Di tengah lembah luas yang diselimuti kabut pagi, seorang pemuda duduk bersila di atas batu. Mata tertutup, napasnya teratur, dan kedua tangannya membentuk segel kultivasi seperti yang pernah ia lihat dalam ingatannya yang samar.
Udara di sekelilingnya dipenuhi energi spiritual yang mengalir lembut, berputar di antara pepohonan dan rerumputan. Namun, meski ia telah mencoba berkali-kali, ia tidak bisa menyerap energi itu.
Setiap kali ia mencoba memusatkan pikirannya, kegelisahan menyelimuti hatinya. Tidak ada fokus, tidak ada pemahaman. Yang tersisa hanyalah kebingungan dan kekosongan.
"Kenapa... aku tidak bisa berkultivasi?"
Ia membuka matanya, menatap langit yang biru jernih. Kegagalan demi kegagalan membuatnya semakin frustrasi. Ia tahu bahwa dunia ini dipenuhi dengan para kultivator kuat, orang-orang yang mampu membelah langit dan menantang surga. Namun dirinya? Ia bahkan tidak bisa merasakan aliran energi spiritual dalam tubuhnya.
"Aku tidak bisa tinggal di sini selamanya," pikirnya.
Tanpa mengetahui siapa dirinya, tanpa arah tujuan, dan tanpa kekuatan untuk bertahan hidup, pemuda itu akhirnya memutuskan untuk pergi.
---
Hari pertama perjalanannya melelahkan. Lembah ini luas, dengan medan yang terjal dan jalan berbatu yang menantang. Di malam hari, ia hanya bisa beristirahat di bawah pohon dengan perut kosong.
Hari kedua dan ketiga, tubuhnya semakin lemah. Kakinya penuh luka, dan rasa lapar mulai menggerogoti tenaganya. Namun, keinginan untuk menemukan jawaban tentang dirinya membuatnya terus melangkah.
Pada hari keempat, ketika matahari mulai terbenam di cakrawala, ia melihat sesuatu yang menggetarkan hatinya—dari kejauhan, sebuah kota besar berdiri megah dengan tembok tinggi dan menara yang menjulang ke langit.
Di atas kota itu, ia melihat sekte-sekte kuat yang melayang di antara awan. Istana-istana emas dan bangunan raksasa mengambang di langit, dikelilingi oleh cahaya spiritual yang berkilauan. Para kultivator berseliweran dengan pedang terbang mereka, menandakan kekuatan yang berada di luar jangkauan manusia biasa.
"Itulah tempat yang harus kutuju!"
Jika ia ingin menemukan jati dirinya, jika ia ingin menjadi lebih kuat, maka sekte-sekte itu adalah jawabannya.
Tanpa ragu, ia menguatkan tubuhnya yang lelah dan mulai berjalan menuju sekte di atas langit itu.
---
Ketika sampai di kaki gunung tempat sekte itu berdiri, ia menatap ke atas. Tangga batu menjulang tinggi, membentang hingga ke puncak. Sekte ini bukan sembarang sekte—dari energi yang terpancar, ia bisa merasakan betapa kuatnya tempat ini.
Namun, ada satu masalah.
Ia tidak memiliki nama.
Tanpa nama, bagaimana ia bisa mendaftar sebagai murid? Jika ia memberi tahu mereka bahwa ia tidak memiliki identitas, mereka mungkin akan mengusirnya tanpa ampun.
Setelah berpikir sejenak, ia akhirnya memutuskan untuk menggunakan nama palsu.
"Liu... Aku akan menyebut diriku Liu," gumamnya.
Dengan tekad baru, Liu mulai menaiki tangga menuju sekte itu. Namun, tubuhnya yang sudah kelelahan tidak mendukungnya. Napasnya semakin berat, kakinya gemetar, dan setiap langkah terasa seperti siksaan.
Ketika ia hampir mencapai puncak tangga, tubuhnya tiba-tiba melemah. Pandangannya kabur, dan dalam sekejap, ia terjatuh ke tanah, tidak mampu melangkah lebih jauh.
Beberapa saat kemudian, suara langkah kaki mendekat.
Seorang pria berbaju panjang berwarna ungu, dengan aura yang kuat dan tatapan dingin, berdiri di depannya. Dari jubah dan emblem di dadanya, jelas bahwa pria ini adalah seorang senior sekte.
Pria itu menatap Liu dengan ekspresi penuh penghinaan.
"Anak muda, siapa kau?" suaranya bergema, mengandung tekanan yang menindas.
Liu menelan ludah. Ia tahu bahwa pria ini adalah seseorang yang sangat kuat. Dengan suara serak dan tubuh yang masih gemetar, ia menjawab, "Aku... Liu."
Pria itu menyipitkan matanya, menilai Liu dari ujung kepala hingga kaki.
"Kau ingin masuk ke sekte kami?" tanyanya dengan nada meremehkan.
Liu mengangguk.
Namun, sebelum ia bisa mengatakan apa pun, pria itu tiba-tiba mengangkat kakinya dan menendang kepala Liu dengan keras.
Bang!
Liu tersentak. Tubuhnya terhempas ke belakang, darah mengalir dari sudut bibirnya. Rasa sakit menyebar ke seluruh tubuhnya, dan kesadarannya hampir menghilang.
Pria itu berdiri di atasnya dengan tatapan dingin.
"Sampah seperti kau ingin masuk ke sekte ini? Jangan bercanda!"
Liu berusaha bangkit, tetapi tubuhnya terlalu lemah.
"Kau bahkan masih berada di Tahap Qi Foundation, tingkat terendah dalam kultivasi!" suara pria itu penuh hinaan. "Bahkan seorang anak kecil yang baru mulai berkultivasi lebih kuat darimu! Kau ingin menjadi murid sekte ini? Pergi dari sini! Kami tidak menerima murid lemah sepertimu!"
Liu menggigit bibirnya. Rasa sakit fisik tidak sebanding dengan rasa penghinaan yang ia rasakan saat ini.
Tanpa kata-kata lagi, ia mulai berjalan pergi. Setiap langkah terasa berat, darah masih menetes dari kepalanya, tetapi ia tidak bisa berhenti.
Hari ini, ia telah dihina. Ia telah diinjak-injak seperti sampah.
Tapi di dalam hatinya, bara api kecil mulai menyala.
"Aku akan menjadi lebih kuat..." pikirnya.
Tanpa mengetahui bahwa hari ini hanyalah awal dari perjalanan panjangnya—perjalanan yang suatu hari akan mengguncang dunia!