Pagi hari yang cerah menyelimuti apartemen Kobayashi. Suara burung berkicau terdengar samar di kejauhan, dan aroma kopi yang baru diseduh mengisi ruangan. Kobayashi masih mengenakan piyama santainya, duduk di sofa dengan setengah sadar sambil menyeruput kopi.
Kemudian, bel apartemen berbunyi.
Kobayashi: "Hmm? Siapa pagi-pagi begini?" Ia berjalan dengan malas menuju pintu dan membukanya. Di depan pintu berdiri Kazuki dengan senyum khasnya yang penuh ketenangan.
Kazuki: "Selamat pagi, Kobayashi-san. Aku membawakanmu sarapan."
Kobayashi: Mengucek matanya dan melihat Kazuki dengan tatapan sedikit bingung "Pagi-pagi sekali... dan kau membawakan sarapan? Kau ini pacar yang terlalu sempurna, tahu?"
Kazuki: Tertawa kecil "Aku hanya ingin melihatmu tersenyum pagi ini."
Kazuki melangkah masuk ke apartemen, meletakkan kantong makanan di meja. Kobayashi menatapnya sebentar, merasa jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Ia belum terbiasa dengan perhatian yang Kazuki berikan, tapi perlahan-lahan ia menyukainya.
Kazuki: "Kalau kau masih mengantuk, mungkin aku bisa membantumu bangun dengan cara lain." Ia mendekat, menatap mata Kobayashi dalam-dalam sebelum tiba-tiba mengecup keningnya dengan lembut.
Kobayashi langsung membeku, matanya melebar sementara wajahnya memerah seketika. Ia tidak menyangka Kazuki akan bertindak seberani itu.
Kobayashi: "K-Kau...! Kenapa tiba-tiba menciumku?!"
Kazuki: Masih tersenyum tenang "Karena aku ingin."
Kobayashi tidak bisa berkata apa-apa. Tubuhnya terasa kaku, dan otaknya tidak bisa memproses apa yang baru saja terjadi. Namun, sebelum ia sempat bereaksi lebih jauh—
Lucoa: "EHHHH?!"
Keduanya menoleh ke arah pintu, di mana Lucoa berdiri dengan ekspresi keterkejutan dan mata membelalak. Wajahnya tampak sedikit memerah, dan ia terlihat kebingungan dengan apa yang baru saja ia lihat.
Lucoa: "Jadi begini ya hubungan kalian berdua...!" Tiba-tiba menutup mulutnya dengan tangannya sendiri, sadar bahwa ia baru saja mengeluarkan suaranya tanpa sengaja.
Kobayashi: Mengangkat alis "Lucoa? Kau kenapa kelihatan kaget seperti itu?"
Lucoa: Mengalihkan pandangan, mencoba terlihat santai "Ah, tidak... aku cuma... hanya kebetulan lewat! Iya, hanya itu!"
Kazuki: Tersenyum samar "Kau cemburu, Lucoa-san?"
Lucoa: Refleks menjawab dengan nada panik "T-Tentu saja tidak! Aku tidak mungkin cemburu! Aku hanya merasa... sedikit aneh melihat kalian begitu dekat."
Kobayashi memperhatikan ekspresi Lucoa dengan seksama. Ada sesuatu yang berbeda dari biasanya. Lucoa yang selalu menggoda orang lain, kini terlihat benar-benar gugup dan tidak bisa mengendalikan perasaannya sendiri.
Tohru: Datang dari dapur dengan ekspresi curiga "Kenapa ramai-ramai di sini pagi-pagi?" Menatap Kazuki dan Kobayashi bergantian, lalu melihat Lucoa yang masih salah tingkah. "Eh? Lucoa, kenapa kau kelihatan aneh?"
Ilulu: Menyusul dari kamar "Ada apa ini? Aku mendengar suara teriakan... Oh?" Memandang situasi di ruangan dengan penuh minat.
Lucoa: Masih mencoba menenangkan dirinya "Tidak ada apa-apa! Aku cuma... datang untuk melihat kalian! Itu saja!"
Kobayashi tersenyum kecil. Ia tidak marah atau merasa terganggu dengan reaksi Lucoa, justru ia merasa lega. Ia tahu, Kazuki bukan hanya seseorang yang spesial untuknya, tapi juga seseorang yang bisa menarik perhatian dan perasaan orang lain dengan caranya sendiri.
Kazuki melangkah mendekati Lucoa, menatapnya dengan ekspresi tenang tapi penuh makna.
Kazuki: "Lucoa-san, kalau memang ada sesuatu yang ingin kau katakan, kau bisa mengatakannya sekarang."
Lucoa: Wajahnya semakin merah "A-Apa?! Tidak ada yang ingin kukatakan!"
Kazuki tersenyum kecil, lalu mendekat ke telinga Lucoa dan berbisik pelan.
Kazuki: "Jangan bohong pada dirimu sendiri."
Lucoa: Membeku di tempat, seluruh tubuhnya terasa panas.
Situasi menjadi semakin canggung. Ilulu dan Tohru hanya bisa menatap dengan bingung, sementara Kobayashi menghela napas sambil tersenyum.
Kobayashi: "Sudahlah, ayo sarapan. Jangan terlalu dipikirkan."
Tohru: Menggerutu "Hmph... Kazuki benar-benar tahu cara mempermainkan hati perempuan..."
Kazuki menoleh ke arah Kobayashi, lalu tersenyum lembut.
Kazuki: "Mungkin karena hatiku sendiri sudah memilih."
Kobayashi tidak bisa menahan senyumnya. Ia tahu, meskipun Kazuki memiliki daya tarik yang bisa menggoda siapa saja, tapi di hatinya hanya ada satu orang yang benar-benar ia cintai.
Setelah sarapan, suasana kembali normal, meskipun Lucoa masih tampak gelisah dan malu dengan perasaannya sendiri. Namun, sepanjang hari itu, ia terus diam-diam memperhatikan Kazuki dan Kobayashi, seakan mencoba memahami perasaan yang terus tumbuh di dalam hatinya. Perasaan yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
Akhir Episode 16.