Chereads / Crimson Phantom: Revolusi Tanpa Jejak / Chapter 2 - bab 2: Hierarki yang Menjijikkan

Chapter 2 - bab 2: Hierarki yang Menjijikkan

di Akademi Lux Aurea dimulai dengan penuh kemewahan bagi para bangsawan—dan dengan penuh tatapan merendahkan bagi mereka yang berasal dari luar kasta elit.

Setelah upacara pembukaan yang penuh dengan pidato tentang "kehormatan" dan "kemuliaan" para bangsawan, para siswa akhirnya dipersilakan memasuki asrama masing-masing. Akademi ini memiliki sistem unik: siswa ditempatkan dalam Dormitory House, dengan satu asrama utama untuk para bangsawan tingkat atas dan satu lagi untuk "kelas bawah"—siswa berbakat dari rakyat jelata.

Tentu saja, Riven ditempatkan di Asrama Hildegarde, yang khusus menampung siswa non-bangsawan atau mereka yang berasal dari keluarga lemah. Darius, sebagai putra keluarga Valtzheim, ditempatkan di Asrama Aurelius, yang dihuni oleh keturunan bangsawan berpengaruh.

Namun, karena status Darius sebagai anak pertama dari keluarga Valtzheim, ia memiliki kebebasan untuk memilih tempat tinggalnya sendiri.

Jadi, tanpa ragu, ia memutuskan untuk tinggal di Asrama Hildegarde bersama Riven.

Keputusan ini langsung memicu kehebohan di seluruh akademi.

"Apa-apaan ini? Darius Valtzheim memilih tinggal di asrama rakyat jelata?!"

"Dia gila? Mengotori darah bangsawan seperti itu?"

"Aku dengar dia berteman dengan anak rendahan itu… si Aldevar."

"Benar-benar memalukan."

Riven hanya tertawa mendengar semua gosip yang beredar.

"Kau sadar, Darius? Keputusanmu ini membuatmu jadi bahan omongan di seluruh akademi."

Darius hanya mengangkat bahu.

"Peduli amat. Kalau mereka mau ribut, biarkan saja."

Riven menatap sahabatnya sejenak sebelum tertawa kecil. Darius memang keras kepala. Tapi itulah yang membuat mereka bisa bertahan sebagai teman selama ini.

Namun, bagi Riven, semua ini hanyalah awal.

Hari ini, ia akan mulai menyelidiki target pertamanya.

---

Panggung Kekuasaan di Akademi

Setiap akademi memiliki sistem hierarki. Namun, di Akademi Lux Aurea, sistem ini tidak hanya berbasis kecerdasan atau prestasi.

Semuanya tentang darah.

Bangsa para bangsawan terbagi menjadi tiga tingkatan utama:

1. Keluarga Agung – Keluarga bangsawan tertinggi, mereka yang memiliki pengaruh langsung terhadap kerajaan dan pemerintahan. Hanya sedikit yang berada di level ini, dan mereka adalah penguasa sejati dunia ini.

2. Keluarga Bangsawan Umum – Mereka yang berasal dari garis keturunan bangsawan tetapi tidak memiliki kekuatan politik sebesar Keluarga Agung.

3. Keturunan Lemah dan Rakyat Jelata – Mereka yang memiliki darah bangsawan yang tipis atau bahkan tidak memiliki darah bangsawan sama sekali.

Riven, tentu saja, berada di tingkat terbawah dalam hierarki ini.

Dan justru karena itulah, ia bisa bergerak tanpa dicurigai.

---

Target Pertama: Vincent Louvret

Setelah menetap di asrama, para siswa berkumpul di aula akademi untuk pembagian kelompok studi. Di sinilah Riven pertama kali bertemu dengan Vincent Louvret—seorang bangsawan yang dikenal sebagai putra keluarga Louvret, salah satu keluarga bangsawan umum yang suka berlagak seperti keluarga agung.

Vincent adalah tipikal bangsawan sombong yang menganggap dirinya lebih tinggi dari semua orang. Ia terkenal sering mempermalukan siswa dari kalangan rakyat biasa, bahkan dengan sengaja mencari masalah dengan mereka hanya untuk bersenang-senang.

Dan tentu saja, ketika Vincent melihat Riven, ia langsung tersenyum sinis.

"Hei, kau yang namanya Aldevar, bukan?"

Riven tetap tenang, menatap Vincent dengan santai.

"Itu nama keluargaku. Ada urusan?"

Vincent menyeringai.

"Aku hanya ingin tahu… Apa rasanya bisa masuk akademi ini tanpa memiliki darah bangsawan? Kau pasti merasa rendah diri, bukan?"

Darius yang berdiri di samping Riven langsung mengepalkan tangan, siap membalas, tapi Riven menahannya.

Ia tersenyum kecil.

"Rendah diri? Tidak juga. Kalau aku rendah diri, aku tidak akan ada di sini sekarang. Kalau aku rendah diri, aku pasti sudah lari dari tempat ini sejak awal."

"Oh? Kau cukup percaya diri."

"Bukan percaya diri. Hanya fakta. Kau tahu, Vincent… Aku mungkin berasal dari keluarga miskin, tapi aku sudah mengalahkan ratusan orang untuk mendapatkan tempatku di sini. Sementara kau? Kau hanya masuk karena keluargamu kaya."

Senyum Vincent perlahan memudar, berganti dengan ekspresi tidak senang.

"Kau cukup banyak bicara, ya?"

"Itu karena aku tahu apa yang aku katakan benar."

Vincent mendengus, lalu berjalan menjauh.

Riven menatap punggungnya dengan ekspresi santai.

Tapi di dalam kepalanya, ia sudah memutuskan.

Vincent Louvret akan menjadi target pertamanya.

---

Malam Hari: Langkah Pertama

Malam itu, Riven berbaring di ranjang asramanya, menunggu semua siswa tertidur.

Ketika keheningan menyelimuti akademi, ia bangkit perlahan.

Dengan gerakan yang hampir tidak bersuara, ia mengenakan mantel hitam dan menarik tudungnya. Wajahnya kini tersembunyi di balik bayangan.

Ia bergerak keluar dari jendela, melompat ke atap dengan lompatan ringan yang hampir supranatural. Dengan cepat, ia menuju ke Asrama Aurelius, tempat Vincent tinggal.

Riven sudah mengamati jadwal akademi dengan saksama. Ia tahu bahwa setiap malam, para bangsawan di asrama itu bersantai hingga larut sebelum akhirnya tidur. Ia juga tahu bahwa Vincent suka menyelinap keluar untuk bersenang-senang—biasanya ke gudang bawah tanah akademi untuk berjudi dengan teman-temannya.

Malam ini, Vincent akan bertemu dengan sesuatu yang jauh lebih menakutkan daripada kekalahan dalam perjudian.

Ia akan bertemu dengan Crimson Phantom.

---

Pertemuan dengan Bayangan

Di ruang bawah tanah akademi, Vincent duduk santai sambil tertawa dengan teman-temannya. Tumpukan koin emas berserakan di meja judi.

"Hahaha! Aku menang lagi! Sepertinya dewa keberuntungan selalu berpihak padaku!"

Saat ia hendak mengambil koin emasnya, tiba-tiba…

Lilin di ruangan itu padam.

Ruangan yang sebelumnya terang kini berubah menjadi kegelapan total.

"Hei… Apa yang terjadi?" salah satu temannya berbisik panik.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di tengah ruangan. Pelan. Menggema di dalam kegelapan.

Vincent menelan ludah.

"Siapa di sana?!"

Dan kemudian, suara itu terdengar.

"Vincent Louvret… Bagaimana rasanya menjadi bangsawan?"

Vincent membeku.

Dari bayangan, sepasang mata merah menyala muncul.

"Bagaimana rasanya menjadi seseorang yang lahir dengan keistimewaan… tanpa pernah harus berjuang untuknya?"

Vincent mencoba berdiri, tapi tiba-tiba tubuhnya terasa kaku.

"Si… Siapa kau?!"

Bayangan itu mendekat, suaranya kini berbisik di telinga Vincent.

"Aku? Aku hanyalah seseorang yang akan mengubah dunia ini."

"Aku adalah Crimson Phantom."

Dan pada malam itu, Vincent Louvret menghilang tanpa jejak.