dengan tenang, mengenakan seragam akademi yang elegan dengan jubah putih keemasan. Ia adalah Darius Valtzheim, putra tertua dari keluarga bangsawan Valtzheim yang terkenal. Di sampingnya, duduk seorang pemuda berambut hitam dengan ekspresi santai, seragamnya tidak terlalu rapi, dan tatapannya penuh rasa ingin tahu. Ia adalah Riven Aldevar, sahabat masa kecil Darius—dan satu-satunya siswa dari latar belakang miskin yang berhasil masuk ke akademi ini melalui ujian ketat.

Darius melirik Riven dan tersenyum.

"Kau kelihatan santai sekali, Riven. Tidak gugup?"

Riven mendengus kecil, bersandar di kursinya.

"Kenapa aku harus gugup? Aku hanya akan belajar di tempat yang penuh dengan orang-orang sombong yang suka memandang rendah rakyat jelata. Ini bukan pertama kalinya aku menghadapi mereka."

Darius tertawa kecil.

"Kau terlalu sinis. Mungkin tidak semua dari mereka seburuk itu."

Riven menatap Darius dengan mata setengah menyipit.

"Oh? Mau taruhan? Aku yakin dalam waktu kurang dari satu jam setelah kita tiba, aku akan mendengar seseorang menyebutku 'anjing penjilat' atau 'pelayan bangsawan'."

Darius terdiam sejenak, lalu mendesah panjang.

"Sungguh dunia yang menyebalkan…"

Riven menepuk pundaknya dengan santai.

"Tenang saja. Aku sudah biasa. Yang penting, aku tetap bisa masuk ke akademi ini. Lagipula, aku punya tujuan yang lebih besar di sini."

Darius tidak menangkap nada serius dalam ucapan Riven, tapi jika ia melihat mata sahabatnya lebih dalam, ia mungkin akan menyadari ada sesuatu yang gelap tersembunyi di balik senyum santainya.

Tujuan Riven bukan sekadar belajar.

Ia datang ke akademi ini untuk memulai revolusinya.

---

Gerbang Akademi Lux Aurea

Begitu turun dari kereta, Riven langsung merasa diperhatikan. Bukan dengan tatapan kagum, tapi dengan tatapan merendahkan.

Para siswa bangsawan yang sudah lebih dulu tiba mulai berbisik-bisik di antara mereka. Beberapa dari mereka tidak repot-repot menutupi ekspresi jijik di wajah mereka.

"Lihat itu… Anak rendahan itu benar-benar masuk akademi ini."

"Apa dia pelayan keluarga Valtzheim?"

"Tidak, aku dengar dia masuk karena nilainya tinggi. Tapi tetap saja… betapa menyedihkan bagi akademi ini menerima orang seperti itu."

Riven terkekeh kecil.

"Kurang dari satu jam, hah? Aku hanya butuh lima menit."

Darius mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarahnya. Ia ingin membela Riven, tapi sahabatnya hanya menepuk pundaknya lagi dengan ekspresi santai.

"Santai, Darius. Aku sudah bilang, ini bukan pertama kalinya."

Tapi di dalam hati, sesuatu dalam diri Riven mulai mendidih.

Aku ingin melihat wajah mereka ketika dunia ini berubah. Ketika mereka, yang berdiri di atas rakyat jelata, jatuh ke dalam jurang tanpa bisa bangkit lagi.

Saat itu tiba, aku ingin melihat bagaimana mereka akan menangis dan memohon ampun.

---

Pengenalan Akademi

Akademi Lux Aurea bukan sekadar sekolah biasa. Tempat ini adalah pusat pendidikan bagi para penerus keluarga bangsawan, melatih mereka menjadi pemimpin masa depan. Bangunannya megah, menyerupai kastil kerajaan dengan pilar-pilar marmer raksasa dan ukiran emas di setiap sudutnya.

Di tengah lapangan akademi, seorang pria paruh baya berdiri di atas podium. Ia mengenakan jubah hitam dengan lencana akademi di dadanya. Ini adalah Kepala Sekolah Reinhardt von Luxoria, seorang pria dengan aura yang begitu kuat hingga kehadirannya saja sudah cukup untuk membuat seluruh siswa diam.

"Selamat datang di Akademi Lux Aurea. Tempat ini bukan hanya tempat untuk belajar, tetapi juga tempat di mana kalian akan ditempa menjadi pemimpin masa depan. Kami tidak hanya mencari kecerdasan, tetapi juga kekuatan, keunggulan, dan kehormatan. Hanya yang terbaik yang akan bertahan di sini."

Tatapan Reinhardt menyapu seluruh siswa, sebelum berhenti sejenak pada sosok Riven.

"Kalian yang berada di sini adalah penerus para keluarga bangsawan. Kalian adalah pilar peradaban ini. Namun…" ia berhenti sejenak, sebelum melanjutkan, "ada juga mereka yang berasal dari luar sistem ini. Aku tidak perlu mengingatkan kalian bahwa perbedaan status harus tetap dihormati."

Seisi lapangan sunyi, tapi kemudian beberapa siswa mulai tertawa kecil dan saling berbisik. Riven tidak bereaksi. Ia hanya tersenyum miring.

"Lucu juga. Aku tidak perlu mengingatkan kalian bahwa suatu hari nanti, aku akan menghapus konsep bangsawan ini sepenuhnya."

Darius menghela napas.

"Aku tidak suka nada bicara kepala sekolah itu."

"Aku juga tidak. Tapi tidak masalah. Aku akan mengubahnya. Pelan-pelan. Tanpa jejak."

Darius menoleh ke arahnya.

"Hah? Apa maksudmu?"

Riven hanya tertawa kecil.

"Ah, bukan apa-apa. Sudah siap untuk menghadapi tahun pertama kita di neraka ini?"

Darius mengangguk.

"Tentu saja. Aku hanya berharap kau tidak membuat masalah."

Riven tersenyum lebar.

"Aku? Masalah? Mana mungkin~?"

Di dalam pikirannya, Riven sudah menyusun rencana pertamanya.

Malam ini, salah satu bangsawan di akademi ini akan mengalami mimpi buruk terakhirnya.

Crimson Phantom telah memasuki permainan.